السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ ...... Selamat datang di BLOG RIO CRISTIANTO. Dukung Blog ini dengan like fanspage "Rio Cristianto". Thank you, Happy Learning... ^_^

Wednesday, 28 December 2016

Obat Herbal Tradisional: Jahe

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

  1. PENGENALAN JAHE
Jahe adalah tanaman rimpang yang sangat popular sebagai rempah-rempah dan bahan obat. Beberapa ahli botani menyatakan bahwa tanaman jahe berasal dari daerah Asia Tropik, yang kemudian tersebar di berbagai wilayah mulai dari India sampai Cina. Namun, Nikolai Ivanovich Vavilov, ahli botani Soviet, memastikan bahwa pusat utama asal tanaman jahe adalah Indo-Malaya yang meliputi Indo-Cina, Malaysia, Filipina dan Indonesia. Di kawasan Asia, tanaman jahe tersebar hampir di seluruh daerah tropika basah. Kini, tanaman jahe banyak dibudidayakan di berbagai daerah. Pusat utama tanaman jahe di Indonesia adalah Sumatera Utara, Bengkulu, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur (Rukmana, 2000).
Kedudukan tanaman Jahe dalam sistematika (Taksonomi) tumbuhan adalah sebagai berikut :
Kingdom         : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi               : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)  
Subdivisi         : Angiospermae (berbiji tertutup)
Kelas               : Monocotyledonae (biji berkeping satu)
Ordo                : Zingiberales
Famili              : Zingiberaceae (temu-temuan)
Subfamili         : Zingiberoidae
Genus              : Zingiber
Spesies            : Zingiber officinale Roxb (Rukmana, 2000).

Di Indonesia, jahe dikenal dengan beberapa nama antara lain halia, haliya, lea, lia, lahia, jhai, jahi, lai jhahik, moyuman, beuing, hairale, masin manas, reja, pimedas, jahja, padeh, sipode, sipadas, pege, bahing, ai manas, naije, sedap, sehi, sewe, laile, gore, gisoro, gihori, dan yoyo. Tanaman jahe merupakan terna tahunan, berbatang semu dengan tinggi antara 30 cm – 75 cm. Berdaun sempit memanjang menyerupai pita, dengan panjang 15-23 cm, lebar lebih kurang 2,5 cm, tersusun teratur dua baris berseling. Tanaman jahe hidup merumpun, beranak-pinak, menghasilkan rimpang, dan berbunga. Bunga berupa malai yang tersembul pada permukaan tanah, berbentuk tongkat atau bulat telur, dengan panjang lebih kurang 25 cm. Mahkota bunga berbentuk tabung, dengan helaian agak sempit, tajam, berwarna kuning kehijauan. Bibir mahkota bunga berwarna ungu gelap, berbintik-bintik putih kekuning-kuningan. Kepala sari berwarna ungu dan mempunyai dua tangkai putik.  Rimpang jahe memiliki bentuk bervariasi, mulai dari agak pipih sampai gemuk (bulat panjang), dengan warna putih kekuning-kuningan hingga kuning kemerah-merahan. Rimpang jahe mengandung minyak atsiri yang mudah menguap sehingga memberikan bau khas pada jahe (Rukmana, 2000).

  1. KLASIFIKASI
Jahe dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan ukuran, bentuk dan warna rimpangnya. Umumnya dikenal 3 varietas jahe, yaitu :
  1. Jahe putih/kuning besar atau disebut juga jahe gajah atau jahe badak, rimpangnya lebih besar dan gemuk, ruas rimpangnya lebih menggembung dari kedua varietas lainnya. Jenis jahe ini biasa dikonsumsi baik saat berumur muda maupun berumur tua, baik sebagai jahe segar maupun jahe olahan.
  1. Jahe putih/kuning kecil atau disebut juga jahe sunti atau jahe emprit, ruasnya kecil, agak rata sampai agak sedikit menggembung. Jahe ini selalu dipanen setelah berumur tua. Kandungan minyak atsirinya lebih besar dari pada jahe gajah, sehingga rasanya lebih pedas, disamping seratnya tinggi. Jahe ini cocok untuk ramuan obat-obatan, atau untuk diekstrak oleoresin dan minyak atsirinya.
 
  1. Jahe merah, rimpangnya berwarna merah dan lebih kecil dari pada jahe putih kecil sama seperti jahe kecil, jahe merah selalu dipanen setelah tua, dan juga memiliki kandungan minyak atsiri yang sama dengan jahe kecil, sehingga cocok untuk ramuan obat-obatan (Harmono dan Andoko. 2005). Jahe merah (Zingiber officinale Rosc.) sudah lama dikenal dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit, dibandingkan dengan jahe gajah atau jahe empirit. Meskipun demikian, kebanyakan orang umumnya lebih mengenal jahe gajah, yakni sebagai bumbu dapur, rempah-rempah, dan bahan obat-obatan.






























Berdasarkan penelitian para ahli, dalam maupun mancanegara, jahe memiliki efek farmakologis yang berkhasiat sebagai obat dan mampu memperkuat khasiat obat yang dicampurkannya. Dari ketiga jenis jahe yang ada jahe merah yang lebih banyak digunakan sebagai obat, karena kandungan minyak atsiri dan oleoresinnya paling tinggi dibandingkan dengan jenis jahe yang lain sehingga lebih ampuh menyembuhkan berbagai macam penyakit (Tim Lentera, 2002).

  1. KANDUNGAN BAHAN AKTIF JAHE
Berbagai manfaat yang terkandung dalam jahe disebabkan adanya kandungan berbagai senyawa aktif, seperti minyak atsiri, zingiberena (zingerona), zingiberol, kamfena, lemonin, bisabolena, kurkumen, gingerol, filandrena, dan resin pahit. Kandungan senyawa kimia lain dalam jahe, yakni senyawa flavonoid, fenolik utama, asam organik, alkaloid, dan terpenoid.

Kandungan nutrisi (gizi) dalam setiap 100 gram jahe mengandung kalori 51,00 kal , protein 1,50 g , lemak 1,00 g , karbohidrat 10,10 g , kalsium 21,00mg , fosfor 39,00mg , zat besi 1,60mg , vitamin A 30,00SI , vitamin B 1 0,02mg , vitamin C 4,00mg , air 86,20g , bagian yang dapat dimakan 97,00%.

Jahe (Zingiber officinale (L.) Rosc.) mempunyai kegunaan yang cukup beragam, antara lain sebagai rempah, minyak atsiri, pemberi aroma, ataupun sebagai obat (Bartley dan Jacobs 2000). Secara tradisional, kegunaannya antara lain untuk mengobati penyakit rematik, asma, stroke, sakit gigi, diabetes, sakit otot, tenggorokan, kram, hipertensi, mual, demam dan infeksi (Ali et al. 2008; Wang dan Wang 2005; Tapsell et al. 2006). Berdasarkan bentuk, warna, dan ukuran rimpang, ada 3 jenis jahe yang dikenal, yaitu jahe putih besar/jahe badak, jahe putih kecil atau emprit dan jahe sunti atau jahe merah. Secara umum, ketiga jenis jahe tersebut mengandung pati, minyak atsiri, serat, sejumlah kecil protein, vitamin, mineral, dan enzim proteolitik yang disebut zingibain (Denyer et al. 1994). Menurut penelitian Hernani dan Hayani (2001), jahe merah mempunyai kandungan pati (52,9%), minyak atsiri (3,9%) dan ekstrak yang larut dalam alkohol (9,93%) lebih tinggi dibandingkan jahe emprit (41,48, 3,5 dan 7,29%) dan jahe gajah (44,25, 2,5 dan 5,81%). Nilai nutrisi dari 100 g jahe kering dengan kadar air 15% mempunyai komposisi 7,2-8,7 g, lemak 5,5-7,3 g, abu 2,5-5,7 g, abu (4,53 g), besi (9,41 mg), kalsium (104,02 mg) dan fosfor (204,75 mg) (Nwinuka et al. 2005; Hussain et al. 2009; Odebunmi et al. 2010).

Komposisi kimia jahe sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain waktu panen, lingkungan tumbuh (ketinggian tempat, curah hujan, jenis tanah), keadaan rimpang (segar atau kering) dan geografi (Mustafa et al. 1990; Ali et al. 2008). Rasa pedas dari jahe segar berasal dari kelompok senyawa gingerol.

Pedas dari jahe kering berasal dari senyawa shogaol ([6]-shogaol), yang merupakan hasil dehidrasi dari gingerol. Di dalam jahe merah Indonesia senyawa gingerol dan shogaol yang ditemukaan adalah gingerol dan [6]-shogaol (Hernani dan Hayani 2001). Komponen kimia utama pemberi rasa pedas adalah keton aromatik yang disebut gingerol terdiri dari 6, 8 dan 10 gingerol.

Jahe kering mempunyai kadar air 7-12%, minyak atsiri 1-3%, oleoresin 5-10%, pati 50-55% dan sejumlah kecil protein, serat, lemak sampai 7% (Eze dan Agbo 2011). Aroma jahe sangat tergantung pada kandungan minyak atsirinya (1-3%) (Ali et al. 2008). Adanya variasi komponen kimia dalam minyak atsiri jahe bukan saja dikarenakan varitasnya, tetapi kondisi agroklimat (iklim, musim, geografi) lingkungan, tingkat ketuaan, adaptasi metabolit dari tanaman, kondisi destilasi dan bagian yang dianalisa (Anwar et al. 2009; Abd El Baky dan El Baroty 2008; Singh et al. 2008; Wang et al. 2009).

Beberapa komponen kimia jahe, seperti gingerol, shogaol dan zingerone memberi efek farmakologi dan fisiologi seperti antioksidan, antiimflammasi, analgesik, antikarsinogenik, non-toksik dan non-mutagenik meskipun pada konsentrasi tinggi (Surh et al. 1998, Masuda et al. 1995; Manju dan Nalini 2005; Stoilova et al. 2007). Minyak dalam ekstrak mengandung seskuiterpen, terutama zingiberen, monoterpen dan terpen teroksidasi.

Oleoresin jahe mengandung lemak, lilin, karbohidrat, vitamin dan mineral. Oleoresin memberikan kepedasan aroma yang berkisar antara 4-7% dan sangat berpotensi sebagai antioksidan (Balachandran et al. 2006). Proses pengolahan terutama yang menggunakan pemanasan ternyata akan menurunkan kadar gingerol (He et al. 1998; Zhang et al. 1994). Hasil penelitian Puengphian dan Sirichote (2008), menunjukkan bahwa jahe segar (kadar air 94%), 17%-nya mempunyai kandungan gingerol 21,15 mg/g. Adanya pengeringan pada suhu 55 ± 2° C selama 11 jam menghasilkan kadar air 11,54 ± 0,29% dengan kadar gingerol 18,81 mg/g.

  1. MANFAAT JAHE DALAM KESEHATAN
Jahe biasanya aman sebagai obat herbal (Weidner dan Sigwart 2001). Hasil penelitian terhadap tikus hamil yang diberikan ekstrak jahe secara oral tidak mempengaruhi kehamilan dan tidak menyebabkan toksisitas sampai konsentrasi 1000 mg/kg. Walaupun dilaporkan juga beberapa efek samping minor akibat konsumsi jahe seperti diare ringan atau reaksi alergi ringan. Efek samping terutama terjadi bila jahe dikonsumsi mentah. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa bila jahe dikonsumsi dalam jangka panjang akan mempunyai efek hipoglikemik dan hipolipidemik (Ahmed dan Sharma 1997).

Hasil penelitian farmakologi menyatakan bahwa senyawa antioksidan alami dalam jahe cukup tinggi dan sangat efisien dalam menghambat radikal bebas superoksida dan hidroksil yang dihasilkan oleh sel-sel kanker, dan bersifat sebagai antikarsinogenik, non-toksik dan non-mutagenik pada konsentrasi tinggi (Manju dan Nalini 2005). Beberapa senyawa, termasuk gingerol, shogaol dan zingeron memberikan aktivitas farmakologi dan fisiologis seperti efek antioksidan, antiinflammasi, analgesik, antikarsinogenik dan kardiotonik (Surh et al. 1998; Masuda et al. 1995). Senyawa murni (E-8 beta,17 epoxylabd-12-ene-15,16-dial) dapat menghambat biosintesa cholesterol di dalam homogenasi hati tikus (Tanabe et al. 1993).

Senyawa gingerol telah dibuktikan mempunyai aktivitas sebagai antipiretik, antitusif, hipotensif (Mamoru et al. 1984), antiimflamasi dan analgesik (Kim et al. 2005), antitumor (Surh et al. 1999), antikanker (Dorai et al. 2004), antioksidan (Masuda et al. 2004), antifungal (Ficker et al. 2003). Selain itu, sangat efektif untuk mencegah sinar ultra violet B (UVB) dan bisa sebagai terapi untuk mencegah kerusakan kulit (Ali et al. 2008). Pada konsentrasi rendah ternyata [6]-gingerol and [6]– shogaol dapat menurunkan tekanan darah (Suekawa et al. 1984).

Jahe dilaporkan dapat mengurangi resiko penyakit jantung dan meningkatkan performan dari jantung selama olah raga, karena memberikan efek relaks dalam tubuh. Selain itu, dapat mengurangi berat badan dan anti hiperlipidemia, serta mengurangi mual dan muntah pada ibu hamil (Anon 2008). Secara invitro telah dibuktikan bahwa bahan aktif dalam jahe berpotensi dan prospektif untuk mengobati penyakit Alzheimer (Kim et al. 2002), penyakit kronik seperti diabetes (Sekiya et al. 2004), dan hipertensi (Ghayur dan Gilani 2005). Untuk mencegah mabuk laut, telah dicobakan supplemen jahe terhadap 1741 orang turis dengan dosis 250 mg setiap 2 jam, hasilnya menunjukkan sangat efektif sama seperti bila mengkonsumsi obat untuk mencegah mabuk laut (Schmid et al. 1994). Pada percobaan lain, dilakukan terhadap 11 orang dewasa yang telah menjalani kemoterapi, ternyata mengalami penurunan mual setelah mengkonsumsi serbuk jahe 1,5 g (Meyer et al. 1995; Pecoraro et al. 1998). Ekstrak jahe merah oral dalam dosis rendah 0,2 – 2 mg/kg menunjukkan efek analgesik dan anti-inflamasi sangat efektif, karena adanya sinergisitas senyawa dalam ekstrak jahe merah. Bahkan ketika diberikan kepada 8 volunter ternyata sangat efektif dalam mencegah mabuk laut termasuk di dalamnya vertigo yang berhubungan dengan mabuk laut (Grontved et al. 1986).

Senyawa zingerone, yang memberikan karakter sangat tajam dari rimpang jahe, sangat efektif terhadap Escheria coli penyebab diare, terutama pada anak-anak. Adanya sejumlah mineral seperti kalium, mangan tembaga, dan magnesium juga sangat membantu. Kalium dalam sebuah komponen penting dari sel dan cairan tubuh yang membantu mengendalikan detak jantung dan tekanan darah (Anon 2010). Demikian juga telah dicobakan terhadap kadet angkatan laut ternyata secara signifikan bisa lebih efektif untuk mencegah mabuk laut terutama untuk mual dan vertigo (Grontved et al. 1988). Seorang wanita berusia 42 tahun. dengan sejarah 16 tahun mengalami migrain merasa lega setelah melengkapi dietnya dengan 1,5-2 g jahe kering setiap hari (Mustafa et al. 1990). [10]-gingerol sangat aktif menghambat M. avium dan M. tuberculosis secara in vitro, sedangkan [6] dan [12]- gingerol mempunyai aktivitas antibakteri untuk mulut dan gusi (Miri et al. 2008). Ekstrak etanol dan kloroform jahe ternyata dapat menghambat pertumbuhan bakteri Klebsiella pneumoniae, Salmonella thyphimurium, Bacillus cereus, Enterococcus fecalis dan Staphylococcus aureus, tetapi idak memberikan efek terhadap pertumbuhan E. coli, Pseudomonas aeruginosa dan S. epidermidis (Nalbantsoy et al. 2008).

Jahe tidak mengandung lemak dan gula sehingga dapat ditambahkan pada produk makanan untuk meningkatkan aroma tanpa penambahan kalori. Di India dan China, teh jahe yang dibuat dari jahe segar tidak hanya mengurangi berat badan tetapi dapat membantu pencernaan. Enzim jahe dapat mengkatalisa protein di dalam pencernaan sehingga tidak menimbulkan mual. Bubuk jahe dapat digunakan sebagai obat-obatan untuk produksi obat-obatan herbal dalam pengobatan demam dingin. Jahe segar telah digunakan dalam produksi anggur jahe dan jus yang digunakan sebagai minuman. Ada beberapa organisasi dan beberapa perusahaan swasta, yang terlibat dalam pembuatan pasta jahe dan produk berbasis jahe.

Jahe dapat menstimulasi sirkulasi darah (Shoji et al. 1982). Jahe mengandung senyawa potensial antiimflammasi yang disebut gingerol (Kwang et al. 1998). Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa mengkonsumsi bahan segar dan olahan jahe setiap hari akan menurunkan sakit otot dan mencegah salah otot akibat olah raga. Selain itu, dapat mengurangi kolesterol yang dapat merusak kesehatan jantung (Akoachere et al. 2002).

Ekstrak metanol jahe kering dapat menurunkan secara signifikan peningkatan level lipid yang diinduksi fruktosa, berat badan, hiperglikemik dan hiperinsulinema. Sementara perlakuan dengan ekstrak etil asetat tidak menunjukkan pengaruh bermakna pada dua parameter terakhir, tetapi memberikan penurunan bermakna terhadap penurunan lipid darah dan berat badan. Konsentrasi [6]-gingerol lebih tinggi pada ekstrak metanol dibanding etil asetat (Kadnur dan Goyal 2005). Penelitian Al Amin et al. (2006) dalam Ali et al (2008) mempelajari potensi hipoglikemik jahe pada tikus yang telah diinduksi diabetes, dengan memberikan jahe segar sebanyak 500 mg/kg setiap hari selama 7 minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis tersebut signifikan efektif menurunkan level serum glukosa, kolesterol dan triasilgliserol. Singh et al. (2009) meneliti pengaruh pemberian jahe sebagai antiglikemik, menurunkan lemak darah dan sebagai agen antioksidan untuk diabetes tipe 2.

Untuk terapi kanker biasanya dengan cara kemoterapi dan efek samping dari kemoterapi adalah mual dan rambut rontok. Jahe ternyata dapat mengurangi mual sebagai efek samping dari pengobatan kemoterapi, bahkan hasil dari penelitian menunjukkan bahwa jahe dapat melawan sel kanker (Platel et al. 1995). Semua ini dikarenakan adanya efek sinergisitas dari zingiberen dan komponen turunannya yang memberikan efek farmakologi. Kandungan sejumlah magnesium, kalsium, protein, besi, sodium, kalium dan fosfor akan memberikan perbaikan untuk otot, depresi, lemah otot, kejang, dan kerusakan lambung. Tingginya kadar kalium akan melindungi kerusakan tulang, paralisis, sterilitas, lemah otot kerusakan ginjal dan hati. Produk-produk dari jahe seperti teh jahe digunakan sebagai karminatif dan mengobati demam, di China digunakan sebagai tonik. Di Inggris, jahe ditambahkan pada bir untuk mengobati diare, mual dan muntah. Ekstrak jahe dicampur dengan asiatikosida dari pegagan dapat mengurangi selulit. Jahe dikenal mempunyai aktivitas sebagai antioksidan yang akan membantu menetralisir radikal bebas dan dapat menghambat kolagenase elastisitas pada kulit sehingga dapat digunakan sebagai antiselulit (Murad dan Marina 2002).

  1. Cara Pembuatan Bubuk Jahe Merah
  1. Spesifikasi bahan
  1. Jahe merah (500 gr)
  1. Umur rimpang minimal 7 bln
  2. Jahe merah yang dibeli harus dalam keadaan segar,tidak rusak, berwarna merah dan kuning di dalamnya
  3. Disimpan dan digunakan tidak lebih dari 3 hari
  1. Cabai jawa (125 gr)
  1. Warna merah kecoklatan
  2. Aroma pedas menyengat
  3. Panjang minimal 4 cm
  4. Digunakan dalam keadaan kering
  1. Lada hitam (1 gr)
  1. Seperti merica, tetapi berkulit hitam
  2. Digunakan dalam keadaan kering
  1. Bahan tambahan lain
  1. Gula pasir (1500 gr)
  2. Gula aren (125 gr)
  3. Garam (2 gr)
  4. Air (500-550 ml)

  1. Alat yang digunakan
  1. Kompor
  2. Wajan
  3. Blender
  4. Ayakan/penyaring
  5. pengaduk

  1. Proses pengolahan
  1. Pemanasan disertai pengadukan
  1. Pemanasan awal: gula merah, garam, bubuk cabe jawa, dan lada hitam dimasukkan dan diaduk hingga larut.
  2. Setelah volume larutan mencapai ¼ bagian dari awal, gula pasir baru dimasukkan.
  3. Suhu berkisar 80-100 0C. Hindari bau gosong dengan mengatur api kompor
  1. Pendinginan disertai pengadukan à hingga timbul buih-buih dan sudah tidak ada larutannya. Api dikecilkan perlahan. Diaduk tanpa henti
  2. Pembentuka kristalà selama proses pendinginan, tak lama kemudian membentuk kristal-kristal dan tetap diaduk.
  3. Pengecilan ukuran kristal à dilakukan dengan pengadukan secara kontinu, api kompor dimatikan
  4. Pengayakan
  1. Pengayakan dilakukan pada kristal (bubuk jahe merah instan) yang terdapat pada wajan
  2. Bagian yang lolos pada saringan akan langsung dikemas dan yang tidak lolos dikecilkan dengan blender, kemudian disaring kembali

  1. Obat Anti Alergi
Sebagian orang mungkin sensitif terhadap makanan tertentu sehingga menimbulkan alergi. Jahe dapat dimanfaatkan sebagai anti-alergi.
Cara pengolahan :
  1. Kupas dan cincang secara halus ¼ inci jahe segar
  2. Didihkan air 1 ½  cangkir dalam panci, lalu tambahkan kan jahe yang sudah dihaluskan
  3. Tetap biarkan air mendidih hingga tersisa sekitar 1 cangkir saja dalam panci.
  4. Saring dan tambahkan teh dalam cangkir/mug lalu nikmati. Bila rasa terlalu kuat tambahkan madu sebagai pemanis alami.
  5. Minum teh jahe ini dua kali sehari sampai gejala alergi mereda.

  1. Obat pada Pasien Arthritis
Sifat anti inflamasi dari jahe ditemukan dapat mengurangi peradangan dan nyeri yang terkait dengan Osteoarthritis dan Rheumatoid Arthritis bila dikonsumsi secara teratur.
Cara pengolahan:
  1. Kupas jahe segar ½ inci masukkan dalam makanan dan konsumsi setiap hari setiap makan
  2. Minum jahe yang sudah ditiriskan setiap hari / mengompres radang persendian dengan air jahe dapat mengatasi pembengkakan akibat radang sendi.

  1. Obat Meredakan Flu, Demam, dan Pilek
Cara pengolahan:
  1. Kupas 1 inci jahe segar,
  2. Giling jahe lalu peras jahe hingga sari keluar
  3. Taruh perasan jahe dalam cangkir kecil.
  4. Campur 4 sendok makan  madu kedalam cangkir yang sudah berisi sari jahe.
  5. Konsumsi setengah sendok teh 2 kali sehari

  1. Obat Pereda Nyeri dan Linu (Penderita Rematik)
  1. Bahan
  1. 100 gram jahe, bersihkan
  2. 1 siung bawang merah
  3. 5 lembar daun sambung nyawa segar
  4. 10 butir merica putih
  5.  minyak kayu putih secukupnya

  1. Cara membuat
  1. Tumbuk kasar semua bahan
  2. Gosokkan pada bagian tubuh yang nyeri sambil dipijat
  3. Lakukan setiap kali nyeri kambuh

  1. Obat Alergi (Gatal-Gatal)
  1. Bahan:  3-7 rimpang jahe sebesar ibu jari, cuci bersih
  2. Cara membuat
  1. Parut rimpang jahe hingga halus
  2. Oleskan parutan jahe di bagian badan yang terasa gatal

  1. Obat Asma
  1. Bahan
  1. 20 gram jahe merah segar
  2. 30 gram daun sambiloto segar
  3. 30 gram daun randu segar
  4. 20 gram daun lampes segar
  5. 4 gelas air (800 ml)

  1. Cara membuat
  1. Cuci bersih semua bahan, rajang kecil-kecil
  2. Rebus semua bahan hingga tersisa 2 gelas air
  3. Saring dan minum 2 kali sehari satu gelas setelah makan
  4. Dapat ditambahkan 2 sendok makan madu dan perasan jeruk nipis

  1. Obat Batuk
Cara pengolahan:
  1. Cuci bersih tiga rimpang jahe sebesar ibu jari, lalu rebus di dalam dua gelas air
  2. Didihkan air hingga kurang dari satu gelas.
  3. Air rebusan jahe dapat diminum dua kali sehari, pagi dan sore hari.

  1. Obat Masuk Angin
Cara pengolahan:
  1. Memarkan tiga rimpang jahe sebesar ibu jari
  2. Masukkan jahe yang telah dimemarkan tersebut ke dalam dua gelas air bersih dan bubuhkan sedikit gula aren
  3. Didihkan campuran tersebut selama lima belas menit hingga airnya tersisa setengah
  4. Kemudian saring ramuan tersebut ke dalam gelas
  5. Dalam keaadaan masih hangat, minum ramuan tersebut
  6. Hasil saringan air jahe ini diminum setiap dua kali sehari
  7. Kedua tersebut memang dapat diatasi dengan membeli obat kelas warung tanpa resep dokter, tapi toh obat-obatan tersebut terlalu banyak zat kimianya. Beda dengan jahe yang alami dan merupakan obat tradisional

  1. Obat Kepala Pusing
Cara pengolahan:
  1. Cuci bersih tiga rimpang jahe sebesar ibu jari
  2. Bakar dan memarkan ketiga rimpang jahe yang telah dicuci tersebut
  3. Seduh dengan satu gelas air yang dicampur dengan sedikit madu atau gula aren
  4. Minum sekaligus satu gelas ramuan tersebut

  1. Obat Sakit Pinggang
Cara pengolahan:
  1. Cuci tiga rimpang jahe dan dua buah asam jawa yang sudah masak.
  2. Parut dan campur dengan asam jawa hingga merata.
  3. Oles campuran parutan tersebut pada pinggang yang sakit

  1. Obat Vitiligo
Vitiligo yaitu penyakit kekurangan yang berupa bercak putih pada kulit
Cara pengolahan:
  1. Cuci bersih 30 gram jahe, kemudian blender jahe tersebut.
  2. Balurkan hasil blender pada kulit yang menderita vitiligo.

  1. Obat Melangsingkan Setelah Melahirkan
Cara pengolahan:
  1. Keringkan tiga sendok makan beras selama tiga jam
  2. Rebus 125 gram gula merah, kunyit kecil, satu sendok makan asam, jahe potong dan daun pandan dalam tiga gelas air.
  3. Saring ramuan tersebut.
  4. Rebus bubuk, jahe, kunyit dan beras.
  5. Setelah semua halus, tuangkan air mendidih sedikit demi sedikit ke dalam rempah-rempah.
  6. Saring ramuan tersebut dengan kain bersih dan remas dengan kapur.
  7. Tamburkan garam secukupnya pada ramuan.
  8. Minum ramuan tersebut secara teratur agar hasil maksimal. Jika ramuan tersebut kurang manis, tambahkan gula secukupnya



DAFTAR PUSTAKA

Abd El-Baky H.H. dan G.S. El-Baroty. 2008. Chemical and biological evaluation of the essential oil of Egyptian Moldavian balm. Int. J. Essential Oil Therap. 2: 76-81.
Ahmed R. dan S. Sharma. 1997. Biochemical studies on combined effect of garlic (Allium sativum Linn) and ginger (Zingiber officinale Rosc) in albino rats. Indian journal of experimental biology. 35: 841-843.
Akoachere J.F., R.N. Ndip dan E.B. Chenwi. 2002. Antibacterial effect of Zingiber officinale and Garcinia kola on respiratory tract pathogens. East Afr. Med. J. 79: 588-592.
Ali, B.H., G. Blunden, M. O. Tanira dan A. Nemmar. 2008. Some phytochemical, pharmacological and toxicological properties of ginger (Zingiber officinale Roscoe): A review of recent research. Food and Chemical Toxicology. 46 : 409–420.
Anon. 2010. Ginger root nutrition facts. www ginger-root-1.htm.
Anon. 2008. Ginger an excellent dietary supplement. Ginger as dietary supplement - chemical constituents of ginger - uses of ginger - medicinal benefits of ginger _ bodybuilding supplements guide.htm. Diakses 3 Juni 2011.
Anwar, F., M. Ali, A.L. Hussain dan M. Shahid. 2009. Antioxidant and antimicrobial activities of essential oil and extracts of fennel (Foeniculum vulgare Mill.) seeds from Pakistan. Flav. Frag. J. 24 : 170-176.
Arnaudon, H. 2002 An International Market Study of Ginger. Micro-Enterprise Development Programme (MEDEP/NEP/97/013) And the District Ginger Entrepreneurs. India.
Balachandran, S., S. E. Kentish and R. Mawson. 2006. The effect of both preparation method and season on the supercritical extraction of ginger. Sep. Purif. Technol. 48 (2) : 94-105.
Bartley, J. dan A. Jacobs. 2000. Effects of drying on flavour compounds in Australian-grown ginger (Zingiber officinale). Journal of the Science of Food and Agriculture. 80:209–215.
Bhattarai, S., V.H. Tran dan C.C. Duke. 2001. The stability of gingerol and shogaol in aqueous solution. J. Pharm. Sci. 90 : 1658–1664.
Chen, H. D., J.C. Weiss dan F. Shahidi. 2006. Nanotechnology in nutraceuticals and functional foods. Food Technology, v. 60, n. 3, p. 30, 2006
Denyer, C.V., P. Jackson, D.M. Loakes, M.R. Ellis dan D.A.B. Yound. 1994. Isolation of antirhinoviral sesquiterpenes from ginger (Zingiber officinale). J Nat Products. 57 : 658-662.
Dorai, T. dan B.B. Aggarwal. 2004. Antitumor promoting activities of selected pungent phenolic substances present in ginger. Cancer Lett. 215: 129-140.
El-Baroty, G.S., H. H. Abd El-Baky, R. S. Farag dan M. A. Saleh. 2010. Characterization of antioxidant and antimicrobial compounds of cinnamon and ginger essential oils. African Journal of Biochemistry Research. 4 : 167-174.
Evans, W.C. 2002. Ginger. Trease and Evans Pharmacognosy, 15th ed. WB Saunders, Edinburgh, pp. 277–280.
Eze, J.I. dan K.E. Agbo. 2011. Comparative studies of sun and solar drying of peeled and unpeeled ginger. Am. J. Sci. Ind. Res. 2 : 136-143.
Felipe, C.F., S.F. Kamyla, L. André, N.S.B. José, A.N. Manoel, M.F. Marta dan S.V. Glauce. 2008. Alterations in behavior and memory induced by the essential oil of Zingiber officinale Roscoe (ginger) in mice are cholinergic-dependent. J. Medicinal Plants Res. 2 : 163-170
Ferdiansyah, A. 2009. Prospek dan potensi jahe gajah. http:www//prospek-dan-potensi-jahe-gajah.htm
Ficker, C., M.L. Smith, K. Akpagana, M. Gbeassor, J. Zhang, T. Durst, R. Assabgui dan J.T. Arnason. 2003. Bioassay-guided isolation and identification of antifungal compounds from ginger. Phytother. Res. 17: 897-902
Ghayur, M.N. dan A.H. Gilani. 2005. Ginger lowers blood pressure through blockade of voltage-dependent calcium channels. J Cardiovasc Pharmacol. 45: 74-80.
Grontved, A. dan E. Hentzer. 1986. Vertigo-reducing effect of ginger root. A controlled clinical study. ORL J Otorhinolaryngol Relat Spec. 48:282-286.
Grontved, A., T. Brask, J. Kambskard dan E .Hentzer. 1988. Ginger root against seasickness. A controlled trial on the open sea. Acta Otolaryngol (Stockh). 105:45-49.
Govindarajan, V. 1982. Ginger-chemistry, technology and quality evaluation: Part I. CRC. Crit Reviews in Food Science and Nutrition. 19: 1-96.
He, X., W.B. Matthew, L. Lian dan L. Lin. 1998. High-performance liquid chromatography-electrospray mass spectrometric analysis of pungent constituents of ginger. J. Chromatogra. 796 (2) :327-334.
Hernani dan E. Hayani. 2001. Identification of chemical components on red ginger (Zingiber officinale var. Rubrum) by GC-MS. Proc. International Seminar on natural products chemistry and utilization of natural resources. UI-Unesco, Jakarta : 501-505
Hussain, J., A. Bahader, F. Ullah, N. Rehman, A. Khan, W. Ullah dan Z. Shinwari. 2009. Proximate and nutrient analysis of the locally manufactured herbal medicines and its raw material. J. Am. Sci. 5: 1-5.
Jolad, S.D., R.C. Lantz; G.J, Chen, R.B. Bates dan B.N. Timmermann. 2005. Commercially processed dry ginger (Zingiber officinale): composition and effects on LPS-stimulated PGE2 production. Phytochemistry 66:1614–1635.
Jolad, S.D., R.C. Lantz, A.M. Solyon, G.J. Chen, R.B. Bates, dan B.N. Timmermann. 2004. Fresh organically grown ginger (Zingiber officinale): composition and effects on LPS-induced PGE2 production. Phytochemistry. 65:1937–1954.
Kadnur, S.V. dan R.K. Goyal. 2005.  Beneficial effects of Zingiber officinale
Roscoe on fructose induced hyperlipidemia and hyperinsulinemia in rats. Indian J. Exp. Biol. 43, 1161–1164.
Kim, E.C., J.K. Min, T.Y. Kim, S.J. Lee, H.O. Yang, S. Han, Y.M. Kim dan Y.G. Kwon. 2005. 6-Gingerol, a pungent ingredient of ginger, inhibits angiogenesis in vitro and in vivo. Biochem. Biophys. Res. Commun. 335: 300-308.
Kim, D.S., D.S. Kim dan M.N. Oppel. 2002. Shogaols from Zingiber officinale protect IMR32 human neuroblastoma and normal human umbilical vein endothelial cells from beta-amyloid (25-35) insult. Planta Med. 68: 375-376.
Kwang, K., S. Kyung, L. Jong, L. Sang dan S. Young. 1998. Inhibitory effects of [6]-gingerol, a major pungent principle of ginger, on phorbol esterinduced inflammation, epidermal ornithine decarboxylase activity and skin tumor promotion in ICR mice. Canc. let. 129: 39-144.
Langner, E., S. Greifenberg dan J. Gruenwald. 1998. Ginger: history and use. Adv. Ther. 15: 25–44.
Lee, H. S., S.S. Lim, G.J. Lim, J.S. Lee, E.J. Kim dan K.J. Hong. 2008. Antiviral effect of ingenol and gingerol during HIV-1 replication in MT4 Human T lymphocytes. Antiviral Res. 12:34-37.
Mamoru, S., I. Atsushi, Y. Kazunori, S. Kazuhiko, A. Masaki dan H. Eikichi. 1984. Pharmacological studies on ginger. I. Pharmacological action of pungent constituents, 6-gingerol and 6-shogaol. J. Pharmacobiol. Dyn 7: 836-848.
Manju, V. dan N. Nalini. 2005. Chemopreventive efficacy of ginger, a naturally occurring anticarcinogen during the initiation, post initiation stages of 1, 2 dimethyl hydrazine-induced colon cancer. Clin Chim Acta. 358: 60-67
Masuda, T., A. Jitoe dan T.J. Mabry. 1995. Isolation and structure determination of cassumunarins A, B, C: new anti-inflammatory antioxidants from a tropical ginger, Zingible cassumunar. J Am Oil Chem Soc. 72: 1053-1057
Masuda, Y., H. Kikuzaki, M. Hisamoto dan N. Nakatani. 2004. Antioxidant properties of ginger related compounds from ginger. Biofactors. 21: 293-296,
Meyer, K., J. Schwartz, D. Crater dan B. Keyes. 1995. Zingiber officinale (ginger) used to prevent 8-Mop associated nausea. Dermatol Nurs. 7:242-244.
Miri, P., J. Bae dan D.S. Lee. 2008. Antibacterial activity of [10]-gingerol and [12]-gingerol isolated from ginger rhizome against periodontal bacteria. Phytothery Res. 22:1446-1449.
Mishra, P. 2009. Isolation, spectroscopic characterization and molecular modeling studies of mixture of Curcuma longa, ginger and seeds of fenugreek. International Journal of PharmTech Research. 1: 79-95,
Murad, H. dan Marina del Rey. 2002. Pharmaceutical Compositions and methods for reducing the appearance of cellulite. U.S. Patent US 0137691A1.
Mustafa, T. dan K.C. Srivastava. 1990. Ginger (Zingiber officinale) in migraine headache. J. Ethnopharmacol. 29 : 267-273.
Nalbantsoy, A., D. A. Tamis, I. H. Akgun, T. O. Yalcin, I D. Gurhan dan I. Karaboz. 2008. Antimicrobial and cytotoxic activities of Zingiber officinalis Extracts. FABAD J. Pharm. Sci. 33, 77–86
Nwinuka, N., G. Ibeh dan G. Ekeke. 2005. Proximate composition and levels of some toxicants in four commonly consumed spices. J. Appl. Sci. Environ. Mgt. 9: 150-155.
Odebunmi, E., O. Oluwaniyi dan M. Bashiru. 2010. Comparative proximate analysis of some food condiments. J. App. Sci. Res. 6: 272-274.
Pecoraro, A., J. Patel, T. Guthrie dan B. Ndubisi. 1998. Efficacy of ginger as an adjunctive anti-emetic in acute chemotherapy-induced nausea and vomiting. ASHP Midyear Clinical Meeting. 33:P-429E.
Pouchangdang, S. dan P. Sanchai. 2009. Process development of ginger powder encapsulation using drum dryer. World Applied Sci. Journal 7:187-191
Platel, K. dan K. Srinivasan. 1995. Influence of common dietary spices or their active principles on digestive enzymes of small intestinal mucosa in rats, Int. J. Food Sci. Nutr. 47: 55-59.
Puengphian, C. dan A. Sirichote. 2008. [6]-gingerol content and bioactive properties of ginger (Zingiber officinale Roscoe) extracts from supercritical CO2 extraction. As. J. Food Ag-Ind.1: 29-36
Rehman, R., M. Akram, N. Akhtar, Q. Jabeen, T. Saeed, S.M.A. Shah, K. Ahmed, G. Shaheen dan H.M. Asif. 2011. Zingiber officinale Roscoe (pharmacological activity). Journal of Medicinal Plants Research. 5: 344-348
Saraf, A. S. 2010. Applications of novel drug delivery system for herbal formulations. Reviews. Fitoterapia 81 (2010) 680–689
Schmid R; T Schick; R Steffen; A Tschopp; T Wilk. 1994. Comparison of seven commonly used agents for prophylaxis of seasickness. J Travel Med. 1:203-206.
Sekiya, K., A. Ohtani dan S. Kusano. 2004. Enhancement of insulin sensitivity in adipocytes by ginger. Biofactors. 22 (1-4) : 153-156.
Shoji, A., T. Iwasa dan Y. Takemoto. 1982. Cardiotonic principles of ginger (Zingiber officinale Roscoe). J Pharmac Sci. 71: 1174-1175.
Singh, G., I.S. Kapoor, P. Singh, C.S. Heluani, M.P Lampasona dan C.A.N Catalan. 2008. Chemistry, antioxidant and antimicrobial investigation on essential oil and oleoresin of Zingiber officinale. Food Chem. Toxicol. 46: 3295-3302.
Singh, A.B., Akankshsa, N. Singh, R. Maurya dan A.K. Srivastava. 2009. Antihyperglycaemic, lipid lowering and antioxidant properties of [6]-gingerol in db/db mice. Int. J. of Medicine and Medical Sci. 1:536-544.
Stoilova, I, A. Krastanov, A. Stoyanova, P. Denev dan S. Gargova. 2007. Antioxidant activity of a ginger extract (Zingiber officinale). Food Chemistry.102: 764–770
Suekawa, M., A. Ishige, K. Yuasa, K. Sudo, M. Aburada dan E. Hosoya. 1984. Pharmacological studies on ginger. I. Pharmacological actions of pungent constituents, (6)-gingerol and (6)-shogaol. J Pharmacobiodynamics. 7:13-18.
Surh, Y.J., E. Loe dan J.M. Lee.1998. Chemopreventive properties of some pungent ingredients present in red pepper and ginger. Mutat Res. 402:259-267.
Surh, Y.J., K.K. Park, K.S. Chun, L. Lee, E. Lee dan S. Lee. 1999. Antitumor promoting activities of selected pungent phenolic substances present in ginger. J. Environ. Pathol. Toxicol. Oncol.18:131-139.
Tanabe, M., Y.D. Chen, K. Saito dan Y. Kano. 1993. Cholesterol biosynthesis inhibitory component from Zingiber officinale Roscoe. Chem. Pharm. Bull. (Tokyo). 41:710-713
Tapsell, L.C., I. Hemphill, L. Cobiac, C.S. Patch, D.R. Sullivan, M. Fenech, S. Roodenrys, J.B. Keogh, P.M. Clifton, P.G. Williams, V.A. Fazio dan K.E. Inge. 2006. Health benefits of herbs and spices: the past, the present, the future. Med. J. Aust. 185 (Suppl. 4),S4–S24.
Toure, A., Z. Xiaoming, C.S. Jia dan D. Zhijian, 2007. Microencapsulation and oxidative stability of ginger essential oil in maltodextrin/whey protein isolate (MD/WPI). Int. J. Dairy Sci. 2: 387-392.
Wang, R., W. Ruijiang dan Y. Bao. 2009. Extraction of essential oils from five cinnamon leaves and identification of their volatile compound compositions. Innovative Food Sci. Emerging Technol. 10: 289–292
Wang, W.H. dan Z.M. Wang. 2005. Studies of commonly used traditional medicine-ginger. Zhongguo Zhong Yao Za Zhi. 30:1569–1573.
Weidner, M.S. dan K. Sigwart. 2001. Investigation of the teratogenic potential of a Zingiber officinale extract in the rat. Reprod. Toxicol: 1575–1580.
Wohlmuth, H, M.K. Smith, L.O. Brooks, S.P. Myer dan D.N. Leach. 2006. Essential oil composition of diploid and tetraploid clones of ginger (Zingiber officinale Roscose) grown in Australia. 54: 1414-1419.
Wohlmuth, H., D.N. Leach, M.K. Smith dan S.P. Myers. 2005. Gingerol content of diploid and tetraploid clones of ginger (Zingiber officinale Roscoe). J. Agric. Food Chem. 53 : 5772–5778.
Yuliani, S, Desmawarni dan N. Harimurti. 2007. Pengaruh laju alir umpan dan suhu inlet spray drying pada karakteristik mikrokapsul oleoresin jahe. J. Pascapanen 4: 18-26
Zhang, X., W.T. Iwaoka, A.S. Huang, S.T. Nakamoto dan R. Wong. 1994. Gingerol decreases after processing and storage of ginger. J. Food Sci. 59:1338-1343.
Sulandra Abd. Samad, Manfaat kandungan jahe. http://www.zonakesehatan.info/2014/03/manfaat-kandungan-jahe-bagi-kesehatan.html diakses pada tanggal 30 November 2014 pukul 09.00 WIB
BeritaKapan. Manfaat Jahe Sebagai Obat Tradisional. http://www.beritakapan.com/2014/11/manfaat-jahe-sebagai-obat-tradisional.html diakses pada tanggal 30 November 2014 pukul 09.05 WIB
Zafar, Jawairia. 2014. Ginger Health Benefit. http://www.homeremediesweb.com/ginger-health-benefits.php diakses pada tanggal 30 November 2014 pukul 09.05 WIB
Rukmana, Rahmat. 2000. Usaha Tani Jahe. Yogyakarta : Kanisius.
Utami Prapti, Puspaningtyas Desty Ervira. 2013. Jakarta. PT Agro Media Pustaka





0 comments:

Post a Comment

Mari kita budayakan berkomentar yang baik dan santun ya sobat.