Asuhan Keperawatan pada Luka Bakar

Luka bakar merupakan cedera paling berat yang mengakibatkan permasalahan yang kompleks, tidak hanya menyebabkan kerusakan kulit namun juga seluruh sistem tubuh (Nina,2008)...

Materi Intepretasi EKG Normal

Elektrokardiografi adalah ilmu yg mempelajari aktivitas listrik jantung sedangkan Elektrokardigram ( EKG ) adalah suatu grafik yg menggambarkan rekaman listrik jantung...

Liburan Murah Bersama Alam di Hutan Pinus Pandaan

Pasuruan merupakan salah satu kabupaten yang memiliki puluhan destinasi wisata yang menarik. Banyak para pelancong yang akhirnya melabuhkan hatinya di Pasuruan...

Mahasiswa FKp Satu-Satunya Delegasi Keperawatan pada Kompetisi Riset Dunia

Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga mengirimkan satu tim delegasi untuk mengikuti Hokkaido Indonesian Student Association Scientific Meeting-14 (HISAS-14) di Hokkaido...

Kisah Inspiratif Dua Pedagang Keren

assalamualaikum wr.wb para pembaca yang budiman. Sudah lama ane gak posting-posting lagi. Hari ini izinkan ane berbagi pengalaman kepada pembaca semua...

Apa yang Membuat Saya Rindu Kampung Halaman?

Pembaca yang budiman, mungkin di antara kita banyak yang sedang atau pernah menyandang status sebagai perantau kota besar. Entah karena studi...

السَّلاَÙ…ُ عَÙ„َÙŠْÙƒُÙ…ْ ÙˆَرَØ­ْÙ…َØ©ُ اللهِ ÙˆَبَرَÙƒَاتُÙ‡ُ ...... Selamat datang di BLOG RIO CRISTIANTO. Dukung Blog ini dengan like fanspage "Rio Cristianto". Thank you, Happy Learning... ^_^

Wednesday, 28 December 2016

Obat Herbal Tradisional: Jahe

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

  1. PENGENALAN JAHE
Jahe adalah tanaman rimpang yang sangat popular sebagai rempah-rempah dan bahan obat. Beberapa ahli botani menyatakan bahwa tanaman jahe berasal dari daerah Asia Tropik, yang kemudian tersebar di berbagai wilayah mulai dari India sampai Cina. Namun, Nikolai Ivanovich Vavilov, ahli botani Soviet, memastikan bahwa pusat utama asal tanaman jahe adalah Indo-Malaya yang meliputi Indo-Cina, Malaysia, Filipina dan Indonesia. Di kawasan Asia, tanaman jahe tersebar hampir di seluruh daerah tropika basah. Kini, tanaman jahe banyak dibudidayakan di berbagai daerah. Pusat utama tanaman jahe di Indonesia adalah Sumatera Utara, Bengkulu, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur (Rukmana, 2000).
Kedudukan tanaman Jahe dalam sistematika (Taksonomi) tumbuhan adalah sebagai berikut :
Kingdom         : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi               : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)  
Subdivisi         : Angiospermae (berbiji tertutup)
Kelas               : Monocotyledonae (biji berkeping satu)
Ordo                : Zingiberales
Famili              : Zingiberaceae (temu-temuan)
Subfamili         : Zingiberoidae
Genus              : Zingiber
Spesies            : Zingiber officinale Roxb (Rukmana, 2000).

Di Indonesia, jahe dikenal dengan beberapa nama antara lain halia, haliya, lea, lia, lahia, jhai, jahi, lai jhahik, moyuman, beuing, hairale, masin manas, reja, pimedas, jahja, padeh, sipode, sipadas, pege, bahing, ai manas, naije, sedap, sehi, sewe, laile, gore, gisoro, gihori, dan yoyo. Tanaman jahe merupakan terna tahunan, berbatang semu dengan tinggi antara 30 cm – 75 cm. Berdaun sempit memanjang menyerupai pita, dengan panjang 15-23 cm, lebar lebih kurang 2,5 cm, tersusun teratur dua baris berseling. Tanaman jahe hidup merumpun, beranak-pinak, menghasilkan rimpang, dan berbunga. Bunga berupa malai yang tersembul pada permukaan tanah, berbentuk tongkat atau bulat telur, dengan panjang lebih kurang 25 cm. Mahkota bunga berbentuk tabung, dengan helaian agak sempit, tajam, berwarna kuning kehijauan. Bibir mahkota bunga berwarna ungu gelap, berbintik-bintik putih kekuning-kuningan. Kepala sari berwarna ungu dan mempunyai dua tangkai putik.  Rimpang jahe memiliki bentuk bervariasi, mulai dari agak pipih sampai gemuk (bulat panjang), dengan warna putih kekuning-kuningan hingga kuning kemerah-merahan. Rimpang jahe mengandung minyak atsiri yang mudah menguap sehingga memberikan bau khas pada jahe (Rukmana, 2000).

  1. KLASIFIKASI
Jahe dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan ukuran, bentuk dan warna rimpangnya. Umumnya dikenal 3 varietas jahe, yaitu :
  1. Jahe putih/kuning besar atau disebut juga jahe gajah atau jahe badak, rimpangnya lebih besar dan gemuk, ruas rimpangnya lebih menggembung dari kedua varietas lainnya. Jenis jahe ini biasa dikonsumsi baik saat berumur muda maupun berumur tua, baik sebagai jahe segar maupun jahe olahan.
  1. Jahe putih/kuning kecil atau disebut juga jahe sunti atau jahe emprit, ruasnya kecil, agak rata sampai agak sedikit menggembung. Jahe ini selalu dipanen setelah berumur tua. Kandungan minyak atsirinya lebih besar dari pada jahe gajah, sehingga rasanya lebih pedas, disamping seratnya tinggi. Jahe ini cocok untuk ramuan obat-obatan, atau untuk diekstrak oleoresin dan minyak atsirinya.
 
  1. Jahe merah, rimpangnya berwarna merah dan lebih kecil dari pada jahe putih kecil sama seperti jahe kecil, jahe merah selalu dipanen setelah tua, dan juga memiliki kandungan minyak atsiri yang sama dengan jahe kecil, sehingga cocok untuk ramuan obat-obatan (Harmono dan Andoko. 2005). Jahe merah (Zingiber officinale Rosc.) sudah lama dikenal dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit, dibandingkan dengan jahe gajah atau jahe empirit. Meskipun demikian, kebanyakan orang umumnya lebih mengenal jahe gajah, yakni sebagai bumbu dapur, rempah-rempah, dan bahan obat-obatan.






























Berdasarkan penelitian para ahli, dalam maupun mancanegara, jahe memiliki efek farmakologis yang berkhasiat sebagai obat dan mampu memperkuat khasiat obat yang dicampurkannya. Dari ketiga jenis jahe yang ada jahe merah yang lebih banyak digunakan sebagai obat, karena kandungan minyak atsiri dan oleoresinnya paling tinggi dibandingkan dengan jenis jahe yang lain sehingga lebih ampuh menyembuhkan berbagai macam penyakit (Tim Lentera, 2002).

  1. KANDUNGAN BAHAN AKTIF JAHE
Berbagai manfaat yang terkandung dalam jahe disebabkan adanya kandungan berbagai senyawa aktif, seperti minyak atsiri, zingiberena (zingerona), zingiberol, kamfena, lemonin, bisabolena, kurkumen, gingerol, filandrena, dan resin pahit. Kandungan senyawa kimia lain dalam jahe, yakni senyawa flavonoid, fenolik utama, asam organik, alkaloid, dan terpenoid.

Kandungan nutrisi (gizi) dalam setiap 100 gram jahe mengandung kalori 51,00 kal , protein 1,50 g , lemak 1,00 g , karbohidrat 10,10 g , kalsium 21,00mg , fosfor 39,00mg , zat besi 1,60mg , vitamin A 30,00SI , vitamin B 1 0,02mg , vitamin C 4,00mg , air 86,20g , bagian yang dapat dimakan 97,00%.

Jahe (Zingiber officinale (L.) Rosc.) mempunyai kegunaan yang cukup beragam, antara lain sebagai rempah, minyak atsiri, pemberi aroma, ataupun sebagai obat (Bartley dan Jacobs 2000). Secara tradisional, kegunaannya antara lain untuk mengobati penyakit rematik, asma, stroke, sakit gigi, diabetes, sakit otot, tenggorokan, kram, hipertensi, mual, demam dan infeksi (Ali et al. 2008; Wang dan Wang 2005; Tapsell et al. 2006). Berdasarkan bentuk, warna, dan ukuran rimpang, ada 3 jenis jahe yang dikenal, yaitu jahe putih besar/jahe badak, jahe putih kecil atau emprit dan jahe sunti atau jahe merah. Secara umum, ketiga jenis jahe tersebut mengandung pati, minyak atsiri, serat, sejumlah kecil protein, vitamin, mineral, dan enzim proteolitik yang disebut zingibain (Denyer et al. 1994). Menurut penelitian Hernani dan Hayani (2001), jahe merah mempunyai kandungan pati (52,9%), minyak atsiri (3,9%) dan ekstrak yang larut dalam alkohol (9,93%) lebih tinggi dibandingkan jahe emprit (41,48, 3,5 dan 7,29%) dan jahe gajah (44,25, 2,5 dan 5,81%). Nilai nutrisi dari 100 g jahe kering dengan kadar air 15% mempunyai komposisi 7,2-8,7 g, lemak 5,5-7,3 g, abu 2,5-5,7 g, abu (4,53 g), besi (9,41 mg), kalsium (104,02 mg) dan fosfor (204,75 mg) (Nwinuka et al. 2005; Hussain et al. 2009; Odebunmi et al. 2010).

Komposisi kimia jahe sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain waktu panen, lingkungan tumbuh (ketinggian tempat, curah hujan, jenis tanah), keadaan rimpang (segar atau kering) dan geografi (Mustafa et al. 1990; Ali et al. 2008). Rasa pedas dari jahe segar berasal dari kelompok senyawa gingerol.

Pedas dari jahe kering berasal dari senyawa shogaol ([6]-shogaol), yang merupakan hasil dehidrasi dari gingerol. Di dalam jahe merah Indonesia senyawa gingerol dan shogaol yang ditemukaan adalah gingerol dan [6]-shogaol (Hernani dan Hayani 2001). Komponen kimia utama pemberi rasa pedas adalah keton aromatik yang disebut gingerol terdiri dari 6, 8 dan 10 gingerol.

Jahe kering mempunyai kadar air 7-12%, minyak atsiri 1-3%, oleoresin 5-10%, pati 50-55% dan sejumlah kecil protein, serat, lemak sampai 7% (Eze dan Agbo 2011). Aroma jahe sangat tergantung pada kandungan minyak atsirinya (1-3%) (Ali et al. 2008). Adanya variasi komponen kimia dalam minyak atsiri jahe bukan saja dikarenakan varitasnya, tetapi kondisi agroklimat (iklim, musim, geografi) lingkungan, tingkat ketuaan, adaptasi metabolit dari tanaman, kondisi destilasi dan bagian yang dianalisa (Anwar et al. 2009; Abd El Baky dan El Baroty 2008; Singh et al. 2008; Wang et al. 2009).

Beberapa komponen kimia jahe, seperti gingerol, shogaol dan zingerone memberi efek farmakologi dan fisiologi seperti antioksidan, antiimflammasi, analgesik, antikarsinogenik, non-toksik dan non-mutagenik meskipun pada konsentrasi tinggi (Surh et al. 1998, Masuda et al. 1995; Manju dan Nalini 2005; Stoilova et al. 2007). Minyak dalam ekstrak mengandung seskuiterpen, terutama zingiberen, monoterpen dan terpen teroksidasi.

Oleoresin jahe mengandung lemak, lilin, karbohidrat, vitamin dan mineral. Oleoresin memberikan kepedasan aroma yang berkisar antara 4-7% dan sangat berpotensi sebagai antioksidan (Balachandran et al. 2006). Proses pengolahan terutama yang menggunakan pemanasan ternyata akan menurunkan kadar gingerol (He et al. 1998; Zhang et al. 1994). Hasil penelitian Puengphian dan Sirichote (2008), menunjukkan bahwa jahe segar (kadar air 94%), 17%-nya mempunyai kandungan gingerol 21,15 mg/g. Adanya pengeringan pada suhu 55 ± 2° C selama 11 jam menghasilkan kadar air 11,54 ± 0,29% dengan kadar gingerol 18,81 mg/g.

  1. MANFAAT JAHE DALAM KESEHATAN
Jahe biasanya aman sebagai obat herbal (Weidner dan Sigwart 2001). Hasil penelitian terhadap tikus hamil yang diberikan ekstrak jahe secara oral tidak mempengaruhi kehamilan dan tidak menyebabkan toksisitas sampai konsentrasi 1000 mg/kg. Walaupun dilaporkan juga beberapa efek samping minor akibat konsumsi jahe seperti diare ringan atau reaksi alergi ringan. Efek samping terutama terjadi bila jahe dikonsumsi mentah. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa bila jahe dikonsumsi dalam jangka panjang akan mempunyai efek hipoglikemik dan hipolipidemik (Ahmed dan Sharma 1997).

Hasil penelitian farmakologi menyatakan bahwa senyawa antioksidan alami dalam jahe cukup tinggi dan sangat efisien dalam menghambat radikal bebas superoksida dan hidroksil yang dihasilkan oleh sel-sel kanker, dan bersifat sebagai antikarsinogenik, non-toksik dan non-mutagenik pada konsentrasi tinggi (Manju dan Nalini 2005). Beberapa senyawa, termasuk gingerol, shogaol dan zingeron memberikan aktivitas farmakologi dan fisiologis seperti efek antioksidan, antiinflammasi, analgesik, antikarsinogenik dan kardiotonik (Surh et al. 1998; Masuda et al. 1995). Senyawa murni (E-8 beta,17 epoxylabd-12-ene-15,16-dial) dapat menghambat biosintesa cholesterol di dalam homogenasi hati tikus (Tanabe et al. 1993).

Senyawa gingerol telah dibuktikan mempunyai aktivitas sebagai antipiretik, antitusif, hipotensif (Mamoru et al. 1984), antiimflamasi dan analgesik (Kim et al. 2005), antitumor (Surh et al. 1999), antikanker (Dorai et al. 2004), antioksidan (Masuda et al. 2004), antifungal (Ficker et al. 2003). Selain itu, sangat efektif untuk mencegah sinar ultra violet B (UVB) dan bisa sebagai terapi untuk mencegah kerusakan kulit (Ali et al. 2008). Pada konsentrasi rendah ternyata [6]-gingerol and [6]– shogaol dapat menurunkan tekanan darah (Suekawa et al. 1984).

Jahe dilaporkan dapat mengurangi resiko penyakit jantung dan meningkatkan performan dari jantung selama olah raga, karena memberikan efek relaks dalam tubuh. Selain itu, dapat mengurangi berat badan dan anti hiperlipidemia, serta mengurangi mual dan muntah pada ibu hamil (Anon 2008). Secara invitro telah dibuktikan bahwa bahan aktif dalam jahe berpotensi dan prospektif untuk mengobati penyakit Alzheimer (Kim et al. 2002), penyakit kronik seperti diabetes (Sekiya et al. 2004), dan hipertensi (Ghayur dan Gilani 2005). Untuk mencegah mabuk laut, telah dicobakan supplemen jahe terhadap 1741 orang turis dengan dosis 250 mg setiap 2 jam, hasilnya menunjukkan sangat efektif sama seperti bila mengkonsumsi obat untuk mencegah mabuk laut (Schmid et al. 1994). Pada percobaan lain, dilakukan terhadap 11 orang dewasa yang telah menjalani kemoterapi, ternyata mengalami penurunan mual setelah mengkonsumsi serbuk jahe 1,5 g (Meyer et al. 1995; Pecoraro et al. 1998). Ekstrak jahe merah oral dalam dosis rendah 0,2 – 2 mg/kg menunjukkan efek analgesik dan anti-inflamasi sangat efektif, karena adanya sinergisitas senyawa dalam ekstrak jahe merah. Bahkan ketika diberikan kepada 8 volunter ternyata sangat efektif dalam mencegah mabuk laut termasuk di dalamnya vertigo yang berhubungan dengan mabuk laut (Grontved et al. 1986).

Senyawa zingerone, yang memberikan karakter sangat tajam dari rimpang jahe, sangat efektif terhadap Escheria coli penyebab diare, terutama pada anak-anak. Adanya sejumlah mineral seperti kalium, mangan tembaga, dan magnesium juga sangat membantu. Kalium dalam sebuah komponen penting dari sel dan cairan tubuh yang membantu mengendalikan detak jantung dan tekanan darah (Anon 2010). Demikian juga telah dicobakan terhadap kadet angkatan laut ternyata secara signifikan bisa lebih efektif untuk mencegah mabuk laut terutama untuk mual dan vertigo (Grontved et al. 1988). Seorang wanita berusia 42 tahun. dengan sejarah 16 tahun mengalami migrain merasa lega setelah melengkapi dietnya dengan 1,5-2 g jahe kering setiap hari (Mustafa et al. 1990). [10]-gingerol sangat aktif menghambat M. avium dan M. tuberculosis secara in vitro, sedangkan [6] dan [12]- gingerol mempunyai aktivitas antibakteri untuk mulut dan gusi (Miri et al. 2008). Ekstrak etanol dan kloroform jahe ternyata dapat menghambat pertumbuhan bakteri Klebsiella pneumoniae, Salmonella thyphimurium, Bacillus cereus, Enterococcus fecalis dan Staphylococcus aureus, tetapi idak memberikan efek terhadap pertumbuhan E. coli, Pseudomonas aeruginosa dan S. epidermidis (Nalbantsoy et al. 2008).

Jahe tidak mengandung lemak dan gula sehingga dapat ditambahkan pada produk makanan untuk meningkatkan aroma tanpa penambahan kalori. Di India dan China, teh jahe yang dibuat dari jahe segar tidak hanya mengurangi berat badan tetapi dapat membantu pencernaan. Enzim jahe dapat mengkatalisa protein di dalam pencernaan sehingga tidak menimbulkan mual. Bubuk jahe dapat digunakan sebagai obat-obatan untuk produksi obat-obatan herbal dalam pengobatan demam dingin. Jahe segar telah digunakan dalam produksi anggur jahe dan jus yang digunakan sebagai minuman. Ada beberapa organisasi dan beberapa perusahaan swasta, yang terlibat dalam pembuatan pasta jahe dan produk berbasis jahe.

Jahe dapat menstimulasi sirkulasi darah (Shoji et al. 1982). Jahe mengandung senyawa potensial antiimflammasi yang disebut gingerol (Kwang et al. 1998). Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa mengkonsumsi bahan segar dan olahan jahe setiap hari akan menurunkan sakit otot dan mencegah salah otot akibat olah raga. Selain itu, dapat mengurangi kolesterol yang dapat merusak kesehatan jantung (Akoachere et al. 2002).

Ekstrak metanol jahe kering dapat menurunkan secara signifikan peningkatan level lipid yang diinduksi fruktosa, berat badan, hiperglikemik dan hiperinsulinema. Sementara perlakuan dengan ekstrak etil asetat tidak menunjukkan pengaruh bermakna pada dua parameter terakhir, tetapi memberikan penurunan bermakna terhadap penurunan lipid darah dan berat badan. Konsentrasi [6]-gingerol lebih tinggi pada ekstrak metanol dibanding etil asetat (Kadnur dan Goyal 2005). Penelitian Al Amin et al. (2006) dalam Ali et al (2008) mempelajari potensi hipoglikemik jahe pada tikus yang telah diinduksi diabetes, dengan memberikan jahe segar sebanyak 500 mg/kg setiap hari selama 7 minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis tersebut signifikan efektif menurunkan level serum glukosa, kolesterol dan triasilgliserol. Singh et al. (2009) meneliti pengaruh pemberian jahe sebagai antiglikemik, menurunkan lemak darah dan sebagai agen antioksidan untuk diabetes tipe 2.

Untuk terapi kanker biasanya dengan cara kemoterapi dan efek samping dari kemoterapi adalah mual dan rambut rontok. Jahe ternyata dapat mengurangi mual sebagai efek samping dari pengobatan kemoterapi, bahkan hasil dari penelitian menunjukkan bahwa jahe dapat melawan sel kanker (Platel et al. 1995). Semua ini dikarenakan adanya efek sinergisitas dari zingiberen dan komponen turunannya yang memberikan efek farmakologi. Kandungan sejumlah magnesium, kalsium, protein, besi, sodium, kalium dan fosfor akan memberikan perbaikan untuk otot, depresi, lemah otot, kejang, dan kerusakan lambung. Tingginya kadar kalium akan melindungi kerusakan tulang, paralisis, sterilitas, lemah otot kerusakan ginjal dan hati. Produk-produk dari jahe seperti teh jahe digunakan sebagai karminatif dan mengobati demam, di China digunakan sebagai tonik. Di Inggris, jahe ditambahkan pada bir untuk mengobati diare, mual dan muntah. Ekstrak jahe dicampur dengan asiatikosida dari pegagan dapat mengurangi selulit. Jahe dikenal mempunyai aktivitas sebagai antioksidan yang akan membantu menetralisir radikal bebas dan dapat menghambat kolagenase elastisitas pada kulit sehingga dapat digunakan sebagai antiselulit (Murad dan Marina 2002).

  1. Cara Pembuatan Bubuk Jahe Merah
  1. Spesifikasi bahan
  1. Jahe merah (500 gr)
  1. Umur rimpang minimal 7 bln
  2. Jahe merah yang dibeli harus dalam keadaan segar,tidak rusak, berwarna merah dan kuning di dalamnya
  3. Disimpan dan digunakan tidak lebih dari 3 hari
  1. Cabai jawa (125 gr)
  1. Warna merah kecoklatan
  2. Aroma pedas menyengat
  3. Panjang minimal 4 cm
  4. Digunakan dalam keadaan kering
  1. Lada hitam (1 gr)
  1. Seperti merica, tetapi berkulit hitam
  2. Digunakan dalam keadaan kering
  1. Bahan tambahan lain
  1. Gula pasir (1500 gr)
  2. Gula aren (125 gr)
  3. Garam (2 gr)
  4. Air (500-550 ml)

  1. Alat yang digunakan
  1. Kompor
  2. Wajan
  3. Blender
  4. Ayakan/penyaring
  5. pengaduk

  1. Proses pengolahan
  1. Pemanasan disertai pengadukan
  1. Pemanasan awal: gula merah, garam, bubuk cabe jawa, dan lada hitam dimasukkan dan diaduk hingga larut.
  2. Setelah volume larutan mencapai ¼ bagian dari awal, gula pasir baru dimasukkan.
  3. Suhu berkisar 80-100 0C. Hindari bau gosong dengan mengatur api kompor
  1. Pendinginan disertai pengadukan à hingga timbul buih-buih dan sudah tidak ada larutannya. Api dikecilkan perlahan. Diaduk tanpa henti
  2. Pembentuka kristalà selama proses pendinginan, tak lama kemudian membentuk kristal-kristal dan tetap diaduk.
  3. Pengecilan ukuran kristal à dilakukan dengan pengadukan secara kontinu, api kompor dimatikan
  4. Pengayakan
  1. Pengayakan dilakukan pada kristal (bubuk jahe merah instan) yang terdapat pada wajan
  2. Bagian yang lolos pada saringan akan langsung dikemas dan yang tidak lolos dikecilkan dengan blender, kemudian disaring kembali

  1. Obat Anti Alergi
Sebagian orang mungkin sensitif terhadap makanan tertentu sehingga menimbulkan alergi. Jahe dapat dimanfaatkan sebagai anti-alergi.
Cara pengolahan :
  1. Kupas dan cincang secara halus ¼ inci jahe segar
  2. Didihkan air 1 ½  cangkir dalam panci, lalu tambahkan kan jahe yang sudah dihaluskan
  3. Tetap biarkan air mendidih hingga tersisa sekitar 1 cangkir saja dalam panci.
  4. Saring dan tambahkan teh dalam cangkir/mug lalu nikmati. Bila rasa terlalu kuat tambahkan madu sebagai pemanis alami.
  5. Minum teh jahe ini dua kali sehari sampai gejala alergi mereda.

  1. Obat pada Pasien Arthritis
Sifat anti inflamasi dari jahe ditemukan dapat mengurangi peradangan dan nyeri yang terkait dengan Osteoarthritis dan Rheumatoid Arthritis bila dikonsumsi secara teratur.
Cara pengolahan:
  1. Kupas jahe segar ½ inci masukkan dalam makanan dan konsumsi setiap hari setiap makan
  2. Minum jahe yang sudah ditiriskan setiap hari / mengompres radang persendian dengan air jahe dapat mengatasi pembengkakan akibat radang sendi.

  1. Obat Meredakan Flu, Demam, dan Pilek
Cara pengolahan:
  1. Kupas 1 inci jahe segar,
  2. Giling jahe lalu peras jahe hingga sari keluar
  3. Taruh perasan jahe dalam cangkir kecil.
  4. Campur 4 sendok makan  madu kedalam cangkir yang sudah berisi sari jahe.
  5. Konsumsi setengah sendok teh 2 kali sehari

  1. Obat Pereda Nyeri dan Linu (Penderita Rematik)
  1. Bahan
  1. 100 gram jahe, bersihkan
  2. 1 siung bawang merah
  3. 5 lembar daun sambung nyawa segar
  4. 10 butir merica putih
  5.  minyak kayu putih secukupnya

  1. Cara membuat
  1. Tumbuk kasar semua bahan
  2. Gosokkan pada bagian tubuh yang nyeri sambil dipijat
  3. Lakukan setiap kali nyeri kambuh

  1. Obat Alergi (Gatal-Gatal)
  1. Bahan:  3-7 rimpang jahe sebesar ibu jari, cuci bersih
  2. Cara membuat
  1. Parut rimpang jahe hingga halus
  2. Oleskan parutan jahe di bagian badan yang terasa gatal

  1. Obat Asma
  1. Bahan
  1. 20 gram jahe merah segar
  2. 30 gram daun sambiloto segar
  3. 30 gram daun randu segar
  4. 20 gram daun lampes segar
  5. 4 gelas air (800 ml)

  1. Cara membuat
  1. Cuci bersih semua bahan, rajang kecil-kecil
  2. Rebus semua bahan hingga tersisa 2 gelas air
  3. Saring dan minum 2 kali sehari satu gelas setelah makan
  4. Dapat ditambahkan 2 sendok makan madu dan perasan jeruk nipis

  1. Obat Batuk
Cara pengolahan:
  1. Cuci bersih tiga rimpang jahe sebesar ibu jari, lalu rebus di dalam dua gelas air
  2. Didihkan air hingga kurang dari satu gelas.
  3. Air rebusan jahe dapat diminum dua kali sehari, pagi dan sore hari.

  1. Obat Masuk Angin
Cara pengolahan:
  1. Memarkan tiga rimpang jahe sebesar ibu jari
  2. Masukkan jahe yang telah dimemarkan tersebut ke dalam dua gelas air bersih dan bubuhkan sedikit gula aren
  3. Didihkan campuran tersebut selama lima belas menit hingga airnya tersisa setengah
  4. Kemudian saring ramuan tersebut ke dalam gelas
  5. Dalam keaadaan masih hangat, minum ramuan tersebut
  6. Hasil saringan air jahe ini diminum setiap dua kali sehari
  7. Kedua tersebut memang dapat diatasi dengan membeli obat kelas warung tanpa resep dokter, tapi toh obat-obatan tersebut terlalu banyak zat kimianya. Beda dengan jahe yang alami dan merupakan obat tradisional

  1. Obat Kepala Pusing
Cara pengolahan:
  1. Cuci bersih tiga rimpang jahe sebesar ibu jari
  2. Bakar dan memarkan ketiga rimpang jahe yang telah dicuci tersebut
  3. Seduh dengan satu gelas air yang dicampur dengan sedikit madu atau gula aren
  4. Minum sekaligus satu gelas ramuan tersebut

  1. Obat Sakit Pinggang
Cara pengolahan:
  1. Cuci tiga rimpang jahe dan dua buah asam jawa yang sudah masak.
  2. Parut dan campur dengan asam jawa hingga merata.
  3. Oles campuran parutan tersebut pada pinggang yang sakit

  1. Obat Vitiligo
Vitiligo yaitu penyakit kekurangan yang berupa bercak putih pada kulit
Cara pengolahan:
  1. Cuci bersih 30 gram jahe, kemudian blender jahe tersebut.
  2. Balurkan hasil blender pada kulit yang menderita vitiligo.

  1. Obat Melangsingkan Setelah Melahirkan
Cara pengolahan:
  1. Keringkan tiga sendok makan beras selama tiga jam
  2. Rebus 125 gram gula merah, kunyit kecil, satu sendok makan asam, jahe potong dan daun pandan dalam tiga gelas air.
  3. Saring ramuan tersebut.
  4. Rebus bubuk, jahe, kunyit dan beras.
  5. Setelah semua halus, tuangkan air mendidih sedikit demi sedikit ke dalam rempah-rempah.
  6. Saring ramuan tersebut dengan kain bersih dan remas dengan kapur.
  7. Tamburkan garam secukupnya pada ramuan.
  8. Minum ramuan tersebut secara teratur agar hasil maksimal. Jika ramuan tersebut kurang manis, tambahkan gula secukupnya



DAFTAR PUSTAKA

Abd El-Baky H.H. dan G.S. El-Baroty. 2008. Chemical and biological evaluation of the essential oil of Egyptian Moldavian balm. Int. J. Essential Oil Therap. 2: 76-81.
Ahmed R. dan S. Sharma. 1997. Biochemical studies on combined effect of garlic (Allium sativum Linn) and ginger (Zingiber officinale Rosc) in albino rats. Indian journal of experimental biology. 35: 841-843.
Akoachere J.F., R.N. Ndip dan E.B. Chenwi. 2002. Antibacterial effect of Zingiber officinale and Garcinia kola on respiratory tract pathogens. East Afr. Med. J. 79: 588-592.
Ali, B.H., G. Blunden, M. O. Tanira dan A. Nemmar. 2008. Some phytochemical, pharmacological and toxicological properties of ginger (Zingiber officinale Roscoe): A review of recent research. Food and Chemical Toxicology. 46 : 409–420.
Anon. 2010. Ginger root nutrition facts. www ginger-root-1.htm.
Anon. 2008. Ginger an excellent dietary supplement. Ginger as dietary supplement - chemical constituents of ginger - uses of ginger - medicinal benefits of ginger _ bodybuilding supplements guide.htm. Diakses 3 Juni 2011.
Anwar, F., M. Ali, A.L. Hussain dan M. Shahid. 2009. Antioxidant and antimicrobial activities of essential oil and extracts of fennel (Foeniculum vulgare Mill.) seeds from Pakistan. Flav. Frag. J. 24 : 170-176.
Arnaudon, H. 2002 An International Market Study of Ginger. Micro-Enterprise Development Programme (MEDEP/NEP/97/013) And the District Ginger Entrepreneurs. India.
Balachandran, S., S. E. Kentish and R. Mawson. 2006. The effect of both preparation method and season on the supercritical extraction of ginger. Sep. Purif. Technol. 48 (2) : 94-105.
Bartley, J. dan A. Jacobs. 2000. Effects of drying on flavour compounds in Australian-grown ginger (Zingiber officinale). Journal of the Science of Food and Agriculture. 80:209–215.
Bhattarai, S., V.H. Tran dan C.C. Duke. 2001. The stability of gingerol and shogaol in aqueous solution. J. Pharm. Sci. 90 : 1658–1664.
Chen, H. D., J.C. Weiss dan F. Shahidi. 2006. Nanotechnology in nutraceuticals and functional foods. Food Technology, v. 60, n. 3, p. 30, 2006
Denyer, C.V., P. Jackson, D.M. Loakes, M.R. Ellis dan D.A.B. Yound. 1994. Isolation of antirhinoviral sesquiterpenes from ginger (Zingiber officinale). J Nat Products. 57 : 658-662.
Dorai, T. dan B.B. Aggarwal. 2004. Antitumor promoting activities of selected pungent phenolic substances present in ginger. Cancer Lett. 215: 129-140.
El-Baroty, G.S., H. H. Abd El-Baky, R. S. Farag dan M. A. Saleh. 2010. Characterization of antioxidant and antimicrobial compounds of cinnamon and ginger essential oils. African Journal of Biochemistry Research. 4 : 167-174.
Evans, W.C. 2002. Ginger. Trease and Evans Pharmacognosy, 15th ed. WB Saunders, Edinburgh, pp. 277–280.
Eze, J.I. dan K.E. Agbo. 2011. Comparative studies of sun and solar drying of peeled and unpeeled ginger. Am. J. Sci. Ind. Res. 2 : 136-143.
Felipe, C.F., S.F. Kamyla, L. André, N.S.B. José, A.N. Manoel, M.F. Marta dan S.V. Glauce. 2008. Alterations in behavior and memory induced by the essential oil of Zingiber officinale Roscoe (ginger) in mice are cholinergic-dependent. J. Medicinal Plants Res. 2 : 163-170
Ferdiansyah, A. 2009. Prospek dan potensi jahe gajah. http:www//prospek-dan-potensi-jahe-gajah.htm
Ficker, C., M.L. Smith, K. Akpagana, M. Gbeassor, J. Zhang, T. Durst, R. Assabgui dan J.T. Arnason. 2003. Bioassay-guided isolation and identification of antifungal compounds from ginger. Phytother. Res. 17: 897-902
Ghayur, M.N. dan A.H. Gilani. 2005. Ginger lowers blood pressure through blockade of voltage-dependent calcium channels. J Cardiovasc Pharmacol. 45: 74-80.
Grontved, A. dan E. Hentzer. 1986. Vertigo-reducing effect of ginger root. A controlled clinical study. ORL J Otorhinolaryngol Relat Spec. 48:282-286.
Grontved, A., T. Brask, J. Kambskard dan E .Hentzer. 1988. Ginger root against seasickness. A controlled trial on the open sea. Acta Otolaryngol (Stockh). 105:45-49.
Govindarajan, V. 1982. Ginger-chemistry, technology and quality evaluation: Part I. CRC. Crit Reviews in Food Science and Nutrition. 19: 1-96.
He, X., W.B. Matthew, L. Lian dan L. Lin. 1998. High-performance liquid chromatography-electrospray mass spectrometric analysis of pungent constituents of ginger. J. Chromatogra. 796 (2) :327-334.
Hernani dan E. Hayani. 2001. Identification of chemical components on red ginger (Zingiber officinale var. Rubrum) by GC-MS. Proc. International Seminar on natural products chemistry and utilization of natural resources. UI-Unesco, Jakarta : 501-505
Hussain, J., A. Bahader, F. Ullah, N. Rehman, A. Khan, W. Ullah dan Z. Shinwari. 2009. Proximate and nutrient analysis of the locally manufactured herbal medicines and its raw material. J. Am. Sci. 5: 1-5.
Jolad, S.D., R.C. Lantz; G.J, Chen, R.B. Bates dan B.N. Timmermann. 2005. Commercially processed dry ginger (Zingiber officinale): composition and effects on LPS-stimulated PGE2 production. Phytochemistry 66:1614–1635.
Jolad, S.D., R.C. Lantz, A.M. Solyon, G.J. Chen, R.B. Bates, dan B.N. Timmermann. 2004. Fresh organically grown ginger (Zingiber officinale): composition and effects on LPS-induced PGE2 production. Phytochemistry. 65:1937–1954.
Kadnur, S.V. dan R.K. Goyal. 2005.  Beneficial effects of Zingiber officinale
Roscoe on fructose induced hyperlipidemia and hyperinsulinemia in rats. Indian J. Exp. Biol. 43, 1161–1164.
Kim, E.C., J.K. Min, T.Y. Kim, S.J. Lee, H.O. Yang, S. Han, Y.M. Kim dan Y.G. Kwon. 2005. 6-Gingerol, a pungent ingredient of ginger, inhibits angiogenesis in vitro and in vivo. Biochem. Biophys. Res. Commun. 335: 300-308.
Kim, D.S., D.S. Kim dan M.N. Oppel. 2002. Shogaols from Zingiber officinale protect IMR32 human neuroblastoma and normal human umbilical vein endothelial cells from beta-amyloid (25-35) insult. Planta Med. 68: 375-376.
Kwang, K., S. Kyung, L. Jong, L. Sang dan S. Young. 1998. Inhibitory effects of [6]-gingerol, a major pungent principle of ginger, on phorbol esterinduced inflammation, epidermal ornithine decarboxylase activity and skin tumor promotion in ICR mice. Canc. let. 129: 39-144.
Langner, E., S. Greifenberg dan J. Gruenwald. 1998. Ginger: history and use. Adv. Ther. 15: 25–44.
Lee, H. S., S.S. Lim, G.J. Lim, J.S. Lee, E.J. Kim dan K.J. Hong. 2008. Antiviral effect of ingenol and gingerol during HIV-1 replication in MT4 Human T lymphocytes. Antiviral Res. 12:34-37.
Mamoru, S., I. Atsushi, Y. Kazunori, S. Kazuhiko, A. Masaki dan H. Eikichi. 1984. Pharmacological studies on ginger. I. Pharmacological action of pungent constituents, 6-gingerol and 6-shogaol. J. Pharmacobiol. Dyn 7: 836-848.
Manju, V. dan N. Nalini. 2005. Chemopreventive efficacy of ginger, a naturally occurring anticarcinogen during the initiation, post initiation stages of 1, 2 dimethyl hydrazine-induced colon cancer. Clin Chim Acta. 358: 60-67
Masuda, T., A. Jitoe dan T.J. Mabry. 1995. Isolation and structure determination of cassumunarins A, B, C: new anti-inflammatory antioxidants from a tropical ginger, Zingible cassumunar. J Am Oil Chem Soc. 72: 1053-1057
Masuda, Y., H. Kikuzaki, M. Hisamoto dan N. Nakatani. 2004. Antioxidant properties of ginger related compounds from ginger. Biofactors. 21: 293-296,
Meyer, K., J. Schwartz, D. Crater dan B. Keyes. 1995. Zingiber officinale (ginger) used to prevent 8-Mop associated nausea. Dermatol Nurs. 7:242-244.
Miri, P., J. Bae dan D.S. Lee. 2008. Antibacterial activity of [10]-gingerol and [12]-gingerol isolated from ginger rhizome against periodontal bacteria. Phytothery Res. 22:1446-1449.
Mishra, P. 2009. Isolation, spectroscopic characterization and molecular modeling studies of mixture of Curcuma longa, ginger and seeds of fenugreek. International Journal of PharmTech Research. 1: 79-95,
Murad, H. dan Marina del Rey. 2002. Pharmaceutical Compositions and methods for reducing the appearance of cellulite. U.S. Patent US 0137691A1.
Mustafa, T. dan K.C. Srivastava. 1990. Ginger (Zingiber officinale) in migraine headache. J. Ethnopharmacol. 29 : 267-273.
Nalbantsoy, A., D. A. Tamis, I. H. Akgun, T. O. Yalcin, I D. Gurhan dan I. Karaboz. 2008. Antimicrobial and cytotoxic activities of Zingiber officinalis Extracts. FABAD J. Pharm. Sci. 33, 77–86
Nwinuka, N., G. Ibeh dan G. Ekeke. 2005. Proximate composition and levels of some toxicants in four commonly consumed spices. J. Appl. Sci. Environ. Mgt. 9: 150-155.
Odebunmi, E., O. Oluwaniyi dan M. Bashiru. 2010. Comparative proximate analysis of some food condiments. J. App. Sci. Res. 6: 272-274.
Pecoraro, A., J. Patel, T. Guthrie dan B. Ndubisi. 1998. Efficacy of ginger as an adjunctive anti-emetic in acute chemotherapy-induced nausea and vomiting. ASHP Midyear Clinical Meeting. 33:P-429E.
Pouchangdang, S. dan P. Sanchai. 2009. Process development of ginger powder encapsulation using drum dryer. World Applied Sci. Journal 7:187-191
Platel, K. dan K. Srinivasan. 1995. Influence of common dietary spices or their active principles on digestive enzymes of small intestinal mucosa in rats, Int. J. Food Sci. Nutr. 47: 55-59.
Puengphian, C. dan A. Sirichote. 2008. [6]-gingerol content and bioactive properties of ginger (Zingiber officinale Roscoe) extracts from supercritical CO2 extraction. As. J. Food Ag-Ind.1: 29-36
Rehman, R., M. Akram, N. Akhtar, Q. Jabeen, T. Saeed, S.M.A. Shah, K. Ahmed, G. Shaheen dan H.M. Asif. 2011. Zingiber officinale Roscoe (pharmacological activity). Journal of Medicinal Plants Research. 5: 344-348
Saraf, A. S. 2010. Applications of novel drug delivery system for herbal formulations. Reviews. Fitoterapia 81 (2010) 680–689
Schmid R; T Schick; R Steffen; A Tschopp; T Wilk. 1994. Comparison of seven commonly used agents for prophylaxis of seasickness. J Travel Med. 1:203-206.
Sekiya, K., A. Ohtani dan S. Kusano. 2004. Enhancement of insulin sensitivity in adipocytes by ginger. Biofactors. 22 (1-4) : 153-156.
Shoji, A., T. Iwasa dan Y. Takemoto. 1982. Cardiotonic principles of ginger (Zingiber officinale Roscoe). J Pharmac Sci. 71: 1174-1175.
Singh, G., I.S. Kapoor, P. Singh, C.S. Heluani, M.P Lampasona dan C.A.N Catalan. 2008. Chemistry, antioxidant and antimicrobial investigation on essential oil and oleoresin of Zingiber officinale. Food Chem. Toxicol. 46: 3295-3302.
Singh, A.B., Akankshsa, N. Singh, R. Maurya dan A.K. Srivastava. 2009. Antihyperglycaemic, lipid lowering and antioxidant properties of [6]-gingerol in db/db mice. Int. J. of Medicine and Medical Sci. 1:536-544.
Stoilova, I, A. Krastanov, A. Stoyanova, P. Denev dan S. Gargova. 2007. Antioxidant activity of a ginger extract (Zingiber officinale). Food Chemistry.102: 764–770
Suekawa, M., A. Ishige, K. Yuasa, K. Sudo, M. Aburada dan E. Hosoya. 1984. Pharmacological studies on ginger. I. Pharmacological actions of pungent constituents, (6)-gingerol and (6)-shogaol. J Pharmacobiodynamics. 7:13-18.
Surh, Y.J., E. Loe dan J.M. Lee.1998. Chemopreventive properties of some pungent ingredients present in red pepper and ginger. Mutat Res. 402:259-267.
Surh, Y.J., K.K. Park, K.S. Chun, L. Lee, E. Lee dan S. Lee. 1999. Antitumor promoting activities of selected pungent phenolic substances present in ginger. J. Environ. Pathol. Toxicol. Oncol.18:131-139.
Tanabe, M., Y.D. Chen, K. Saito dan Y. Kano. 1993. Cholesterol biosynthesis inhibitory component from Zingiber officinale Roscoe. Chem. Pharm. Bull. (Tokyo). 41:710-713
Tapsell, L.C., I. Hemphill, L. Cobiac, C.S. Patch, D.R. Sullivan, M. Fenech, S. Roodenrys, J.B. Keogh, P.M. Clifton, P.G. Williams, V.A. Fazio dan K.E. Inge. 2006. Health benefits of herbs and spices: the past, the present, the future. Med. J. Aust. 185 (Suppl. 4),S4–S24.
Toure, A., Z. Xiaoming, C.S. Jia dan D. Zhijian, 2007. Microencapsulation and oxidative stability of ginger essential oil in maltodextrin/whey protein isolate (MD/WPI). Int. J. Dairy Sci. 2: 387-392.
Wang, R., W. Ruijiang dan Y. Bao. 2009. Extraction of essential oils from five cinnamon leaves and identification of their volatile compound compositions. Innovative Food Sci. Emerging Technol. 10: 289–292
Wang, W.H. dan Z.M. Wang. 2005. Studies of commonly used traditional medicine-ginger. Zhongguo Zhong Yao Za Zhi. 30:1569–1573.
Weidner, M.S. dan K. Sigwart. 2001. Investigation of the teratogenic potential of a Zingiber officinale extract in the rat. Reprod. Toxicol: 1575–1580.
Wohlmuth, H, M.K. Smith, L.O. Brooks, S.P. Myer dan D.N. Leach. 2006. Essential oil composition of diploid and tetraploid clones of ginger (Zingiber officinale Roscose) grown in Australia. 54: 1414-1419.
Wohlmuth, H., D.N. Leach, M.K. Smith dan S.P. Myers. 2005. Gingerol content of diploid and tetraploid clones of ginger (Zingiber officinale Roscoe). J. Agric. Food Chem. 53 : 5772–5778.
Yuliani, S, Desmawarni dan N. Harimurti. 2007. Pengaruh laju alir umpan dan suhu inlet spray drying pada karakteristik mikrokapsul oleoresin jahe. J. Pascapanen 4: 18-26
Zhang, X., W.T. Iwaoka, A.S. Huang, S.T. Nakamoto dan R. Wong. 1994. Gingerol decreases after processing and storage of ginger. J. Food Sci. 59:1338-1343.
Sulandra Abd. Samad, Manfaat kandungan jahe. http://www.zonakesehatan.info/2014/03/manfaat-kandungan-jahe-bagi-kesehatan.html diakses pada tanggal 30 November 2014 pukul 09.00 WIB
BeritaKapan. Manfaat Jahe Sebagai Obat Tradisional. http://www.beritakapan.com/2014/11/manfaat-jahe-sebagai-obat-tradisional.html diakses pada tanggal 30 November 2014 pukul 09.05 WIB
Zafar, Jawairia. 2014. Ginger Health Benefit. http://www.homeremediesweb.com/ginger-health-benefits.php diakses pada tanggal 30 November 2014 pukul 09.05 WIB
Rukmana, Rahmat. 2000. Usaha Tani Jahe. Yogyakarta : Kanisius.
Utami Prapti, Puspaningtyas Desty Ervira. 2013. Jakarta. PT Agro Media Pustaka

Manajemen Stres pada Pasien Jantung

  1. PENGERTIAN STRES
Stress adalah respon psikologik dari seseorang, terhadap setiap faktor yang mengalahkan, atau mengancam untuk mengalahkan kemampuan kompensasi tubuh untuk mempertahankan homeostasis (Sherwood, 2012). Sebagian stres ini akan mengakibatkan besar dari stres ini akan mengaktifkan respon tanggapan (counteractions) di tingkat molekul, sel, atau sistemik yang cenderung memulihkan sebelumnya, yaitu, respon tersebut adalah reaksi homeostasis (Ganong, 2012).


  1. SUMBER STRES
Kondisi stres dapat disebabkan oleh berbagai penyebab atau sumber, dalam istilah yang lebih umum disebut stressor. Stressor adalah keadaan atau situasi, obyek atau individu yang dapat menimbulkan stres. Secara umum, stressor dapat dibagi menjadi tiga, yaitu stressor fisik, sosial, dan psikologis.
a.  Stressor Fisik
Bentuk dari stressor fisik adalah suhu (panas dan dingin), suara bising, polusi udara, keracunan, obat-obatan (bahan kimiawi), bau yang tidak disukai, kurang sirkulasi, lingkungan
b.  Stressor Sosial
  1. Konflik dengan orang lain (keluarga, teman, pekerjaan, suami, istri)
  2. Peran sosial, Jabatan dan karir, misalnya kompetisi dengan teman, hubungan yang kurang baik dengan atasan atau sejawat, pelatihan, aturan kerja.
c.  Stressor Psikologik
1) Frustasi
Frustasi adalah tidak tercapainya keinginan atau tujuan karena ada hambatan.
2) Ketidakpastian
Apabila seseorang sering berada dalam keraguan dan merasa tidak pasti mengenai masa depan atau pekerjaannya. Atau merasa selalu bingung dan tertekan, rasa bersalah, perasaan khawatir dan inferior (Dede, 2009).
  1. Menolak terhadap penyakit yang dihadapi
  2. Putus asa
  3. Takut akan kematian
  4. Kehilangan orang yang dicintai (suami, itsri, kekasih, dsb)

  1. GAMBARAN KLINIS ATAU GEJALA STRES
Gejala-gejala stres menurut Wijaya (2010) antara lain:
  1. Gejala fisikal
  1. Sulit tidur (kepanasan, kedinginan)
  2. Mudah lelah (tidak bersemangat, contoh: malas melakukan kegiatan makan, minum obat, kerja)
  3. Sembelit, mules, diare. Contoh: saat cemas menanti kelahiran, ujian, menanti hari pernikahan, menanti operasi.
  4. Jantung berdebar-debar, nadi menurun atau meningkat, panas dingin, berkeringat, suhu badan panas dingin, terkencing-kencing, gemetar.
  1. Gejala emosional atau suasana perasaan (psikologis)
  1. Mudah marah, contoh: mudah tersinggung, sensitive, curiga, berburuk sangka, gelisah, pusing.
  2. Susah konsentrasi, contohnya: ceroboh, gagal fokus.
  1. Gejala interpersonal
Kehilangan kepercayaan terhadap orang lain, mudah mempersalahkan orang lain, tidak peduli dengan orang lain (Christyanti et al., 2010).

  1. MANAJEMEN STRES
Manajemen stres merupakan suatu teknik yang dapat membantu individu untuk menghadapi tantangan hidupnya. Manajemen stres mencakup beberapa teknik, yaitu:
  1. Nafas dalam.
  2. Mencari hal-hal yang disukai pasien, misalnya: mendengarkan musik, baca Koran, baca majalah.
  3. Curhat atau bercerita kepada orang yang tepat (misalnya: orang tua, atau orang yang terdekat)
  4. Menulis di buku harian
  5. Banyak makan.
  6. Berdoa  dan pendekatan spiritual (misalnya: berdzikir, istighfar, wudhu, sholat)
  7. Jalan-jalan.
  8. Shopping, cuci mata.
  9. Nonton film
  10. Mencuci baju
  11. Menangis supaya lebih lega.
  12. Mandi supaya lebih segar.
  13. Memukul barang lunak, misalnya bantal, guling.
  14. Motivasi, supaya pasien lebih tenang, lebih bisa semangat lagi. (Davison et al., 2006).

  1. PENCEGAHAN STRES PADA SAKIT JANTUNG
  1. Psikologi. Melalui pendidikan kepribadian untuk mengubah pengertian tetang pandangan hidup, latihan relaksasi, serta psikoterapi
  2. Obat. Pemberian obat anti cemas
  3. Lingkungan. Menciptakan lingkungan yang aman, nyaman, damai.
  4. Berpikir positif, menerima penyakit yang diderita.
  5. Makan makanan yang sehat dan bergizi.

  1. DAMPAK STRES
Menurut stress Management Society (2015), stress akan berdampak terhadap:
a. Gangguan Kognitif
1) Gangguan memori
2) Kemampuan menilai lemah
3) Tidak dapat berkonsentrasi
4) Tidak dapat mengambil keputusan
5) Meragukan diri sendiri
b. Gangguan emosional
1) Depresi
2) Gangguan suasana hati
3) Mudah marah
4) Panik
5) Sinis
6) Gelisah
7) Putus Asa
c. Gangguan fisik
1) Aritmia
2) Detak jantung cepat, nyeri dada
3) Sering flu
4) Masalah kulit
5) Masalah pencernaan
6) tekanan darah meningkat
7) Bisa terkena penyakit stroke
d. Perubahan perilaku
1) Meningkatkan konsumsi alkohol, rokok, dan kafein untuk menenangkan diri
2) Menarik diri dari lingkungan
3) Tidur terlalu sebentar atau terlalu lama
4) Kurang motivasi
5) Kehilangan selera humor


DAFTAR PUSTAKA

Christyanti, et al. 2010. Hubungan Antara Penyesuaian Diri terhadap Tunutan Akademik.
Davison, et al. 2006. Psikologi Abnormal. Jakarta : EGC
Ganong, W F. 2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
Sherwood, Laurale. 2012. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 6. Jakarta : EGC
Stress Society Management. 2015. How It Afects Us. http://www.stress.org.uk/how-it-affects-us/. Diakses pada tangal 13 November 2016 pukul 11.16.
Sukadiyanto. 2010. Pengantar Teori dan Metodologi Melatih Fisik. Yogyakarta : FIK UNY

Tuesday, 27 December 2016

Obat Herbal Tradisional: Mengkudu

BAB 2
KAJIAN PUSTAKA

2.1. Definisi Pengobatan Tradisional
Pengobatan tradisional adalah pengobatan dan/atau perawatan dengan cara, obat dan pengobatnya yang mengacu kepada pengalaman, keterampilan turun temurun, dan/atau pendidikan/pelatihan, dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat (Kepmenkes 2003). Berdasarkan Zulkifli (2004) pengobatan tradisional merupakan pengobatan dan atau perawatan dengan cara, obat, dan pengobatannya yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan turun temurun dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat. Jika membahas mengenai pengobatan tradisional maka tidak terlepas dari obat tradisional dan pengobat tradisional.

Definisi obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (gelenik) atau campuran dari bahan tersebut secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (Zulkifli 2004). Sedangkan berdasarkan Kepmenkes (2003) obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Jika terdapat sebuah profesi pasti terdapat ahli, dimana dalam pengobatan tradisional ahli tersebut disebut sebagai pengobat tradisional. Kepmenkes (2003) menyatakan pengobat tradisional diklasifikasikan dalam jenis keterampilan, ramuan, pendekatan agama dan supranatural.

  1. Pengobat tradisional keterampilan terdiri dari pengobat tradisional pijat urut, patah tulang, sunat, dukun bayi, refleksi, akupresuris, akupunkturis, chiropractor, dan pengobat tradisional lainnya yang metodenya sejenis.
  2. Pengobat tradisional ramuan terdiri dari pengobat tradisional ramuan Indonesia (Jamu), gurah, tabib, shinshe, homoeopathy, aromatherapist, dan pengobat tradisional lainnya yang metodenya sejenis.
  3. Pengobat tradisional pendekatan agama terdiri dari pengobat tradisional dengan pendekatan agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, atau Budha.
  4. Pengobat tradisional supranatural terdiri dari pengobat tradisional tenaga dalam (prana), paranormal, reiky master, qigong, dukun kebatinan dan pengobat tradisional lainnya yang metodenya sejenis.

2.2  Mengkudu Morinda citrifolia
Mengkudu atau pace (Morinda citrifolia L.) merupakan salah satu tanaman obat yang dalam beberapa tahun terakhir banyak peminatnya. Merupakan tanaman tropis dan liar, mengkudu dapat tumbuh di tepi pantai hingga ketinggian 1500 m dpl (diatas permukaan laut), baik di lahan subur maupun marginal. Penyebarannya cukup luas, meliputi seluruh kepulauan Pasifik Selatan, Malaysia, Indonesia, Taiwan, Filipina, Vietnam, India, Afrika, dan Hindia Barat (Solomon 1999). Tanaman mengkudu berbuah sepanjang tahun. Ukuran dan bentuk buahnya bervariasi, pada umumnya mengandung banyak biji, dalam satu buah terdapat >300 biji, namun ada juga tipe mengkudu yang memiliki sedikit biji. Bijinya dibungkus oleh suatu lapisan atau kantong biji, sehingga daya simpannya lama dan daya tumbuhnya tinggi. Meningkatnya animo masyarakat dalam memanfaatkan mengkudu sebagai bahan perawatan, pencegahan, dan pengobatan penyakit menyebabkan komoditas ini banyak diminati (Bangun dan Sarwono 2002).

Pemanfaatan mengkudu sebagai obat tradisional sebenarnya sudah sejak lama dikenal, baik di Indonesia maupun di luar negeri. Waha (2001), mengemukakan, pada tahun 100 SM penduduk Asia Tenggara berimigrasi ke kepulauan Polinesia dan membawa tanaman mengkudu sebagai tanaman obat. Laporan tentang khasiat mengkudu sudah ada pada tulisan-tulisan kuno 2000 tahun yang lalu masa dinasti Han di Cina. Di negara-negara Eropa, khasiat mengkudu baru diketahui sekitar tahun 1800, yang diawali dengan pendaratan Kapten Cook dan para awaknya di ke-pulauan Hawaii pada tahun 1778. Ke-datangan mereka turut serta menye-barkan berbagai penyakit pada penduduk setempat seperti penyakit gonor-rhea, sipilis, TBC, kolera, influenza, pneumonia. Penyakit-penyakit tersebut dengan cepat mewabah keseluruh wilayah Hawaii dan pengobatan tradisional masyarakat setempat tidak mampu menyembuhkannya, sehingga mengakibatkan kematian ribuan penduduk. Pada tahun 1860 penggunaan mengkudu sebagai bahan pengobatan alami mulai tercatat dalam literatur-literatur Barat. Dalam pengobatan tradisional, mengkudu digunakan untuk obat batuk, radang amandel, sariawan, tekanan darah tinggi, beri-beri, melancarkan kencing, radang ginjal, radang empedu, radang usus, sembelit, limpa, lever, kencing manis, cacingan, cacar air, sakit pinggang, sakit perut, masuk angin, dan kegemukan (Wijayakusuma et al. 1992). Hasil penelitian akhir-akhir ini mengungkapkan bahwa mengkudu dapat digunakan sebagai obat tumor dan kanker (Hirazumi et al. 1999).

Riset medis tentang khasiat mengkudu dimulai pada tahun 1950, dengan ditemukannya zat anti bakteri terhadap Echerchia coli, M.pyrogenes dan P. aeruginosa yang ditulis dalam jurnal ilmiah Pacific Science. Waha (2001) mengemukakan bahwa senyawa xeronin dan prekursornya yang dina-makan proxeronin ditemukan dalam jumlah besar pada buah mengkudu oleh seorang ahli biokimia dari Amerika Serikat bernama Heinicke pada tahun 1972. Xeronin merupakan zat penting dalam tubuh yang mengatur fungsi dan bentuk protein spesifik sel-sel tubuh. Tahun 1980 melalui berbagai riset terbukti bahwa mengkudu dapat menurunkan tekan darah tinggi.

Klasifikasi
Divisi                    : Spermatophyta
Subdivisi              : Angiospermae
Kelas                     : Dicotyledone
Anak kelas            : Sympatalae
Bangsa                 : Rubiales
Suku                     : Rubiaceae
Marga / genus       : Morinda
Jenis / spesies       : Morinda citrifolia L.
Morfologi
 
Gb1. Buah, daun dan tanaman mengkudu
 
Tumbuhan ini berbentuk pohon dengan tinggi 3-10 m. Batang berkayu, bulat, kulit kasar, percabangan monopoidal. Daun tunggal, bulat telur, ujung dan pangkal runcing serta berwarna hijau mengkilat. Panjang 10-40 cm. Bunga majemuk, bentuk bongkol, bertangkai, benang sari 5. Buah bongkol, permukaan tidak teratur, berdaging, panjang 5-10 cm, hijau kekuningan (Syamsul hidayat dan Hutapea 1991)

2.3  Kandungan Buah Mengkudu
Mengkudu (Morinda citrifolia Linn) mengandung zat-zat nutrisi (phytonutrien) dan senyawa-senyawa aktif, seperti: terpenoid, anti mikroba (anthraquinone), anti kanker (damnacanthal), alkaloid, pewarna alami, asam, enzim, mineral dan vitamin  . Mengkudu juga mengandung beberapa assaam amino esensial, misalnya : triptofan, histidin, valin, leusin, arginin, fenilalanin, treonin, isoleusin, dan metionin (Solomon, 2001)

Didalam buah mengkudu juga ditemukan senyawa proxeronin yang akan diubah menjadi xeronin oleh enxim proxenase menjadi xeronin melalui mekanisme yang kompleks. Xeronin adalah senyawa aktif yang mempunyai peranan penting dalam memeperlancar metabolisme tubuh. Xeronin akan meningkatkan permeabilitas membran sel, memudahkan transfer peptida dan meningkatkan absorbsi nutrien, serta mengefektifkan penggunaan asam amino, vitamin, dan mineral. Xeronin dapat mengaktifkan beberapa enzim dan mengatur sintesis protein. (Solomon,2001)

Skolopetin merupakan senyawa pengikat serotonin berlebih dalam pembuluh darah, sehinggga dapat memperlancar peredaran darah. Secara tidak langsung skolopetin merupakan senyawa pencegah tekanan darah tinggi.

Senyawa anti kanker (damnachantal) yang terdapat dalam buah mengkudu, dapat menghambat pertumbuhan NKC (Natural Killer Cells) yang merupakan sel pemicu terjadinya kanker. Sedangkan senyawa anti mikroba (anthrakuinone) mamp mencegah pertumbuhan mikroba patogen, terutama bakteri dan jamur (Thomas,2000).

Hirazumi (1999) menyatakan bahwa mengkudu mengandung substansi polysaccharide-rich yang mempunyai aktivitas anti tumor. Hasil penelitiannya membuktikkan bahwa ekstrak buah mengkudu mampu mengatasi kanker paru-paru serta leukimia akibat infeksi retrovirus pada mencit. Wang (2002) juga mengemukakan bahwa mengkudu mengandung senyawa yang mampu memperbaiki kerusakan DNA.

Hasil analisa Solomon (1998) mengemukakan bahwa di dalam 1.000 g sari buah mengkudu terkandung 1.200 mg Vit. C, sehingga berkhasiat sebagai anti oksidan yang sangat baik. Antioksidan berkhasiat menetralisir partikel-partikel berbahaya (radikal be-bas) yang terbentuk dari hasil sam-pingan dalam proses metabolisme. Ra-dikal bebas dapat merusak sistim keke-balan tubuh dan materi genetik. Selain itu, dari hasil penelitiannya buah meng-kudu juga mengandung zat-zat nutrisi yang dibutuhkan tubuh seperti karbo-hidrat, protein, vitamin, dan mineral-mineral esensial. Berikut merupakan tabel gambaran kandungan senyawa kimia berkhasiat pada tanaman mengkudu.

Tabel 1. Kandungan kimia pada setiap bagian tanaman mengkudu
Bagian Tanaman
Kandungan Kimia
Pada seluruh bagian
Alizarin, alizarin-alfa-metil eter, antraquinon, asperulosida, asam hexanoat, morindadiol, morindon, morindogenin, asam oktanoat, asam ursolat,
Daun
Asam amino (alanin, arginin, asam aspartat, sistein, sistin, glisin, asam glutamat, histidin, leusin, isoleusin, metionin, fenilalamin, prolin, serin, threonin, triftopan, tirosin, valin), mineral (kalsium, besi, fosfor) vitamin (asam askorbat, beta caroten, niasin, riboflavin, tiamin, betasitisterol, asam ursolat), alkaloid (antraquinon, glikosida, resin).
Bunga
5,7-dimetil-apiganin-4-o-beta-d(+)-galaktopiranosida,
6,8-dimetoksi-3-metilantraquinon-1-o-beta-ramnosil-glukopiranosida, acasetin-7-o-beta-d (+)-glukopiranosida
Buah
Asam askorbat, asam asetat, asperulosida, aambutanoat, asam benzoat, benzil alkohol, 1-butanol, aam kaprilat, asam dekanoat, (E)-6-dodekeno-gamma-laktona, (z,z,z)-8, 11,14-asamekosatri-noat, asam elaidat, etil dekanoat, etil-ektanoat, etil benzena, eugenol, eugenol, glukosa, asam heptanoat, 2-heptanon, hexanal, hexanamida, asam hexaneudioat, asam hexanoat, 1-hexanol, 3-butan-1-o1, metil dekanoat, metil elaidat, metil hexanoat, metil-3-metil-tio-propanoat, metil oktanoat, metil oleat, metil palmitat, Scopoletin, asam undekanoat, (z,z)-2,5-undekadin-1-o1, vomifol. Ascubin, L.asperuloside, alizarin, antraquinon, proxeronin, Damnacanthal.
Akar
Asperulosids, damnachantal, morindadiol, morindin, morindon, nordamacantal, rubiadin, rubiadin monometil eter, soranjidiol, antraquinon, glikosida, zat getah, resin, sterol
Kulit
Alizarin, klororubin, glikosida, (pentosa, hexosa), morindadiol, morindanigrin, morindin, morindon, zat resin, rubiadin monometil eter, soranjidiol
Kayu
Antragalol-2, 3-dimetil eter
Sumber : Aalbersberg (1993), Bushnel et al. (1950), Hiramatsu et al. (1993), Solomon (1998), Waha (2001)

2.4 Khasiat Buah Mengkudu
Bagian tanaman mengkudu yang dapat dimanfaatkan adalah akar, batang, daun, dan buah (Suprapti, 2010).
  1. Akar dan batang
Kulit akar mengkudu dapat digunakan untuk memberi waran merah tua pada kain batik, tenun, dan kerajinan anyaman pandan. Warna berasal dari senyawa moridon dan senyawa moridin yang terdapat pada kulit batang dan kulit akar. Cairan yang keluar dari akar dapat digunakan untuk menghilangkan sakit gigi karena berlubang, sedangkan air ebusan akar dapat digunakan untuk mengobati migraine dan vertigo. Sementara, kulit batang dapat menyembuhkan eksem, malaria, dan disentri.

  1. Daun
Daun mengkudu dapat dimasak menjadi sayur/urap yang sedap. Di samping itu, bila ditumbuk dapat mengobati borok, memar, bisul, dan lain-lain.

  1. Buah tua dan matang
Buah mengkudu dapat dimanfaatkan untuk mengobati berbagai penyakit, misalnya tumor, gangguan pencernaan, tekanan darah tinggi, pengerasan pembuluh darah, masalah haid, masalah ketuaan, depresi mental, kurang nafsu makan, sariawan, sembelit, sakit perut, dan sakit setelah persalinan. Buah mengkudu juga dapat enghilangkan rasa sakit dan menyembuhkan luka.

Adapun khasiat buah mengkudu untuk kesehatan antara lain sebagai berikut:
  1. Meningkatkan kadar serotonin
  2. Mengurangi rasa letih
  3. Menormalkan kadar glukosa dalam darah
  4. Mningkiatkan fungsi reseptor pada dinding-dinding sel.
  5. Menormalkan siklus haid
  6. Menyeimbangakn fungsi hormon
  7. Mengurangi nyeri saraf
  8. Mengurangi edema dan kejang-kejang
  9. Meningkatkan fungsi kelenjar tiroid dan adrenal
  10. Menyeimbangkan sistem imunitas putih
  11. Memperlancar peredaran darah serta memperlebar saluran pembuluh darah yang mengalami penyempitan dengan zat scopoletin yang terkandung didalam buah mengkudu. Zat ini juga dapat membunuh beberapa varian bakteri , serta bersifat sebagai anti alergi.
  12. Mematikan bakteri penyebab infeksi dan juga sebagai pengotrol bakteri pathogen melalui zat anti bakteri yang terkandung didalamnya.
  13. Buah mengukudu juga terbukti dapat melawan penyakit kanker atau sel-sel abnormal melalui zat anti kanker yang terkandung didalam buah tersebut.
  14. Dapat Menjadi Zat Pencegah Kanker dan Tumor.
  15. Dapat membantu peningkatan daya tahan tubuh.
  16. Mengkudu bisa membantu mengurangi rasa sakit.
  17. Mengatasi Peradangan dan Alergi
  18. Meningkatkan Daya Tahan Tubuh

Berikut merupakan hasil penelitian dimana menggunakan mengkudu sebagai obat dari beberapa penyakit (Solomon 1998)

Tabel 2 Hasil pengamatan terhadap pengguna sari buah mengkudu
Kondisi pasian
Jumlah pasien
Sembuh (%)
Stroke
Jantung
Kanker
Diabetes
Tekanan darah tinggi
Ginjal
Masalah sexual
Stres
Pernapasan
Pencernaan
Artritis
Alergi
Obesitas
Lesu
983
1.058
874
2.434
721
2.127
1.545
3.273
2.727
1.509
673
851
2.638
7.931
58
80
67
83
87
66
88
71
78
89
80
85
72
91

3.1 Langkah-langkah Pembuatan Ramuan dari Buah Mengkudu
Berikut ini beberapa manfaat dan khasiat buah dandaun mengkudu untuk pengobatan tradisional beserta cara pembuatannya:
  1. Mengatasi Hipertensi
Bahan yang diperlukan: 2 buah mengkudu masak pohon dan 1 sendok makan madu asli.
Caranya pengolahan: cuci buah mengkudu, lalu potong menjadi beberapa bagian, kemudian peras untuk diambil airnya, kemudian dicampur dengan madu. Diminum dua hari sekali.

  1. Menyembuhkan Batuk
Bahan: 1 buah mengkudu dan ½ genggam daun poo (bujanggut).
Cara pengolahan: buah mengkudu dan daun poo (bujanggut) dicuci bersih, kedua bahan kemudian direbus dengan 2 gelas air sampai mendidih hingga tersisa 1 gelas. Saring airnya, lalu diminum dua kali sehari tiap pagi dan sore.

  1. Mengobati Sakit Kuning
Bahan: 2 buah Mengkudu yang telah masak di pohon dan 1 potong gula batu.
Cara pengolahan: cuci buah mengkudu,lalu diperas untuk diambil airnya, kemudian tambahkan 1 otong gula batu dan sedikit air hangat (bila perlu). Aduk merata dan saring kembali. Diminum2 hari sekali.

  1. Demam, Masuk angin dan infuenza
Bahan: adalah 1 buah mengkudu dan 1 rimpang kencur.
Cara pengolahan: potong buah mengkudu menjadi beberapa bagian agar mudah dalam pematangannya kemudian masukkan 1 ruas rimpang kencur, kedua bahan tersebut direbus dengan 2 gelas air sampai mendidih dan hingga tinggal 1 gelas. Setelah dingin, airnya disaring dan rauan tersebut diminum dua kali sehari, tiap pagi dan sore.

  1. Mengatasi kulit bersisik
Salah satunya khasiat buah mengkudu yaitu untuk kecantikan, buah mengkudu bisa digunakan untuk menghaluskan kulit. Caranya, bagian kulit yang bersisik digosok dengan buah mengkudu tersebut sampai merata, dan dibiarkan selama 5-10 menit, kemudian dibersihkan dengan kain bersih yang dibasahi dengan air hangat.

  1. Obat Sakit Perut
Khasiat daun mengkudu sebagai obat sakit perut. Jika Anda atau keluarga terkena sakit perut, ambil saja 2-3 lembar daun mengkudu. Setelah dicuci bersih, kemudian ditumbuk halus, ditambah garam dan diseduh air panas. Setelah dingin, airnya disaring dan diminum.

  1. Mengatasi Jerawat Batu
Salah satu bahan alami yang bisa anda gunakan untuk mengatasi Jerawat batu adalah Daun Mengkudu, cara pembuatan ramuannya seperti di lansir dari khasiat-obat herbal. blogspot.com adalah sebagai berikut:
  1. Siapkan beberapa helai pucuk Daun Mengkudu kemudian tumbuk hingga halus.
  2. Campurkan garam secukupnya.
  3. Tambahkan minyak Zaitun .
  4. Campurkan semua bahan itu sampai merata.
  5. Pencet secara perlahan Jerawat batu yang ada di wajah anda sampai semua nanahnya keluar.
  6. Jika sudah selesai dikeluarkan nanahnya, selanjutnya cuci muka anda dengan air bersih  dan hangat lalu keringkan dengan menggunakan lap halus.
  7. Jika wajah anda sudah benar-benar kering, selanjutnya anda usapkan campuran dari Daun Mengkudu yang sudah halus + Garam + Minyak Zaitun tadi ke bagian bagian Jerawat yang sudah anda keluarkan nanahnya tadi secara merata.
  8. Diamkan beberapa menit sampai mengering, lalu bilas dengan air bersih.



Daftar Pustaka
 
Anonim. 2013. Manfaat dan Khasiat Buah Mengkudu untuk Pengobatan. http://manfaatbuahdaun.blogspot.com/2014/01/manfaat-dan-khasiat-buah-mengkudu-untuk.html. Diakses 14 November 2014
Anonim. 2014. Manfaat Buah dan Daun Mengkudu Untuk Kesehatan dan Kecantikan. http://www.wesehat.com/2014/05/manfaat-buah-daun-mengkudu-kesehatan.html. Diakses 14 November 2014
Bangun, A.P. dan B. Sarwono. 2002. Khasiat dan Manfaat Mengkudu. Agro Media Pustaka, Jakarta. 66 hlm.
Hirazumi, A., E. Furusawa, S.C. Chou, and Y. Hokama. 1999. Animmunomodulatory polysaccharide-rich substance from the fruit of Morinda citrifolia (noni) with antitumor activity. Phytochem. Res. 13:380-387
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1076/Menkes/Sk/Vii/2003 Tentang Penyelenggaraan Pengobatan Tradisional
Solomon. 1999. The Noni Phenomenon. Direct Source Publishing, Utah
Sudewo, B. (2012). Basmi kanker dengan Herbal. Jakarta: Visimedia.
Suprapti, L. (2010). Aneka Olahan Mengkudu Berkhasiat Obat. Jakarta: Tehnologi Pengelolaan Pangan.
Syamsuhidayat, S.S and Hutapea, J.R, 1991, Inventaris Tanaman Obat Indonesia, edisi kedua, Departemen Kesehatan RI, Jakarta
Thomas, A.N.S, 2000. Tanaman Obat Tradisional. Cetakan ke 13. Kanisius. Yogyakarta
Waha, L.G. 2001. Sehat dengan Mengkudu. MSF Group, Jakarta. hlm. 1-44
Wijayakusuma, H.M., H.S. Dalimarta, A.S. Wirian, T. Yaputra, dan B. Wibowo. 1992. Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia. Pustaka Kartini, Jakarta. IV:109-112
Zukifli. 2004.  Pengobatan Tradisional Sebagai Pengobatan Alternatif Harus Dilestarikan. Sumatra Utara. USU digital library