Definisi
Miliariasis
atau biang keringat adalah kelainan kulit yang timbul akibat keringat
berlebihan disertai sumbatan saluran kelenjar keringat, yaitu di dahi,
leher, bagian-bagian badan yang tertutup pakaian (dada dan punggung),
serta tempat yang mengalami tekanan atau gesekan pakaian dan dapat juga
dikepala. Keadaan ini biasanya di dahului oleh produksi keringat yang
berlebihan, dapat diikuti rasa gatal seperti ditusuk, kulit menjadi
kemerahan dan disertai banyak gelembung kecil berair. (Arjatmo
Tjoktronegoro dan Hendra Utama, 2000).
Miliaria
atau biang keringat adalah kelainan kulit yang sering muncul pada bayi
dan balita akibat tersumbatnya kelenjer keringat, sehinga keringat yang
keluar berkumpul di bawah kulit dan mengakibatkan timbulnya
bintik-bintik merah (Desiana, 2009)
Milliariasis adalah dermatosis yang disebabkan oleh retens keringat akibat tersumbatnya pori kelenjar keringat. (Vivian, 2010)
Miliariasis
adalah kelainan kulit akibat retensi keringat, di tandai adanya vesikel
milier, berukuran 1-2 mm pada bagian badan yang banyak berkeringat.
Pada keadaan yang lebih berat, dapat timbul papul merah atau papul
putih. (Sudoyo, 2009).
Etiologi
Menurut Vivian (2010), penyebab terjadinya miliariasis ini adalah udara yang panas dan lembab.
Beberapa
faktor yang menyebabkan miliaria antara lain adalah: Terbatasnya
pengetahuan mengenai kurang tepatnya perawatan kulit bayi. Dengan
informasi yang kurang tentang perawatan kulit pada bayi, dapat
menyebabkan ibu salah dalam merawat kulit (Eva, 2011)
Udara
yang panas dan lembab, dalam cuaca panas tubuh bayi lebih
sering berkeringat sehingga pada saat cuaca panas lebih baik
bayi diberikan pakaian sedikit mungkin dan pilihlah bahan yang
mudah menyerap keringat dan nyaman digunakan. Sehingga tubuh bayi
tetap kering tidak lembab. Setelah menderita sakit panas, tubuh bayi
akan mengeluarkan keringat yang berlebih, dan saat bayi terkena demam
keringat keluar terus menerus namun keringat tidak bisa keluar
sehingga terjadi penyumbatan pada kelenjar keringat. Ventilasi
udara yang kurang baik, ventilasi yang kurang bisa menyebabkan
sirkulasi udara yang tidak sehat sehingga terjadi ganguan udara
yang panas didalam rumah, dan bisa mempengaruhi suhu badan bayi
menjadi panas serta mudah sekali berkeringat. Jadi usahakan
didalam rumah udara bisa mengalir dengan bebas.(FKUI, 2001),
Menurut Assyari Abdullah (2008), Penyebab biang keringat yaitu :
- Ventilasi ruangan kurang baik sehingga udara di dalam ruangan panas atau lembab.
- Pakaian bayi terlalu tebal dan ketat, pakaian yang tebal dan ketat menyebabkan suhu tubuh bayi meningkat.
- Bayi mengalami panas atau demam.
- Bayi terlalu banyak beraktivitas sehingga banyak mengeluarkan keringat.
Faktor penyebab timbulnya keringat berlebihan yaitu :
- Udara panas dan lembab dengan ventilasi udara yang kurang baik
- Pakaian yang terlalu lembab dan ketat
- Pakaian banyak memberikan pengaruh pada kulit, misalnya menimbulkan pergeseran, tekanan yang berpengaruh terhadap terjadinya peningkatan suhu tubuh.
- Aktivitas yang berlebihan, misalnya berolahraga
- Setelah menderita sakit panas
- Penyebab lain berupa penyumbatan pori-pori yang berasal dari kelenjar keringat. Sumbatan ini dapat diakibatkan debu atau radang pada kulit anak. Butiran-butiran keringat yang terperangkap dibawah kulit akan mendesak ke permukaan kulit dan menimbulkan bintik-bintik kecil yang terasa gata.
Klasifikasi
Berdasarkan lokasi tersumbatnya, biang keringat dalam bebera tipe, yaitu:
- Miliaria kristalina

- Miliaria rubra

- Miliaria profunda

Manifestasi Klinis
Miliaria
rubra ditandai dengan rasa gatal dan eritem dan kadang rasa panas
seperti terbakar, lesi terjadi karena beberapa hari terpapar pada
lingkungan yang panas tapi lesi baru muncul setelah beberapa bulan
terpapar atau dapat muncul setelah beberapa hari pasien berpindah dari
lingkungan yang panas tersebut. Lesi berupa papula dengan puncak dan
pusatnya berupa vesikula yang dikekelingi oleh lingkaran merah atau
eritema yang tidak berbatas tegas yang terjadi karena respon inflamasi .
Lesinya extrafolikuler, ini membedakan dengan folikulitis, papulanya
steril atau terinfeksi sekunder karena Miliaria yang luas dan kronik.
Pada bayi lesi terdapat pada leher, lipat paha dan ketiak sedangkan pada
anak-anak atau orang dewasa lesi terdapat pada badan dan tempat-tempat
yang terkena gesekan pakaian yaitu bagian tubuh dibawah pakaian atau
bagian tubuh yang mudah berkeringat setelah beraktivitas atau kepanasan
seperti leher, kulit kepala bagian atas atau badan dan tidak mengenai
wajah atau bagian volar kulit.
Rasa
gatal dan kadang rasa panas seperti terbakar, biasanya bersamaaan
dengan rangsang yang menimbulkan keringat, penderita cepat merasa lelah
dan mengalami intoleransi terhadap panas dan dapat terjadi penurunan
jumlah keringat atau tidak berkeringat sama sekali pada daerah panas
ataupun beraktivitas. Miliaria rubra yang luas dan berat dapat
menyebabkan hiperpireksia dan lelah karena panas serta pingsan
Patofisiologi
Terjadinya
milliariasis diawali dengan tersumbatnya pori-pori kelenjar keringat,
sehingga pengeluaran keringat tertahan. Tertahannya pengeluaran keringat
ditandai dengan adanya vesikel miliar di muara kelenjar keringat lalu
disusul dengan timbulnya radang dan edema akibat perspirasi yang tidak
dapat keluar kemudian diabsorpsi oleh stratum korneum.
Milliariasis
sering terjadi pada bayi prematur karena proses diferensiasi sel
epidermal dan apendiks yang belum sempurna. Kasus milliariasis terjadi
pada 40-50% bayi baru lahir. Muncul pada usia 2-3 bulan pertama dan akan
menghilang dengan sendirinya pada 3-4 minggu kemudian. Terkadang kasus
ini menetap untuk beberapa lama dan dapat menyebar ke daerah sekitarnya.
(Vivian, 2010)
Faktor
utama yang berperan bagi perkembangan miliaria adalah kondisi panas
tinggi dan kelembaban yang menyebabkan berkeringat berlebihan. Occlusion
kulit karena pakaian, perban, atau lembaran plastik (dalam pengaturan
percobaan) selanjutnya dapat berkontribusi untuk pengumpulan keringat
pada permukaan kulit dan pengeluaran cairan atau keringat berlebih
(overhydration) dari lapisan corneum. Pada orang yang rentan, termasuk
bayi, yang relatif belum matang kelenjar ekrinnya, pengeluaran cairan
atau keringat (overhydration) dari stratum corneum dianggap cukup untuk
menyebabkan penyumbatan sementara dari acrosyringium.
Jika
kondisi lembab dan panas bertahan, individu terus memproduksi keringat
berlebihan, tetapi dia tidak dapat mengeluarkan keringat ke permukaan
kulit karena penyumbatan duktus. Sumbatan ini menyebabkan kebocoran
keringat dalam perjalanannya ke permukaan kulit, baik di dalam dermis
atau epidermis, dengan anhidrosis relatif.
Ketika
titik kebocoran di lapisan corneum atau hanya di bawahnya, seperti
dalam Miliaria crystallina, akan ada sedikit peradangan yang menyertai,
dan lesi tidak menunjukkan gejala. Sebaliknya, pada Miliaria rubra,
kebocoran keringat ke lapisan subcorneal menghasilkan vesikula
spongiotic dan sel inflamasi kronis periductal yang menginfiltrasi di
papiler dermis dan epidermis bawah. Pada Miliaria profunda, keluarnya
keringat ke dermis papiler menghasilkan suatu substansial,
menginfiltrasi limfositik periductal dan spongiosis dari duktus
intra-epidermis.
Bakteri seperti
Staphylococcus epidermidis dan Staphylococcus aureus, diperkirakan
memainkan peran dalam patogenesis miliaria. Pasien dengan Miliaria
memiliki 3 kali lebih banyak bakteri per satuan luas kulit dibandingkan
subyek kontrol sehat. Agen antimikroba efektif dalam menekan Miliaria
akibat eksperimental. Periodic Acid-Schiff positif bahan tahan diastase
telah ditemukan di sumbatan intraductal yang konsisten dengan substansi
polisakarida ekstraselular stafilokokal (EPS). Dalam pengaturan
percobaan, hanya Staphylococcus epidermidis yang menghasilkan EPS yang
dapat menginduksi miliaria.
Pada
akhir tahap Miliaria, hyperkeratosis dan parakeratosis dari
acrosyringium (bagian paling atas dari saluran/duktus kelenjar keringat)
dapat diamati. Sebuah sumbatan hyperkeratotic mungkin muncul untuk
menghalangi saluran ekrin, tetapi sekarang ini diyakini menjadi
perubahan akhir dan bukan penyebab yang mempercepat terjadinya
penyumbatan keringat.
Penatalaksaan
Umum
- Kunci pengobatan Miliaria adalah menempatkan penderita didalam lingkungan yang dingin, sehingga keringat bisa berkurang.
- Karena aktifitas yang berlebihan bisa menyebabkan keringat yang dapat menimbulkan kembali Miliaria, maka pasien dianjurkan untuk mengurangi aktivitasnya.
- Memakai pakaian yang menyerap keringat.
Khusus
- Topikal
Lanolin
anhidros diberikan untuk mencegah atau menghilangkan sumbatan sehingga
keringat dapat keluar kepermukaan kulit. Selain itu juga diberikan salep
hidrofilik, talk untuk bayi dan losio yang berisi 1 % mentol dan
gliserin dan 4% asam salisilat dalam alkohol 95 %. Pemberian colamin
lotion dapat memberikan rasa sejuk juga dapat diberikan anti biotic
topikal seperti krim kloramfenikol 2 %.
- Sistemik
Dapat
diberikan antibiotik bila terjadi infeksi sekunder dan anti histamin
sebagai anti pruritus, pemberian vitamin C dosis tinggi dapat diberikan
untuk mencegah atau mengurangi timbulnya Miliaria
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (2014) bila bayi sudah mengalami biang keringat, lakukan langkah-langkah ini:
- Setiap kali anak berkeringat, segera ganti bajunya. Sebelumnya, siapkanlah alat-alat yang dibutuhkan, seperti waslap, baskom berisi air hangat, baju yang bersih, dan perlak.
- Keringkan kulit yang ada biang keringatnya dengan waslap bersih yang telah dibasahi air hangat. Bisa juga dengan mandikan Si kecil menggunakan air hangat (usahakan agar jangan terlalu panas karena akan merangsang timbulnya keringat).
- Biarkan tubuh Si kecil tanpa baju untuk beberapa saat sampai kulit dan lipatan-lipatan kulitnya menjadi kering dengan sendirinya. Tujuannya, mencegah agar kulit yang terkena biang keringat tidak bertambah parah karena bergesekan dengan handuk pada waktu dikeringkan.
- Boleh diusapkan sedikit bedak, terutama di bagian punggung dan dada anak.
- Kenakan baju yang kering dan bersih. Baju tersebut sebaiknya terbuat dari bahan yang mudah menyerap keringat, seperti bahan katun dan bahan kaos sehingga nyaman dan tidak membuat anak mudah merasa kepanasan.
- Bila peradangan yang terjadi cukup banyak, Anda bisa mengoleskan salep atau bedak khusus sesuai anjuran dokter.
Komplikasi
Komplikasi
yang tersering dari Miliaria adalah infeksi sekunder dan intoleransi
terhadap suhu lingkungan yang panas. Infeksi sekunder dapat terjadi
berupa impetigo atau multiple diskret abses yang dikenal sebagai
periporitis staphylogenes. Intoleransi terhadap suhu lingkungan yang
panas terjadi ditandai dengan tidak keluarnya keringat bila terpapar
suhu panas, lemah, fatique, pusing bahkan pingsan.
Pencegahan
Penyakit
miliaria dapat dicegah dan disembuhkan, oleh karena itu
Konseling Informasi Edukasi (KIE) yang cukup harus di berikan
pada ibu-ibu yang memiliki anak atau bayi yang menderita
miliaria melalui kegiatan posyandu, agar tidak menyepelekan
penyakit ini (Dewi, 2010).
Keadaan
kulit merupakan cermin kesehatan tubuh seseorang. Untuk menjaga
kesehatan kulit ini, diperlukan perawatan rutin sejak usia dini.
Telah dibuktikan bahwa sentuhan ibu akan sangat berpengaruh pada
perkembangan fisik dan mental seorang anak. Sebenarnya pengobatan
khusus tidak diperlukan pada bayi yang terkena biang keringat,
cukup dengan pencegahan dan perawatan kulit yang benar. Bila
biang keringat berupa gelembung kecil tidak disertai kemerahan ,
kering dan tanpa keluhan dapat diberi bedak setelah mandi. Bila
kelainan kulit membasah tidak boleh ditaburi bedak, karena akan
membentuk gumpalan yang memperparah sumbatan kelenjar sehingga
menjadi tempat pertumbuhan kuman. Bila keluhan sangat gatal
dapat diatasi dengan pemberian antibiotik (Paulette, 2007)
Perawatan
kulit bayi dan balita dimulai dari kegiatan sehari-hari.
Misalnya dengan memandikan secara teratur, membersihkan rambut dan
mengganti baju apabila baju anak tersebut basah. Dari penanganan
diatas kita ambil contoh mandi misalkan diwajibkan dua kali
sehari, pagi dan sore, kemudiann mengeringkan badan anak dengan
handuk sendiri sampai lipatan kulit dan berikan bedak dengan sapuan
tipis (Wong, 2008). Apabila bayi sering berkeringat, sesering
mungkin dibasuh dengan menggunakan handuk (lap) basah, kemudian
dikeringkan dengan handuk atau kain yang lembut. Setelah itu
dapat diberikan bedak tabor.
Menurut Maharani, Desiana (2009),cara pencegahan Biang Keringat terbagi atas 5 bagian, antara lain:
- Bayi atau anak tetap dianjurkan mandi secara teratur paling sedikit 2 kali sehari menggunakan air dingin dan sabun.
- Bila berkeringat, sesering mungkin dibasuh dengan menggunakan handuk (lap) basah, kemudian dikeringkan dengan handuk atau kain yang lembut. Setelah itu dapat diberikan bedak tabur.
- Jangan sekali-kali memberikan bedak tanpa membasuh keringat terlebih dahulu, karena akan memperparah penyumbatan sehingga mempermudah terjadinya infeksi baik oleh jamur maupun bakteri.
- Hindari penggunaan pakaian tebal, bahan nilon, atau wol yang tidak menyerap
- Biang
keringat bisa tidak dialami bayi asalkan orang tua rajin menghindari
penghalang penguapan keringat yang menutup pori-pori bayi dengan cara:.
- Jaga tubuh bayi agar tetap kering.
- Bayi harus dimandikan secara teratur pada pagi dan sore hari
- Jika bayi berkeringat jangan keringkan dengan menggunakan bedak. Sebaiknya dengan waslap basah, lalu dikeringkan, dan diolesi dengan bedak tipis.
- Gunakan pakaian bayi dari bahan katun yang menyerap keringat bayi.
- Biasanya 70% biang keringat timbul pada bayi karena sirkulasi udara kamar yang tidak baik. Untuk itu usahakan udara di dalam kamar bayi mengalir dengan baik sehingga kamar selalu sejuk.
- Pada saat memandikan bayi yang menderita biang keringat, sebaiknya gunakan sabun bayi yang cair, sebab sabun cair tidak meninggalkan partikel. Jika menggunakan sabun padat bisa meninggalkan partikel yang dapat menghambat penyembuhan.
- Pengobatan
Sebenarnya pengobatan khusus tidak diperlukan, cukup pencegahan dan perawatan kulit yang benar. Bila biang keringat berupa gelembung kecil tidak disertai kemerahan, kering dan tanpa keluhan dapat diberi bedak setelah mandi. Bila kelainan kulit membasah tidak boleh ditaburkan bedak, karena akan terbentuk gumpalan yang memperparah sumbatan kelenjar sehingga menjadi tempat pertumbuhan kuman. Bila keluhan sangat gatal, luka dan lecet dapat diatasi dengan pemberian antibiotik (Karel, 2008).
Pemeriksaan Diagnosis
- Anamnesis
Dari anamnesis dapat ditemukan keluhan yang bersifat subjektif, biasanya penderita mengeluh gatal dan kadang rasa panas seperti terbakar
- Pemeriksaan Klinis
Pada
pemeriksaan klinis dapat ditemukan lesi berupa papula dengan puncak dan
pusatnya berupa vesikel yang dikelilingi oleh eritem.
- Pemeriksaan Histopatologis
Pada pemeriksaan histopatologi tampak infiltrat limfosit verivaskuler dan vasodilatasi di permukaan dermis.
WOC
Sumber :
Sudarti, dan Fauziah, Afroh. (2012). Asuahan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Balita. Yogyakarta: Nuha Medika.
Sudarti. (2012). Kelainan dan Penyakit Pada Bayi dan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika.
FKUI. (2001). Perawatan Kulit Pada Bayi Dan Balita,. Jakarta: FKUI
Djuanda, A. (2000). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Ketiga. Jakarta: FKUI
Harahap, M. (2000). Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates
Siregar, RS. (1996). Atlas Berwarna Saripati penyakit Kulit. Jakarta: EGC
0 comments:
Post a Comment
Mari kita budayakan berkomentar yang baik dan santun ya sobat.