السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ ...... Selamat datang di BLOG RIO CRISTIANTO. Dukung Blog ini dengan like fanspage "Rio Cristianto". Thank you, Happy Learning... ^_^

Sunday 31 March 2019

SOP Injeksi Intramuscular (IM)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR 
PELAKASANAAN INJEKSI INTRAMUSCULAR


I.  INTRAMUSCULAR
Definisi
Injeksi ini dilakukan dengan menyuntikkan obat pada jaringan otot. Vaskularisasi pada otot lebih baik daripada sub kutan sehingga absorbsi pada jaringan otot akan lebih cepat. Absorbsi obat cair pada IM akan terjadi sekitar 10-30 menit sedangkan secara SC bisa mencapai 30-60 menit.


Jarum yang dipergunakan adalah no. 21-23 (1,5 inci) sedangkan untuk klien kurus digunakn jarum dengan ukuran yang lebih kecil dan lebih pendek. Untuk klien anak menggunakan jarum ukuran 1 inci. Sudut penyuntikan 90º dengan melewati lapisan SC hingga masuk ke lapisan otot dalam. Injeksi IM lebih toleran terhadap jumlah volume lebih dibandingkan injeksi secara SC sehingga bisa disuntikkan obat 4 ml atau lebih.

Gunakan tehnik Z-Track saat menyuntik yaitu dengan cara meregangkan kulit area penyuntikan, dengan tujuan:
-  untuk menghindari tusukan hanya mencapai SC
-  untuk menghindari berpindahnya obat dari lokasi IM
-  untuk menghindari rasa sakit

Gunakan tehnik kunci udara dengan memasukkan ± 1 ml udara ke dalam spuit sebelum penyuntikan. Tehnik ini dapat mencegah obat masuk ke dalam jaringan SC, sehingga iritasi pada area sub kutan dapat dihindari.





Tujuan
Mendistribusikan obat ke jaringan otot

Lokasi penyuntikan IM:
  1. Otot Deltoid


  1. Otot Vastus Lateralis


  1. Otot Ventro Gluteal

  1. Otot Dorso Gluteal




Persiapan Alat
Trolley yang berisi:
  • Obat dari kemasan ampul atau vial
  • Spuit/syringe steril
  • Needle (no. 21-23 sesuai kebutuhan)
  • Kom tutup yang berisi kapas
  • Alkohol spray (atau bisa diganti dengan alkohol swab)
  • Baki injeksi
  • Perlak
  • Bengkok (untuk sampah tidak tajam)
  • Container (untuk membuang ampul, jarum dan vial)
  • Sarung tangan bersih
  • Lembar medikasi

Pengkajian
  • Program obat,
  • Lokasi injeksi terakhir kali,
  • Alergi obat,
  • Struktur area injeksi, missal adanya memar, nyeri tekan, kerusakan kulit, nodul, atau edema.

Diagnosa Keperawatan
1.    Nyeri akut berhubungan dengan insisi abdomen,
2.    Ansietas behubungan dengan nyeri akibat prosedur invasif.

Perencanaan
1.    Cuci tangan,
2.    Cek order obat sesuai instruksi Dokter dan buku obat
3.    Persiapakan alat dan pengobatan sesuai kebutuhan.


Implementasi
NO.
KEGIATAN
1.                  
Mengidentifikasi identitas pasien
2.                  
Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien dan keluarga.
3.                  
Mempersiapkan alat-alat dan mengatur posisinya di samping tempat tidur.
4.                  
Menjaga privasi klien dengan menutup tirai atau pintu.
5.                  
Mencuci tangan dan gunakan sarung tangan.
6.                  
Menyiapkan alat dan obat.
7.                  
Pilih tempat penyuntikan (misal: area Deltoid à dengan menggulung lengan baju).
8.                  
Kaji area penyuntikan: tidak terdapat lesi, tidak mengalami infeksi, bukan pada penonjolan tulang dan jaringan dibawahnya tidak terdapat saraf dan pembuluh darah.
9.                  
Posisikan klien dalam posisi yang nyaman dan rileks. Sesuaikan posisi klien dengan area yang akan dilakukan penyuntikan:
a.     Deltoid:
posisi duduk atau berbaring dengan lengan fleksi, rileks atau diletakkan di atas abdomen.
b.     Vastus Lateralis:
posisi flat, supine dengan lutut sedikit fleksi.
c.     Ventro Gluteal:
posisi tengkurap atau sims (miring) dengan lutut fleksi.
d.    Dorso Gluteal:
posisi tengkurap atau sims (miring) dengan lutut fleksi.
10.              
Pasang perlak (bila diperlukan). Lakukan tehnik Z-track (apabila klien gemuk, regangkan kulit; apabila klien kurus cubit otot) dengan tangan non dominan.
11.              
Bersihkan tempat penyuntikan dengan kapas alkohol. Mengusap sekali searah atau secara sirkuler arah ke luar sekitar 5 cm.
12.              
Letakkan kapas alkohol pada tangan non dominan. Buka tutup spuit dan pegang spuit dengan tangan dominan (antara ibu jari dan telunjuk). Pertahankan area steril lokasi penusukan.
13.              
Tusukkan jarum spuit dengan sudut 90º. Setelah jarum masuk ke dalam jaringan kulit, pindahkan tangan non dominan ke bagian bawah spuit untuk memegang spuit (memfiksasi spuit agar posisi jarum tidak bergerak) dan tangan dominan pindah ke bagian plunger untuk mengaspirasi.
14.              
Dengan tangan dominan aspirasi spuit untuk memastikan jarum tidak menusuk pembuluh:
  • Jika tidak terdapat darah pada saat spuit diaspirasi, maka injeksikan obat tersebut dengan kecepatan 10 ml/detik.
  • Jika terdapat darah, segera cabut spuit dengan meletakkan kapas alkohol (yang dipegang dengan tangan non dominan) di ujung spuit (untuk menahan darah ke luar.
15.              
Setelah jarum tercabut, usap area penyuntikan dengan kapas alkohol dengan sedikit menekan.
16.              
Apabila akan melakukan penyuntikan ulang:
  • Ganti obat dan spuitnya dengan yang baru.
  • Tentukan kembali area penyuntikan di lokasi IM yang lain (seperti pada prosedur no. 7-9).
  • Lakukan prosedur penyuntikan (sama dengan prosedur no. 10-14).
17.              
Setelah obat masuk ke dalam jaringan, cabut spuit dan usap area penyuntikan dengan kapas alkohol dengan sedikit menekan.
18.              
Tutup spuit dan buang di tempat yang disediakan.
19.              
Angkat perlak dan kembalikan klien pada posisi yang nyaman.
20.              
Buang kemasan obat (vial/ampul), jarum dan spuit pada tempat yang aman yang telah disediakan.
21.              
Merapikan klien dan tempat tidur klien. Mengembalikan alat-alat pada tempat semula.
22.              
Melepaskan sarung tangan dan mencuci tangan.
23.              
Evaluasi dan dokumentasikan tindakan pada status klien.
24.              
Observasi respons klien terhadap penyuntikan hingga 30 menit kemudian.


Evaluasi
  • Terdapat atau tidak terdapat kemerahan, edema, atau nyeri di area injeksi,
  • Efek terapeutik dapat dirasakan atau tidak dapat dirasakan oleh klien.

Dokumentasi
  • Nama, jumlah, dan rute obat yang diberikan,
  • Tujuan pemberian obat,
  • Data pengkajian yang relevan dengan tujuan pengobatan,
  • Temuan pengkajian yang berhubungan dengan area IV,
  • Efek terapeutik obat pada klien,
  • Penyuluhan informasi mengenai obat.





0 comments:

Post a Comment

Mari kita budayakan berkomentar yang baik dan santun ya sobat.