BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Syok
Syok
adalah kondisi yang mengancam kehidupan dimana aliran darah tubuh
menurun sehingga suplai nutrisi dan oksigen yang didistribusikan ke sel
dan organ berkurang. Syok adalah kondisi klinis yang ditandai dengan
hipotensi (tekanan darah sistol <90 mmHg atau MAP <60 mmHg atau
menurun >30% selama 30 menit), oliguria (haluaran urin <20ml/jam
atau 0,3 ml/kg/jam), dan perfusi perifer buruk (CRT > 2 detik)
(Worthley, 2000). Awalnya syok akan menimbulkan cidera seluler yang
mula-mula reversible dan kemudian bila keadaan shock berlangsung lama menjadi irreversible (Isselbacher, dkk, 1999 dalam Fitria, 2010).
2.2 Derajat Syok
Berat dan ringannya syok (Tambunan Karmel, dkk, 1990, dalam Fitria, 2010).
1. Syok Ringan
Penurunan
perfusi hanya pada jaringan dan organ non-vital seperti kulit, lemak,
otot rangka, dan tulang. Jaringan ini relative dapat hidup lebih lama
dengan perfusi rendah, tanpa adanya perubahan jaringan yang menetap (irreversible). Kesadaran tidak terganggu, produksi urin normal atau hanya sedikit menurun, asidosis metabolik tidak ada atau ringan.
2. Syok Sedang
Perfusi
ke organ vital selain jantung dan otak menurun (hati, usus, ginjal, dan
lainnya). Organ- organ ini tidak dapat mentoleransi hipoperfusi lebih
lama seperti lemak, kulit, dan otot. Oligouria bisa terjadi dan asidosis
metabolic. Akan tetapi kesadaran relatif masih baik.
3. Syok Berat
Perfusi
ke jantung dan otak tidak adekuat. Mekanisme kompensasi shock beraksi
untuk menyediakan aliran darah ke dua organ vital. Pada syok lanjut
terjadi vasokonstriksi di semua pembuluh darah lain. Terjadi oligouria
dan asidosis berat, ganguan kesadaran dan tanda- tanda hipoksia jantung
(EKG Abnormal, curah jantung menurun).
2.3 Klasifikasi Syok
- Syok Kardiogenik
Syok
kardiogenik terjadi karena kerusakan pada jantung yang berat sehingga
jantung tidak mampu menyuplai cukup darah ke seluruh tubuh. Shock
kardiogenik ini akibat depresi berat kerja jantung sistolik. Shock
kardiogenik dapat disebabkan kerusakan miokardium atau penghambat
mekanisme kontraktilitas jantung. Syok kardiogenik ditandai dengan
tinggi CVP, PAoP (> 18 mmHg), resistensi perifer, CO turun yang
disertai kandungan oksigen pada vena (Worthley, 2000).
- Syok Hipovolemik
Syok
hipovolemik adalah perdarahan dan kehilangan cairan yang banyak akibat
sekunder dari muntah, diare, luka bakar, atau dehidrasi menyebabkan
pengisian ventrikel tidak adekuat, seperti penurunan preload berat,
direfleksikan pada penurunan volume, dan tekanan end diastolic ventrikel
kanan dan kiri. Perubahan ini yang menyebabkan shock dengan menimbulkan
isi sekuncup (stroke volume) dan curah jantung yang tidak adekuat. Syok hipovolemik dapat menyebabkan kerusakan pada berbagai organ (Fitria, 2010).
- Syok Anafilatik
Syok
anafilatik adalah shock yang mengancam jiwa diakibatkan reaksi alergi.
Syok anafilatik ini terjadi akibat reaksi alergi yang dimediasi oleh IgE
pada sel mast dan basofil yang diakibatkan oleh antigen tertentu yang
menyebabkan terjadinya pelepasan mediator - mediator sepagai respon
imun. Hal ini mengakibatkan terjadinya vasodilatasi perifer, konstriksi
bronkhus, ataupun dilatasi pembuluh darah lokal. Mediator yang terlepas
terdiri dari primer dan sekunder. mediator primer meliputi histamin,
serotonin, Eosinofil chemotactic factor dan enzim proteoitik. Sedangkan mediator sekunder meliputi PAD, bradikinin, prostagandin, dan leukotriene.
- Syok Sepsis
Syok sepsis adalah
kondisi serius yang terjadi karena penyebaran infeksi dalam tubuh telah
meluas sehingga tekanan darah menurun drastis. Syok sepsis sering
terjadi pada usia sangat muda atau sangat tua karena sistem imunnya
lebih rentan.
- Syok Neurogenik
Syok
neurogenik adalah salah satu jenis dari syok distributif. Syok
neurogenik ditandai dengan kurangnya volume darah intravaskular. Sistem
saraf simpatis tidak dapat untuk mengatur distribusi aliran darah
sehingga terjadi vasodilatasi. Vasodilatasi pembuluh darah menyebabkan
preload menurun dan tekanan darah menurun. Penurunan tekanan darah akan
mengakibatkan perfusi jaringan menurun sehingga sel gagal untuk
bermetabolisme.
2.4 Etiologi Syok
- Syok Kardiogenik
- Cidera miokardium
- Infark miokard
Penyebab
paling sering adalah 40% lebih karena infark miokard ventrikel kiri,
yang menyebabkan penurunan kontraktilitas ventrikel kiri yang berat, dan
kegagalan pompa ventrikel kiri (Fitria, 2010).
- Kardiomiopati
- Bypass jantung
- Trauma jantung
- Miokarditis
- Gangguan mekanisme ventrikel
Regurgitasi
aorta atau mitral akut, biasanya disebabkan oleh infark miokard akut,
dapat menyebabkan penurunan yang berat pada curah jantung forward (aliran
darah keluar melalui katub aorta ke dalam sirkulasi arteri sistemik)
dan karenanya menyebabkan shock kardiogenik (Fitria, 2010).
- Mekanisme kontraksi terhambat
- Keracunan obat
- Antiaritmia, lokal anastesi
- Antihistamin
- Tricyclic antidepresan
- β-adrenergic bloker
- Calcium-channel inhibitor
- Anafilatik
- Septikemia
- Pankreatitis
- Peritonitis bilier
- Gangguan endokrin
- Krisis Addison
- Apopleksi pituitary
- Miksoedema
- Syok Hipovolemik
- Excessive perspiration
- Kehilangan darah:
- Hemotorak
- Laserasi hati, ginjal, limpa
- Perdarahan gastrointestinal
- Ruptur aorta
- Fraktur
- Kehilangan plasma:
- Pankreatitits
- Peritonitis
- Luka bakar
- Diare
- Muntah
- Terapi diuretik
- Syok Anafilatik
- Alergi obat, misal antibiotik (penicillin, tetracycline, streptomycin, dan erythromycin)
- Alergi makanan
- Gigitan binatang, yaitu gigitan anjing (rabies), tawon, laba-laba, dan bisa ular
- Syok Sepsis
- Bakteri
- Jamur
- Virus
- Syok Neurogenik
- Cidera pada tulang belakang (T6 keatas)
- Trauma psikologis (ketakutan berlebih, ansietas, dan stres) menyebabkan hilangnya sistem saraf otonomi hingga menyebabkan vasodilatasi berlebih
- Stimulasi saraf vagus hingga merusak SSO hingga sistem parasimpatis lebih dominan dan menyebabkan vasodilatasi.
2.5 Manifestasi Klinis
2.1 Tabel Manifestasi Klinis Syok
- Syok Kardiogenik
- Nyeri dada
- Koma
- Oliguri (kurang dari 20 ml/ jam)
- Nadi cepat
- Pernapasan cepat dan dangkal
- Agitasi
- Diaphoresis
- Akral dingin
- Kulit pucat
- Sianotik (Fitria, 2010)
- Syok Hipovolemik
- Ansietas
- Akral dingin
- Penurunan haluaran urin
- Pallor
- Napas cepat
- Diaphoresis
- Tidak sadar
- Takikardi
- Hipotensi
- Pucat
- Sianosis (Tambunan Karmel, dkk, 1990, dalam Fitria, 2010).
- Syok Anafilatik
- Nyeri abdomen
- Ansietas
- Batuk
- Diare
- Sulit bernapas dan menelan
- Sakit kepala
- Gatal
- Kongestif nasal
- Mual dan muntah
- Palpitasi
- Bengkak pada wajah, mata dan lidah
- Sesak
- Tidak sadar
- Kulit kemerahan
- Syok Sepsis
- Fase Hiperdinamik/ Shock panas (warm shock):
Gejala dini:
- Hiperventilasi
- Tekanan vena sentral meninggi
- Indeks jantung naik
- Alkalosis
- Oligouria
- Hipotensi
- Daerah akral hangat
- Tekanan perifer rendah
- Laktikasidosis
2. Fase Hipodinamik:
- Tekanan vena sentral menurun
- Hipotensi
- Curah jantung berkurang
- Vasokonstriksi perifer
- Daerah akral dingin
- Asam laktat meninggi
- Keluaran urin berkurang (Fitria, 2010).
- Syok Neurogenik
Tekanan darah turun, nadi tidak bertambah cepat, bradikardi, sesudah pasien menjadi tidak sadar, barulah nadi bertambah cepat.
Pengumpulan darah di dalam arteriol, kapiler, dan vena, maka kulit
terasa agak hangat dan cepat berwarna kemerahan. (Firtia, 2010).
- Efek cardioinhibitor: bradyarrhythmias dan kemungkinan asistol
- Vasodepresi: dilatasi pembuluh darah perofer, menurunkan resistensi sistem vascular, hipotensi
- Bradikardi
- Hipotermia
- Kulit kering, hangat, dan merah
- Paralisis
- Hilangnya distensi vena jugularis
- pH darah asam
2.6 Komplikasi
- Syok Kardiogenik
- Sebagian besar otot jantung tidak mampu untuk berkontraksi
- Ruptur pada otot jantung
- Ventrikular takikardi, ventrikular fibrilasi, dan SVT
- Perkardial tamponade
- Kerusakan pada katup mitral
- Kerusakan pada septum ventrikel kanan dan kiri
- Bradikardia
- Gangguan sistem elektrik jantung
- Syok Hipovolemik
- Kerusakan ginjal
- Gangguan fungsi otak
- Henti jantung dan henti napas
- Kerusakan organ
- Kematian
- Syok Anafilatik
- Bronkospasme
- Henti jantung
- Henti napas
- Syok Sepsis
- Henti napas
- Henti jantung
- Gangren dapat terjadi dan dapat memungkinkan untuk tindakan amputasi
- MODS
- Syok Neurogenik
- Penumpukan darah vena di ekstremitas bawah memicu terjadinya DVT (Deep Vein Thrombosis) yang berakhir pada emboli paru. Semua pasien yang berisiko DVT diberi terapi profilaksis.
- MODS (Multiple Organ Dysfunction Syndromes)
- Langkah Pertolongan Pertama dalam Menangani Syok
Pertolongan pertama ketika terjadi shock menurut Alexander R H, Proctor H J. Shock., (1993, dalam Fitria, 2010)
1. Posisi Tubuh
- Posisi tubuh penderita diletakkan berdasarkan letak luka. Secara umum posisi penderita dibaringkan telentang dengan tujuan meningkatkan aliran darah ke organ-organ vital.
- Apabila terdapat trauma pada leher dan tulang belakang, penderita jangan digerakkan sampai persiapan transportasi selesai, kecuali untuk menghindari terjadinya luka yang lebih parah atau untuk memberikan pertolongan pertama seperti pertolongan untuk membebaskan jalan napas.
- Penderita yang mengalami luka parah pada bagian bawah muka, atau penderita tidak sadar, harus dibaringkan pada salah satu sisi tubuh (berbaring miring) untuk memudahkan cairan keluar dari rongga mulut dan untuk menghindari sumbatan jalan nafas oleh muntah atau darah. Penanganan yang sangat penting adalah meyakinkan bahwa saluran nafas tetap terbuka untuk menghindari terjadinya asfiksia.
- Penderita dengan luka pada kepala dapat dibaringkan telentang datar atau kepala agak ditinggikan. Tidak dibenarkan posisi kepala lebih rendah dari bagian tubuh lainnya.
- Kalau masih ragu tentang posisi luka penderita, sebaiknya penderita dibaringkan dengan posisi telentang datar.
- Pada penderita-penderita shock hipovolemik, baringkan penderita telentang dengan kaki ditinggikan 30 cm sehingga aliran darah balik ke jantung lebih besar dan tekanan darah menjadi meningkat. Tetapi bila penderita menjadi lebih sukar bernafas atau penderita menjadi kesakitan segera turunkan kakinya kembali.
2. Pertahankan Respirasi
- Bebaskan jalan napas. Lakukan penghisapan, bila ada sekresi atau muntah.
- Tengadah kepala-topang dagu, kalau perlu pasang alat bantu jalan nafas (Gudel/oropharingeal airway).
- Berikan oksigen 6 liter/menit
- Bila pernapasan/ventilasi tidak adekuat, berikan oksigen dengan pompa sungkup (Ambu bag) atau ETT.
3. Pertahankan Sirkulasi
Segera
pasang infus intravena. Bisa lebih dari satu infus. Pantau nadi,
tekanan darah, warna kulit, isi vena, produksi urin, dan (CVP).
DAFTAR PUSTAKA
https://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000167.htm
https://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000039.htm
Fitria, Nur. 2010. Shock dan Penanganannya. GASTER, Vol.7 No.2. http://www.jurnal.stikes-aisyiyah.ac.id/index.php/gaster/article/view/60/57 diakses pada tanggal 12 Maret 2016 pukul 13.15 WIB
Hardisman. 2014. Gawat Darurat Medis Praktis. Jakarta : EGC
King, Kenneth J., Olson, DaiWai M. What You Should Know About Neurogenic Shock. American Nurse Today. Februari 2007.
Mack, Elizabeth H. Neurogenic Shock. The Open Pediatric Journal, 2013, 7 16-18.
Worthley, L. I. G. Shock: A review of Pathophisiology and Management. Part I. Critical Care and Resuscitation 2000; 2: 55-65
0 comments:
Post a Comment
Mari kita budayakan berkomentar yang baik dan santun ya sobat.