BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
- PENGENALAN JAHE
Jahe
adalah tanaman rimpang yang sangat popular sebagai rempah-rempah dan
bahan obat. Beberapa ahli botani menyatakan bahwa tanaman jahe berasal
dari daerah Asia Tropik, yang kemudian tersebar di berbagai wilayah
mulai dari India sampai Cina. Namun, Nikolai Ivanovich Vavilov, ahli
botani Soviet, memastikan bahwa pusat utama asal tanaman jahe adalah
Indo-Malaya yang meliputi Indo-Cina, Malaysia, Filipina dan Indonesia.
Di kawasan Asia, tanaman jahe tersebar hampir di seluruh daerah tropika
basah. Kini, tanaman jahe banyak dibudidayakan di berbagai daerah. Pusat
utama tanaman jahe di Indonesia adalah Sumatera Utara, Bengkulu, Jawa
Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur (Rukmana, 2000).
Kedudukan tanaman Jahe dalam sistematika (Taksonomi) tumbuhan adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Subdivisi : Angiospermae (berbiji tertutup)
Kelas : Monocotyledonae (biji berkeping satu)
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae (temu-temuan)
Subfamili : Zingiberoidae
Genus : Zingiber
Spesies : Zingiber officinale Roxb (Rukmana, 2000).
Di
Indonesia, jahe dikenal dengan beberapa nama antara lain halia, haliya,
lea, lia, lahia, jhai, jahi, lai jhahik, moyuman, beuing, hairale,
masin manas, reja, pimedas, jahja, padeh, sipode, sipadas, pege, bahing,
ai manas, naije, sedap, sehi, sewe, laile, gore, gisoro, gihori, dan
yoyo. Tanaman jahe merupakan terna tahunan, berbatang semu dengan tinggi
antara 30 cm – 75 cm. Berdaun sempit memanjang menyerupai pita, dengan
panjang 15-23 cm, lebar lebih kurang 2,5 cm, tersusun teratur dua baris
berseling. Tanaman jahe hidup merumpun, beranak-pinak, menghasilkan
rimpang, dan berbunga. Bunga berupa malai yang tersembul pada permukaan
tanah, berbentuk tongkat atau bulat telur, dengan panjang lebih kurang
25 cm. Mahkota bunga berbentuk tabung, dengan helaian agak sempit,
tajam, berwarna kuning kehijauan. Bibir mahkota bunga berwarna ungu
gelap, berbintik-bintik putih kekuning-kuningan. Kepala sari berwarna
ungu dan mempunyai dua tangkai putik. Rimpang jahe memiliki bentuk
bervariasi, mulai dari agak pipih sampai gemuk (bulat panjang), dengan
warna putih kekuning-kuningan hingga kuning kemerah-merahan. Rimpang
jahe mengandung minyak atsiri yang mudah menguap sehingga memberikan bau
khas pada jahe (Rukmana, 2000).
- KLASIFIKASI
Jahe dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan ukuran, bentuk dan warna rimpangnya. Umumnya dikenal 3 varietas jahe, yaitu :
- Jahe
putih/kuning besar atau disebut juga jahe gajah atau jahe badak,
rimpangnya lebih besar dan gemuk, ruas rimpangnya lebih menggembung dari
kedua varietas lainnya. Jenis jahe ini biasa dikonsumsi baik saat
berumur muda maupun berumur tua, baik sebagai jahe segar maupun jahe
olahan.
- Jahe putih/kuning kecil
atau disebut juga jahe sunti atau jahe emprit, ruasnya kecil, agak rata
sampai agak sedikit menggembung. Jahe ini selalu dipanen setelah
berumur tua. Kandungan minyak atsirinya lebih besar dari pada jahe
gajah, sehingga rasanya lebih pedas, disamping seratnya tinggi. Jahe ini
cocok untuk ramuan obat-obatan, atau untuk diekstrak oleoresin dan
minyak atsirinya.
- Jahe merah,
rimpangnya berwarna merah dan lebih kecil dari pada jahe putih kecil
sama seperti jahe kecil, jahe merah selalu dipanen setelah tua, dan juga
memiliki kandungan minyak atsiri yang sama dengan jahe kecil, sehingga
cocok untuk ramuan obat-obatan (Harmono dan Andoko. 2005). Jahe
merah (Zingiber officinale Rosc.) sudah lama dikenal dapat menyembuhkan
berbagai macam penyakit, dibandingkan dengan jahe gajah atau jahe
empirit. Meskipun demikian, kebanyakan orang umumnya lebih mengenal jahe
gajah, yakni sebagai bumbu dapur, rempah-rempah, dan bahan obat-obatan.
Berdasarkan
penelitian para ahli, dalam maupun mancanegara, jahe memiliki efek
farmakologis yang berkhasiat sebagai obat dan mampu memperkuat khasiat
obat yang dicampurkannya. Dari ketiga jenis jahe yang ada jahe merah
yang lebih banyak digunakan sebagai obat, karena kandungan minyak atsiri
dan oleoresinnya paling tinggi dibandingkan dengan jenis jahe yang lain
sehingga lebih ampuh menyembuhkan berbagai macam penyakit (Tim Lentera,
2002).
- KANDUNGAN BAHAN AKTIF JAHE
Berbagai
manfaat yang terkandung dalam jahe disebabkan adanya kandungan berbagai
senyawa aktif, seperti minyak atsiri, zingiberena (zingerona),
zingiberol, kamfena, lemonin, bisabolena, kurkumen, gingerol,
filandrena, dan resin pahit. Kandungan senyawa kimia lain dalam jahe,
yakni senyawa flavonoid, fenolik utama, asam organik, alkaloid, dan
terpenoid.
Kandungan nutrisi (gizi)
dalam setiap 100 gram jahe mengandung kalori 51,00 kal , protein 1,50 g
, lemak 1,00 g , karbohidrat 10,10 g , kalsium 21,00mg , fosfor 39,00mg
, zat besi 1,60mg , vitamin A 30,00SI , vitamin B 1 0,02mg , vitamin C
4,00mg , air 86,20g , bagian yang dapat dimakan 97,00%.
Jahe
(Zingiber officinale (L.) Rosc.) mempunyai kegunaan yang cukup beragam,
antara lain sebagai rempah, minyak atsiri, pemberi aroma, ataupun
sebagai obat (Bartley dan Jacobs 2000). Secara tradisional, kegunaannya
antara lain untuk mengobati penyakit rematik, asma, stroke, sakit gigi,
diabetes, sakit otot, tenggorokan, kram, hipertensi, mual, demam dan
infeksi (Ali et al. 2008; Wang dan Wang 2005; Tapsell et al. 2006).
Berdasarkan bentuk, warna, dan ukuran rimpang, ada 3 jenis jahe yang
dikenal, yaitu jahe putih besar/jahe badak, jahe putih kecil atau emprit
dan jahe sunti atau jahe merah. Secara umum, ketiga jenis jahe tersebut
mengandung pati, minyak atsiri, serat, sejumlah kecil protein, vitamin,
mineral, dan enzim proteolitik yang disebut zingibain (Denyer et al.
1994). Menurut penelitian Hernani dan Hayani (2001), jahe merah
mempunyai kandungan pati (52,9%), minyak atsiri (3,9%) dan ekstrak yang
larut dalam alkohol (9,93%) lebih tinggi dibandingkan jahe emprit
(41,48, 3,5 dan 7,29%) dan jahe gajah (44,25, 2,5 dan 5,81%). Nilai
nutrisi dari 100 g jahe kering dengan kadar air 15% mempunyai komposisi
7,2-8,7 g, lemak 5,5-7,3 g, abu 2,5-5,7 g, abu (4,53 g), besi (9,41 mg),
kalsium (104,02 mg) dan fosfor (204,75 mg) (Nwinuka et al. 2005;
Hussain et al. 2009; Odebunmi et al. 2010).
Komposisi
kimia jahe sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain waktu
panen, lingkungan tumbuh (ketinggian tempat, curah hujan, jenis tanah),
keadaan rimpang (segar atau kering) dan geografi (Mustafa et al. 1990;
Ali et al. 2008). Rasa pedas dari jahe segar berasal dari kelompok
senyawa gingerol.
Pedas
dari jahe kering berasal dari senyawa shogaol ([6]-shogaol), yang
merupakan hasil dehidrasi dari gingerol. Di dalam jahe merah Indonesia
senyawa gingerol dan shogaol yang ditemukaan adalah gingerol dan
[6]-shogaol (Hernani dan Hayani 2001). Komponen kimia utama pemberi rasa
pedas adalah keton aromatik yang disebut gingerol terdiri dari 6, 8 dan
10 gingerol.
Jahe
kering mempunyai kadar air 7-12%, minyak atsiri 1-3%, oleoresin 5-10%,
pati 50-55% dan sejumlah kecil protein, serat, lemak sampai 7% (Eze dan
Agbo 2011). Aroma jahe sangat tergantung pada kandungan minyak atsirinya (1-3%) (Ali et al.
2008). Adanya variasi komponen kimia dalam minyak atsiri jahe bukan
saja dikarenakan varitasnya, tetapi kondisi agroklimat (iklim, musim,
geografi) lingkungan, tingkat ketuaan, adaptasi metabolit dari tanaman,
kondisi destilasi dan bagian yang dianalisa (Anwar et al. 2009; Abd El Baky dan El Baroty 2008; Singh et al. 2008; Wang et al. 2009).
Beberapa
komponen kimia jahe, seperti gingerol, shogaol dan zingerone memberi
efek farmakologi dan fisiologi seperti antioksidan, antiimflammasi,
analgesik, antikarsinogenik, non-toksik dan non-mutagenik meskipun pada
konsentrasi tinggi (Surh et al. 1998, Masuda et al. 1995; Manju dan Nalini 2005; Stoilova et al. 2007). Minyak dalam ekstrak mengandung seskuiterpen, terutama zingiberen, monoterpen dan terpen teroksidasi.
Oleoresin
jahe mengandung lemak, lilin, karbohidrat, vitamin dan mineral.
Oleoresin memberikan kepedasan aroma yang berkisar antara 4-7% dan
sangat berpotensi sebagai antioksidan (Balachandran et al. 2006). Proses pengolahan terutama yang menggunakan pemanasan ternyata akan menurunkan kadar gingerol (He et al. 1998; Zhang et al.
1994). Hasil penelitian Puengphian dan Sirichote (2008), menunjukkan
bahwa jahe segar (kadar air 94%), 17%-nya mempunyai kandungan gingerol
21,15 mg/g. Adanya pengeringan pada suhu 55 ± 2° C selama 11 jam
menghasilkan kadar air 11,54 ± 0,29% dengan kadar gingerol 18,81 mg/g.
- MANFAAT JAHE DALAM KESEHATAN
Jahe
biasanya aman sebagai obat herbal (Weidner dan Sigwart 2001). Hasil
penelitian terhadap tikus hamil yang diberikan ekstrak jahe secara oral
tidak mempengaruhi kehamilan dan tidak menyebabkan toksisitas sampai
konsentrasi 1000 mg/kg. Walaupun dilaporkan juga beberapa efek samping
minor akibat konsumsi jahe seperti diare ringan atau reaksi alergi
ringan. Efek samping terutama terjadi bila jahe dikonsumsi mentah.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa bila jahe dikonsumsi dalam jangka
panjang akan mempunyai efek hipoglikemik dan hipolipidemik (Ahmed dan
Sharma 1997).
Hasil
penelitian farmakologi menyatakan bahwa senyawa antioksidan alami dalam
jahe cukup tinggi dan sangat efisien dalam menghambat radikal bebas
superoksida dan hidroksil yang dihasilkan oleh sel-sel kanker, dan
bersifat sebagai antikarsinogenik, non-toksik dan non-mutagenik pada
konsentrasi tinggi (Manju dan Nalini 2005). Beberapa senyawa, termasuk
gingerol, shogaol dan zingeron memberikan aktivitas farmakologi dan
fisiologis seperti efek antioksidan, antiinflammasi, analgesik,
antikarsinogenik dan kardiotonik (Surh et al. 1998; Masuda et al. 1995).
Senyawa murni (E-8 beta,17 epoxylabd-12-ene-15,16-dial) dapat
menghambat biosintesa cholesterol di dalam homogenasi hati tikus (Tanabe
et al. 1993).
Senyawa
gingerol telah dibuktikan mempunyai aktivitas sebagai antipiretik,
antitusif, hipotensif (Mamoru et al. 1984), antiimflamasi dan analgesik
(Kim et al. 2005), antitumor (Surh et al. 1999), antikanker (Dorai et
al. 2004), antioksidan (Masuda et al. 2004), antifungal (Ficker et al.
2003). Selain itu, sangat efektif untuk mencegah sinar ultra violet B
(UVB) dan bisa sebagai terapi untuk mencegah kerusakan kulit (Ali et al.
2008). Pada konsentrasi rendah ternyata [6]-gingerol and [6]– shogaol
dapat menurunkan tekanan darah (Suekawa et al. 1984).
Jahe
dilaporkan dapat mengurangi resiko penyakit jantung dan meningkatkan
performan dari jantung selama olah raga, karena memberikan efek relaks
dalam tubuh. Selain itu, dapat mengurangi berat badan dan anti
hiperlipidemia, serta mengurangi mual dan muntah pada ibu hamil (Anon
2008). Secara invitro telah dibuktikan bahwa bahan aktif dalam jahe
berpotensi dan prospektif untuk mengobati penyakit Alzheimer (Kim et al.
2002), penyakit kronik seperti diabetes (Sekiya et al. 2004), dan
hipertensi (Ghayur dan Gilani 2005). Untuk mencegah mabuk laut, telah
dicobakan supplemen jahe terhadap 1741 orang turis dengan dosis 250 mg
setiap 2 jam, hasilnya menunjukkan sangat efektif sama seperti bila
mengkonsumsi obat untuk mencegah mabuk laut (Schmid et al. 1994). Pada
percobaan lain, dilakukan terhadap 11 orang dewasa yang telah menjalani
kemoterapi, ternyata mengalami penurunan mual setelah mengkonsumsi
serbuk jahe 1,5 g (Meyer et al. 1995; Pecoraro et al. 1998). Ekstrak
jahe merah oral dalam dosis rendah 0,2 – 2 mg/kg menunjukkan efek
analgesik dan anti-inflamasi sangat efektif, karena adanya sinergisitas
senyawa dalam ekstrak jahe merah. Bahkan ketika diberikan kepada 8
volunter ternyata sangat efektif dalam mencegah mabuk laut termasuk di
dalamnya vertigo yang berhubungan dengan mabuk laut (Grontved et al.
1986).
Senyawa
zingerone, yang memberikan karakter sangat tajam dari rimpang jahe,
sangat efektif terhadap Escheria coli penyebab diare, terutama pada
anak-anak. Adanya sejumlah mineral seperti kalium, mangan tembaga, dan
magnesium juga sangat membantu. Kalium dalam sebuah komponen penting
dari sel dan cairan tubuh yang membantu mengendalikan detak jantung dan
tekanan darah (Anon 2010). Demikian juga telah dicobakan terhadap kadet
angkatan laut ternyata secara signifikan bisa lebih efektif untuk
mencegah mabuk laut terutama untuk mual dan vertigo (Grontved et al.
1988). Seorang wanita berusia 42 tahun. dengan sejarah 16 tahun
mengalami migrain merasa lega setelah melengkapi dietnya dengan 1,5-2 g
jahe kering setiap hari (Mustafa et al. 1990). [10]-gingerol sangat
aktif menghambat M. avium dan M. tuberculosis secara in vitro, sedangkan
[6] dan [12]- gingerol mempunyai aktivitas antibakteri untuk mulut dan
gusi (Miri et al. 2008). Ekstrak etanol dan kloroform jahe ternyata
dapat menghambat pertumbuhan bakteri Klebsiella pneumoniae, Salmonella
thyphimurium, Bacillus cereus, Enterococcus fecalis dan Staphylococcus
aureus, tetapi idak memberikan efek terhadap pertumbuhan E. coli,
Pseudomonas aeruginosa dan S. epidermidis (Nalbantsoy et al. 2008).
Jahe
tidak mengandung lemak dan gula sehingga dapat ditambahkan pada produk
makanan untuk meningkatkan aroma tanpa penambahan kalori. Di India dan
China, teh jahe yang dibuat dari jahe segar tidak hanya mengurangi berat
badan tetapi dapat membantu pencernaan. Enzim jahe dapat mengkatalisa
protein di dalam pencernaan sehingga tidak menimbulkan mual. Bubuk jahe
dapat digunakan sebagai obat-obatan untuk produksi obat-obatan herbal
dalam pengobatan demam dingin. Jahe segar telah digunakan dalam produksi
anggur jahe dan jus yang digunakan sebagai minuman. Ada beberapa
organisasi dan beberapa perusahaan swasta, yang terlibat dalam pembuatan
pasta jahe dan produk berbasis jahe.
Jahe
dapat menstimulasi sirkulasi darah (Shoji et al. 1982). Jahe mengandung
senyawa potensial antiimflammasi yang disebut gingerol (Kwang et al.
1998). Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa mengkonsumsi bahan segar
dan olahan jahe setiap hari akan menurunkan sakit otot dan mencegah
salah otot akibat olah raga. Selain itu, dapat mengurangi kolesterol
yang dapat merusak kesehatan jantung (Akoachere et al. 2002).
Ekstrak
metanol jahe kering dapat menurunkan secara signifikan peningkatan
level lipid yang diinduksi fruktosa, berat badan, hiperglikemik dan
hiperinsulinema. Sementara perlakuan dengan ekstrak etil asetat tidak
menunjukkan pengaruh bermakna pada dua parameter terakhir, tetapi
memberikan penurunan bermakna terhadap penurunan lipid darah dan berat
badan. Konsentrasi [6]-gingerol lebih tinggi pada ekstrak metanol
dibanding etil asetat (Kadnur dan Goyal 2005). Penelitian Al Amin et al.
(2006) dalam Ali et al (2008) mempelajari potensi hipoglikemik jahe
pada tikus yang telah diinduksi diabetes, dengan memberikan jahe segar
sebanyak 500 mg/kg setiap hari selama 7 minggu. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dosis tersebut signifikan efektif menurunkan level
serum glukosa, kolesterol dan triasilgliserol. Singh et al. (2009)
meneliti pengaruh pemberian jahe sebagai antiglikemik, menurunkan lemak
darah dan sebagai agen antioksidan untuk diabetes tipe 2.
Untuk
terapi kanker biasanya dengan cara kemoterapi dan efek samping dari
kemoterapi adalah mual dan rambut rontok. Jahe ternyata dapat mengurangi
mual sebagai efek samping dari pengobatan kemoterapi, bahkan hasil dari
penelitian menunjukkan bahwa jahe dapat melawan sel kanker (Platel et
al. 1995). Semua ini dikarenakan adanya efek sinergisitas dari
zingiberen dan komponen turunannya yang memberikan efek farmakologi.
Kandungan sejumlah magnesium, kalsium, protein, besi, sodium, kalium dan
fosfor akan memberikan perbaikan untuk otot, depresi, lemah otot,
kejang, dan kerusakan lambung. Tingginya kadar kalium akan melindungi
kerusakan tulang, paralisis, sterilitas, lemah otot kerusakan ginjal dan
hati. Produk-produk dari jahe seperti teh jahe digunakan sebagai
karminatif dan mengobati demam, di China digunakan sebagai tonik. Di
Inggris, jahe ditambahkan pada bir untuk mengobati diare, mual dan
muntah. Ekstrak jahe dicampur dengan asiatikosida dari pegagan dapat
mengurangi selulit. Jahe dikenal mempunyai aktivitas sebagai antioksidan
yang akan membantu menetralisir radikal bebas dan dapat menghambat
kolagenase elastisitas pada kulit sehingga dapat digunakan sebagai
antiselulit (Murad dan Marina 2002).
- Cara Pembuatan Bubuk Jahe Merah
- Spesifikasi bahan
- Jahe merah (500 gr)
- Umur rimpang minimal 7 bln
- Jahe merah yang dibeli harus dalam keadaan segar,tidak rusak, berwarna merah dan kuning di dalamnya
- Disimpan dan digunakan tidak lebih dari 3 hari
- Cabai jawa (125 gr)
- Warna merah kecoklatan
- Aroma pedas menyengat
- Panjang minimal 4 cm
- Digunakan dalam keadaan kering
- Lada hitam (1 gr)
- Seperti merica, tetapi berkulit hitam
- Digunakan dalam keadaan kering
- Bahan tambahan lain
- Gula pasir (1500 gr)
- Gula aren (125 gr)
- Garam (2 gr)
- Air (500-550 ml)
- Alat yang digunakan
- Kompor
- Wajan
- Blender
- Ayakan/penyaring
- pengaduk
- Proses pengolahan
- Pemanasan disertai pengadukan
- Pemanasan awal: gula merah, garam, bubuk cabe jawa, dan lada hitam dimasukkan dan diaduk hingga larut.
- Setelah volume larutan mencapai ¼ bagian dari awal, gula pasir baru dimasukkan.
- Suhu berkisar 80-100 0C. Hindari bau gosong dengan mengatur api kompor
- Pendinginan
disertai pengadukan à hingga timbul buih-buih dan sudah tidak ada
larutannya. Api dikecilkan perlahan. Diaduk tanpa henti
- Pembentuka kristalà selama proses pendinginan, tak lama kemudian membentuk kristal-kristal dan tetap diaduk.
- Pengecilan ukuran kristal à dilakukan dengan pengadukan secara kontinu, api kompor dimatikan
- Pengayakan
- Pengayakan dilakukan pada kristal (bubuk jahe merah instan) yang terdapat pada wajan
- Bagian yang lolos pada saringan akan langsung dikemas dan yang tidak lolos dikecilkan dengan blender, kemudian disaring kembali
- Obat Anti Alergi
Sebagian
orang mungkin sensitif terhadap makanan tertentu sehingga menimbulkan
alergi. Jahe dapat dimanfaatkan sebagai anti-alergi.
Cara pengolahan :
- Kupas dan cincang secara halus ¼ inci jahe segar
- Didihkan air 1 ½ cangkir dalam panci, lalu tambahkan kan jahe yang sudah dihaluskan
- Tetap biarkan air mendidih hingga tersisa sekitar 1 cangkir saja dalam panci.
- Saring dan tambahkan teh dalam cangkir/mug lalu nikmati. Bila rasa terlalu kuat tambahkan madu sebagai pemanis alami.
- Minum teh jahe ini dua kali sehari sampai gejala alergi mereda.
- Obat pada Pasien Arthritis
Sifat
anti inflamasi dari jahe ditemukan dapat mengurangi peradangan dan
nyeri yang terkait dengan Osteoarthritis dan Rheumatoid Arthritis bila
dikonsumsi secara teratur.
Cara pengolahan:
- Kupas jahe segar ½ inci masukkan dalam makanan dan konsumsi setiap hari setiap makan
- Minum
jahe yang sudah ditiriskan setiap hari / mengompres radang persendian
dengan air jahe dapat mengatasi pembengkakan akibat radang sendi.
- Obat Meredakan Flu, Demam, dan Pilek
Cara pengolahan:
- Kupas 1 inci jahe segar,
- Giling jahe lalu peras jahe hingga sari keluar
- Taruh perasan jahe dalam cangkir kecil.
- Campur 4 sendok makan madu kedalam cangkir yang sudah berisi sari jahe.
- Konsumsi setengah sendok teh 2 kali sehari
- Obat Pereda Nyeri dan Linu (Penderita Rematik)
- Bahan
- 100 gram jahe, bersihkan
- 1 siung bawang merah
- 5 lembar daun sambung nyawa segar
- 10 butir merica putih
- minyak kayu putih secukupnya
- Cara membuat
- Tumbuk kasar semua bahan
- Gosokkan pada bagian tubuh yang nyeri sambil dipijat
- Lakukan setiap kali nyeri kambuh
- Obat Alergi (Gatal-Gatal)
- Bahan: 3-7 rimpang jahe sebesar ibu jari, cuci bersih
- Cara membuat
- Parut rimpang jahe hingga halus
- Oleskan parutan jahe di bagian badan yang terasa gatal
- Obat Asma
- Bahan
- 20 gram jahe merah segar
- 30 gram daun sambiloto segar
- 30 gram daun randu segar
- 20 gram daun lampes segar
- 4 gelas air (800 ml)
- Cara membuat
- Cuci bersih semua bahan, rajang kecil-kecil
- Rebus semua bahan hingga tersisa 2 gelas air
- Saring dan minum 2 kali sehari satu gelas setelah makan
- Dapat ditambahkan 2 sendok makan madu dan perasan jeruk nipis
- Obat Batuk
Cara pengolahan:
- Cuci bersih tiga rimpang jahe sebesar ibu jari, lalu rebus di dalam dua gelas air
- Didihkan air hingga kurang dari satu gelas.
- Air rebusan jahe dapat diminum dua kali sehari, pagi dan sore hari.
- Obat Masuk Angin
Cara pengolahan:
- Memarkan tiga rimpang jahe sebesar ibu jari
- Masukkan jahe yang telah dimemarkan tersebut ke dalam dua gelas air bersih dan bubuhkan sedikit gula aren
- Didihkan campuran tersebut selama lima belas menit hingga airnya tersisa setengah
- Kemudian saring ramuan tersebut ke dalam gelas
- Dalam keaadaan masih hangat, minum ramuan tersebut
- Hasil saringan air jahe ini diminum setiap dua kali sehari
- Kedua
tersebut memang dapat diatasi dengan membeli obat kelas warung tanpa
resep dokter, tapi toh obat-obatan tersebut terlalu banyak zat kimianya.
Beda dengan jahe yang alami dan merupakan obat tradisional
- Obat Kepala Pusing
Cara pengolahan:
- Cuci bersih tiga rimpang jahe sebesar ibu jari
- Bakar dan memarkan ketiga rimpang jahe yang telah dicuci tersebut
- Seduh dengan satu gelas air yang dicampur dengan sedikit madu atau gula aren
- Minum sekaligus satu gelas ramuan tersebut
- Obat Sakit Pinggang
Cara pengolahan:
- Cuci tiga rimpang jahe dan dua buah asam jawa yang sudah masak.
- Parut dan campur dengan asam jawa hingga merata.
- Oles campuran parutan tersebut pada pinggang yang sakit
- Obat Vitiligo
Vitiligo yaitu penyakit kekurangan yang berupa bercak putih pada kulit
Cara pengolahan:
- Cuci bersih 30 gram jahe, kemudian blender jahe tersebut.
- Balurkan hasil blender pada kulit yang menderita vitiligo.
- Obat Melangsingkan Setelah Melahirkan
Cara pengolahan:
- Keringkan tiga sendok makan beras selama tiga jam
- Rebus 125 gram gula merah, kunyit kecil, satu sendok makan asam, jahe potong dan daun pandan dalam tiga gelas air.
- Saring ramuan tersebut.
- Rebus bubuk, jahe, kunyit dan beras.
- Setelah semua halus, tuangkan air mendidih sedikit demi sedikit ke dalam rempah-rempah.
- Saring ramuan tersebut dengan kain bersih dan remas dengan kapur.
- Tamburkan garam secukupnya pada ramuan.
- Minum ramuan tersebut secara teratur agar hasil maksimal. Jika ramuan tersebut kurang manis, tambahkan gula secukupnya
DAFTAR PUSTAKA
Abd
El-Baky H.H. dan G.S. El-Baroty. 2008. Chemical and biological
evaluation of the essential oil of Egyptian Moldavian balm. Int. J.
Essential Oil Therap. 2: 76-81.
Ahmed
R. dan S. Sharma. 1997. Biochemical studies on combined effect of
garlic (Allium sativum Linn) and ginger (Zingiber officinale Rosc) in
albino rats. Indian journal of experimental biology. 35: 841-843.
Akoachere
J.F., R.N. Ndip dan E.B. Chenwi. 2002. Antibacterial effect of Zingiber
officinale and Garcinia kola on respiratory tract pathogens. East Afr.
Med. J. 79: 588-592.
Ali,
B.H., G. Blunden, M. O. Tanira dan A. Nemmar. 2008. Some phytochemical,
pharmacological and toxicological properties of ginger (Zingiber
officinale Roscoe): A review of recent research. Food and Chemical
Toxicology. 46 : 409–420.
Anon. 2010. Ginger root nutrition facts. www ginger-root-1.htm.
Anon.
2008. Ginger an excellent dietary supplement. Ginger as dietary
supplement - chemical constituents of ginger - uses of ginger -
medicinal benefits of ginger _ bodybuilding supplements guide.htm.
Diakses 3 Juni 2011.
Anwar,
F., M. Ali, A.L. Hussain dan M. Shahid. 2009. Antioxidant and
antimicrobial activities of essential oil and extracts of fennel
(Foeniculum vulgare Mill.) seeds from Pakistan. Flav. Frag. J. 24 :
170-176.
Arnaudon,
H. 2002 An International Market Study of Ginger. Micro-Enterprise
Development Programme (MEDEP/NEP/97/013) And the District Ginger
Entrepreneurs. India.
Balachandran,
S., S. E. Kentish and R. Mawson. 2006. The effect of both preparation
method and season on the supercritical extraction of ginger. Sep. Purif.
Technol. 48 (2) : 94-105.
Bartley,
J. dan A. Jacobs. 2000. Effects of drying on flavour compounds in
Australian-grown ginger (Zingiber officinale). Journal of the Science of
Food and Agriculture. 80:209–215.
Bhattarai,
S., V.H. Tran dan C.C. Duke. 2001. The stability of gingerol and
shogaol in aqueous solution. J. Pharm. Sci. 90 : 1658–1664.
Chen,
H. D., J.C. Weiss dan F. Shahidi. 2006. Nanotechnology in
nutraceuticals and functional foods. Food Technology, v. 60, n. 3, p.
30, 2006
Denyer,
C.V., P. Jackson, D.M. Loakes, M.R. Ellis dan D.A.B. Yound. 1994.
Isolation of antirhinoviral sesquiterpenes from ginger (Zingiber
officinale). J Nat Products. 57 : 658-662.
Dorai,
T. dan B.B. Aggarwal. 2004. Antitumor promoting activities of selected
pungent phenolic substances present in ginger. Cancer Lett. 215:
129-140.
El-Baroty,
G.S., H. H. Abd El-Baky, R. S. Farag dan M. A. Saleh. 2010.
Characterization of antioxidant and antimicrobial compounds of cinnamon
and ginger essential oils. African Journal of Biochemistry Research. 4 :
167-174.
Evans, W.C. 2002. Ginger. Trease and Evans Pharmacognosy, 15th ed. WB Saunders, Edinburgh, pp. 277–280.
Eze,
J.I. dan K.E. Agbo. 2011. Comparative studies of sun and solar drying
of peeled and unpeeled ginger. Am. J. Sci. Ind. Res. 2 : 136-143.
Felipe,
C.F., S.F. Kamyla, L. André, N.S.B. José, A.N. Manoel, M.F. Marta dan
S.V. Glauce. 2008. Alterations in behavior and memory induced by the
essential oil of Zingiber officinale Roscoe (ginger) in mice are
cholinergic-dependent. J. Medicinal Plants Res. 2 : 163-170
Ferdiansyah, A. 2009. Prospek dan potensi jahe gajah. http:www//prospek-dan-potensi-jahe-gajah.htm
Ficker,
C., M.L. Smith, K. Akpagana, M. Gbeassor, J. Zhang, T. Durst, R.
Assabgui dan J.T. Arnason. 2003. Bioassay-guided isolation and
identification of antifungal compounds from ginger. Phytother. Res. 17:
897-902
Ghayur,
M.N. dan A.H. Gilani. 2005. Ginger lowers blood pressure through
blockade of voltage-dependent calcium channels. J Cardiovasc Pharmacol.
45: 74-80.
Grontved,
A. dan E. Hentzer. 1986. Vertigo-reducing effect of ginger root. A
controlled clinical study. ORL J Otorhinolaryngol Relat Spec.
48:282-286.
Grontved,
A., T. Brask, J. Kambskard dan E .Hentzer. 1988. Ginger root against
seasickness. A controlled trial on the open sea. Acta Otolaryngol
(Stockh). 105:45-49.
Govindarajan,
V. 1982. Ginger-chemistry, technology and quality evaluation: Part I.
CRC. Crit Reviews in Food Science and Nutrition. 19: 1-96.
He,
X., W.B. Matthew, L. Lian dan L. Lin. 1998. High-performance liquid
chromatography-electrospray mass spectrometric analysis of pungent
constituents of ginger. J. Chromatogra. 796 (2) :327-334.
Hernani
dan E. Hayani. 2001. Identification of chemical components on red
ginger (Zingiber officinale var. Rubrum) by GC-MS. Proc. International
Seminar on natural products chemistry and utilization of natural
resources. UI-Unesco, Jakarta : 501-505
Hussain,
J., A. Bahader, F. Ullah, N. Rehman, A. Khan, W. Ullah dan Z. Shinwari.
2009. Proximate and nutrient analysis of the locally manufactured
herbal medicines and its raw material. J. Am. Sci. 5: 1-5.
Jolad,
S.D., R.C. Lantz; G.J, Chen, R.B. Bates dan B.N. Timmermann. 2005.
Commercially processed dry ginger (Zingiber officinale): composition and
effects on LPS-stimulated PGE2 production. Phytochemistry 66:1614–1635.
Jolad,
S.D., R.C. Lantz, A.M. Solyon, G.J. Chen, R.B. Bates, dan B.N.
Timmermann. 2004. Fresh organically grown ginger (Zingiber officinale):
composition and effects on LPS-induced PGE2 production. Phytochemistry.
65:1937–1954.
Kadnur, S.V. dan R.K. Goyal. 2005. Beneficial effects of Zingiber officinale
Roscoe on fructose induced hyperlipidemia and hyperinsulinemia in rats. Indian J. Exp. Biol. 43, 1161–1164.
Kim,
E.C., J.K. Min, T.Y. Kim, S.J. Lee, H.O. Yang, S. Han, Y.M. Kim dan
Y.G. Kwon. 2005. 6-Gingerol, a pungent ingredient of ginger, inhibits
angiogenesis in vitro and in vivo. Biochem. Biophys. Res. Commun. 335:
300-308.
Kim,
D.S., D.S. Kim dan M.N. Oppel. 2002. Shogaols from Zingiber officinale
protect IMR32 human neuroblastoma and normal human umbilical vein
endothelial cells from beta-amyloid (25-35) insult. Planta Med. 68:
375-376.
Kwang,
K., S. Kyung, L. Jong, L. Sang dan S. Young. 1998. Inhibitory effects of
[6]-gingerol, a major pungent principle of ginger, on phorbol
esterinduced inflammation, epidermal ornithine decarboxylase activity
and skin tumor promotion in ICR mice. Canc. let. 129: 39-144.
Langner, E., S. Greifenberg dan J. Gruenwald. 1998. Ginger: history and use. Adv. Ther. 15: 25–44.
Lee,
H. S., S.S. Lim, G.J. Lim, J.S. Lee, E.J. Kim dan K.J. Hong. 2008.
Antiviral effect of ingenol and gingerol during HIV-1 replication in MT4
Human T lymphocytes. Antiviral Res. 12:34-37.
Mamoru,
S., I. Atsushi, Y. Kazunori, S. Kazuhiko, A. Masaki dan H. Eikichi.
1984. Pharmacological studies on ginger. I. Pharmacological action of
pungent constituents, 6-gingerol and 6-shogaol. J. Pharmacobiol. Dyn 7:
836-848.
Manju,
V. dan N. Nalini. 2005. Chemopreventive efficacy of ginger, a naturally
occurring anticarcinogen during the initiation, post initiation stages
of 1, 2 dimethyl hydrazine-induced colon cancer. Clin Chim Acta. 358:
60-67
Masuda, T.,
A. Jitoe dan T.J. Mabry. 1995. Isolation and structure determination of
cassumunarins A, B, C: new anti-inflammatory antioxidants from a
tropical ginger, Zingible cassumunar. J Am Oil Chem Soc. 72: 1053-1057
Masuda,
Y., H. Kikuzaki, M. Hisamoto dan N. Nakatani. 2004. Antioxidant
properties of ginger related compounds from ginger. Biofactors. 21:
293-296,
Meyer,
K., J. Schwartz, D. Crater dan B. Keyes. 1995. Zingiber officinale
(ginger) used to prevent 8-Mop associated nausea. Dermatol Nurs.
7:242-244.
Miri,
P., J. Bae dan D.S. Lee. 2008. Antibacterial activity of [10]-gingerol
and [12]-gingerol isolated from ginger rhizome against periodontal
bacteria. Phytothery Res. 22:1446-1449.
Mishra,
P. 2009. Isolation, spectroscopic characterization and molecular
modeling studies of mixture of Curcuma longa, ginger and seeds of
fenugreek. International Journal of PharmTech Research. 1: 79-95,
Murad,
H. dan Marina del Rey. 2002. Pharmaceutical Compositions and methods
for reducing the appearance of cellulite. U.S. Patent US 0137691A1.
Mustafa, T. dan K.C. Srivastava. 1990. Ginger (Zingiber officinale) in migraine headache. J. Ethnopharmacol. 29 : 267-273.
Nalbantsoy,
A., D. A. Tamis, I. H. Akgun, T. O. Yalcin, I D. Gurhan dan I. Karaboz.
2008. Antimicrobial and cytotoxic activities of Zingiber officinalis
Extracts. FABAD J. Pharm. Sci. 33, 77–86
Nwinuka,
N., G. Ibeh dan G. Ekeke. 2005. Proximate composition and levels of
some toxicants in four commonly consumed spices. J. Appl. Sci. Environ.
Mgt. 9: 150-155.
Odebunmi,
E., O. Oluwaniyi dan M. Bashiru. 2010. Comparative proximate analysis
of some food condiments. J. App. Sci. Res. 6: 272-274.
Pecoraro,
A., J. Patel, T. Guthrie dan B. Ndubisi. 1998. Efficacy of ginger as an
adjunctive anti-emetic in acute chemotherapy-induced nausea and
vomiting. ASHP Midyear Clinical Meeting. 33:P-429E.
Pouchangdang,
S. dan P. Sanchai. 2009. Process development of ginger powder
encapsulation using drum dryer. World Applied Sci. Journal 7:187-191
Platel,
K. dan K. Srinivasan. 1995. Influence of common dietary spices or their
active principles on digestive enzymes of small intestinal mucosa in
rats, Int. J. Food Sci. Nutr. 47: 55-59.
Puengphian,
C. dan A. Sirichote. 2008. [6]-gingerol content and bioactive
properties of ginger (Zingiber officinale Roscoe) extracts from
supercritical CO2 extraction. As. J. Food Ag-Ind.1: 29-36
Rehman,
R., M. Akram, N. Akhtar, Q. Jabeen, T. Saeed, S.M.A. Shah, K. Ahmed, G.
Shaheen dan H.M. Asif. 2011. Zingiber officinale Roscoe
(pharmacological activity). Journal of Medicinal Plants Research. 5:
344-348
Saraf, A. S. 2010. Applications of novel drug delivery system for herbal formulations. Reviews. Fitoterapia 81 (2010) 680–689
Schmid
R; T Schick; R Steffen; A Tschopp; T Wilk. 1994. Comparison of seven
commonly used agents for prophylaxis of seasickness. J Travel Med.
1:203-206.
Sekiya,
K., A. Ohtani dan S. Kusano. 2004. Enhancement of insulin sensitivity
in adipocytes by ginger. Biofactors. 22 (1-4) : 153-156.
Shoji,
A., T. Iwasa dan Y. Takemoto. 1982. Cardiotonic principles of ginger
(Zingiber officinale Roscoe). J Pharmac Sci. 71: 1174-1175.
Singh,
G., I.S. Kapoor, P. Singh, C.S. Heluani, M.P Lampasona dan C.A.N
Catalan. 2008. Chemistry, antioxidant and antimicrobial investigation on
essential oil and oleoresin of Zingiber officinale. Food Chem. Toxicol.
46: 3295-3302.
Singh,
A.B., Akankshsa, N. Singh, R. Maurya dan A.K. Srivastava. 2009.
Antihyperglycaemic, lipid lowering and antioxidant properties of
[6]-gingerol in db/db mice. Int. J. of Medicine and Medical Sci.
1:536-544.
Stoilova,
I, A. Krastanov, A. Stoyanova, P. Denev dan S. Gargova. 2007.
Antioxidant activity of a ginger extract (Zingiber officinale). Food
Chemistry.102: 764–770
Suekawa,
M., A. Ishige, K. Yuasa, K. Sudo, M. Aburada dan E. Hosoya. 1984.
Pharmacological studies on ginger. I. Pharmacological actions of pungent
constituents, (6)-gingerol and (6)-shogaol. J Pharmacobiodynamics.
7:13-18.
Surh,
Y.J., E. Loe dan J.M. Lee.1998. Chemopreventive properties of some
pungent ingredients present in red pepper and ginger. Mutat Res.
402:259-267.
Surh,
Y.J., K.K. Park, K.S. Chun, L. Lee, E. Lee dan S. Lee. 1999. Antitumor
promoting activities of selected pungent phenolic substances present in
ginger. J. Environ. Pathol. Toxicol. Oncol.18:131-139.
Tanabe,
M., Y.D. Chen, K. Saito dan Y. Kano. 1993. Cholesterol biosynthesis
inhibitory component from Zingiber officinale Roscoe. Chem. Pharm. Bull.
(Tokyo). 41:710-713
Tapsell,
L.C., I. Hemphill, L. Cobiac, C.S. Patch, D.R. Sullivan, M. Fenech, S.
Roodenrys, J.B. Keogh, P.M. Clifton, P.G. Williams, V.A. Fazio dan K.E.
Inge. 2006. Health benefits of herbs and spices: the past, the present,
the future. Med. J. Aust. 185 (Suppl. 4),S4–S24.
Toure,
A., Z. Xiaoming, C.S. Jia dan D. Zhijian, 2007. Microencapsulation and
oxidative stability of ginger essential oil in maltodextrin/whey protein
isolate (MD/WPI). Int. J. Dairy Sci. 2: 387-392.
Wang,
R., W. Ruijiang dan Y. Bao. 2009. Extraction of essential oils from
five cinnamon leaves and identification of their volatile compound
compositions. Innovative Food Sci. Emerging Technol. 10: 289–292
Wang, W.H. dan Z.M. Wang. 2005. Studies of commonly used traditional medicine-ginger. Zhongguo Zhong Yao Za Zhi. 30:1569–1573.
Weidner,
M.S. dan K. Sigwart. 2001. Investigation of the teratogenic potential
of a Zingiber officinale extract in the rat. Reprod. Toxicol: 1575–1580.
Wohlmuth,
H, M.K. Smith, L.O. Brooks, S.P. Myer dan D.N. Leach. 2006. Essential
oil composition of diploid and tetraploid clones of ginger (Zingiber
officinale Roscose) grown in Australia. 54: 1414-1419.
Wohlmuth,
H., D.N. Leach, M.K. Smith dan S.P. Myers. 2005. Gingerol content of
diploid and tetraploid clones of ginger (Zingiber officinale Roscoe). J.
Agric. Food Chem. 53 : 5772–5778.
Yuliani,
S, Desmawarni dan N. Harimurti. 2007. Pengaruh laju alir umpan dan suhu
inlet spray drying pada karakteristik mikrokapsul oleoresin jahe. J.
Pascapanen 4: 18-26
Zhang,
X., W.T. Iwaoka, A.S. Huang, S.T. Nakamoto dan R. Wong. 1994. Gingerol
decreases after processing and storage of ginger. J. Food Sci.
59:1338-1343.
Sulandra Abd. Samad, Manfaat kandungan jahe.
http://www.zonakesehatan.info/2014/03/manfaat-kandungan-jahe-bagi-kesehatan.html
diakses pada tanggal 30 November 2014 pukul 09.00 WIB
BeritaKapan.
Manfaat Jahe Sebagai Obat Tradisional.
http://www.beritakapan.com/2014/11/manfaat-jahe-sebagai-obat-tradisional.html
diakses pada tanggal 30 November 2014 pukul 09.05 WIB
Zafar, Jawairia. 2014. Ginger Health Benefit. http://www.homeremediesweb.com/ginger-health-benefits.php diakses pada tanggal 30 November 2014 pukul 09.05 WIB
Rukmana, Rahmat. 2000. Usaha Tani Jahe. Yogyakarta : Kanisius.
Utami Prapti, Puspaningtyas Desty Ervira. 2013. Jakarta. PT Agro Media Pustaka