assalamualaikum wr.wb para pembaca yang budiman. Sudah lama ane gak
posting-posting lagi. Hari ini izinkan ane berbagi pengalaman kepada
pembaca semua. Semoga pengalaman ane ini bisa menjadi pelajaran untuk
kita semua. Aamiin
Ane ingin menceritakan dua orang sosok
yang keren dan patut menjadi contoh. Kisah kali ini sekaligus
menunjukkan bahwa teladan itu tidak hanya dapat kita temukan pada
tokoh-tokoh publik, orang-orang tenar yang sering naik mimbar,
orang-orang yang sering memotong pita peresmian, tetapi teladan bisa
kita temukan pada orang-orang sekitar kita, bahkan orang-orang yang
tidak kita duga-duga.
Suatu sore, sepulang kerja sampingan, ane
mencari jus buah untuk melepas dahaga yang mendera (alay dikit). Tetapi
karena penjual jus langganan tutup, ane akhirnya pulang. Di perjalanan
terlihat bapak-bapak menjaga gerobak es bubur kacang hijau di samping
jalan. Wah lumayan untuk obat haus pikirku. Akhirnya ane mampir ke bapak
tersebut. Ane perhatikana ada yang berbeda dengan bapak penjual bubur ini. Ane langsung kagum di pandangan pertama. Yang membuat ane kagum dengan si Bapak penjual bubur kacang
hijau ini adalah beliau begitu ramah dengan pelanggan. Senyumnya selalu
merekah kepada setiap pelanggan yang datang membeli. Dan yang membuat
ane kagum untuk kesekian kalinya, bapak ini tak lupa mendoakan
pelanggannya ketika hendak pergi setelah menerima bungkusan es bubur
kacang hijaunya. “Semoga lelah dan capeknya hilang semua ya mas!”. So sweet
sekali bapak ini. Bagaimana gak bahagia pelanggannya kalau didoakan
begini. Kedua kalinya ane kesana, keramahan itu lagi-lagi sukses menawan
hati ane. Hanya pada pengalaman kedua ini adalagi yang membuat
kekaguman ane bertambah. Beliau ternyata tidak meninggalkan shalat
seklipun sedang berdagang. Noh, keren gak tuh? “Mas, ini tadi mau tak
tinggal shalat, Masnya datang tepat waktu” Masya Allah… Ini nih pedagang sejati. Gak lupa agama walau lagi sibuk mencari nafkah.
Masih
di hari yang sama, ba’da menunaikan shalat maghrib usai mengajar di TPQ
(Taman Pendidiakn al Qur’an). Ane mau pulang. Di serambi masjid ane
lihat ada gerobak. Seperti gerobak jajanan anak-anak. Seorang lelaki
paruh baya keluar dari masjid datang menghampirinya. Kemudian
mendorongnya keluar dari masjid. Yang ane perhatikan bukan gerobaknya,
tapi mas-mas yang sedang mendorong gerobak tersebut. Ane perhatikan, subhanallah…
baliau berdizikir. Mulutnya tak henti berkomat-kamit di setiap langkah
ia beranjak menjemput rizki di tempat yang ingin beliau tuju, entah
dimana itu. Luar biasa sekali.
Hal ini kemudia menjadi bahan
pembelajaran kepada ane pribadi. Seringkali ketika kita bekerja, kita
lupa akan adanya Allah. Sehingga kita mementingkan pekerjaan selesai
tepat waktu dengan hasil yang memuaskan ketimbang shalat tepat waktu
dengan khusyu’. Mementingkan dandanan modis dan rapi ketimbang
bertilawah dan berdzikir terlebih dahulu sebelum bertemu atasan atau
pelanggan. Bahkan mementingkan kepentingan gaji dan upah dan mengabaikan
hak-hak orang lain. Naudzubillah…
Dunia adalah satu dari
sekian banyak hal yang seringkali membelenggu kita dalam lingkaran
kesibukan yang membuat kita hanya berorientasi pada dunia. Sedangkan
Agama yang menjadi oase, mata air serta pelita yang menyegarkan,
menyelamatkan dan menerangi kita dari kehausan dan kebutaan akan dunia
yang melahirkan keinginan dan hasrat yang tidak pernah tertuntaskan,
seringkali dinomorduakan. Akhirnya ya, korupsi walau jabatan sudah
sangat bergengsi, mencuri walau sudah dimanjakan gaji, timbul
kerja-kerja yang tidak berkualitas yang hanya menghamburkan uang
anggaran, pelayanan yang jauh dari kata memuaskan, sehingga ada istilah,
“Gaji serius, kerja main-main”. Tataran yang lebih rendah, ada
pedagang-pedagang curang, rela dagang dengan mengorbankan waktu ibadah,
seolah-olah agama hanya menghambat aktivitas untuk mencari rizki.
Bukankah yang memberi rizki adalah Allah, bukan pekerjaan kita. Bekerja
hanya perantara kita untuk menjemput rizki-Nya, tapi kalau yang punya
rizki gak ridha, sebaik apapun perantara kita, mau apa? Ibarat kita mau
nego harga tanah, kita sewa negosiator handal yang berkompeten, kalau
yang empunya tanah ga ridha ngelepas tanahnya, mau apa? Tanah gak dapet,
gigit jari yang iya, keluar uang lagi buat nyewa negosiator, nah.. tuh
bagaimana ceritanya kalau udah begitu?
Dari dua sosok luar biasa
tadi semoga kita dapat mengambil pelajaran, bahwa yang membuat kita
bahagia bukanlah uang dari kerja-kerja kita. Kebahagiaan itu datangnya
dari Allah. Maka salah kalau kita cari uang tapi melupakan Allah, karena
uang hanya secuil dibandingkan kebahagiaan dan nikmat yang Allah
curahkan untuk kita. Ketika kita bisa selalu bersyukur, saat itulah kita
bisa bekerja sepenuh hati dengan Allah bersama kita, membersamai
ikhtiyar kita mencari rizki.
“Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah
di segala penjurunya dan makanlah sebagian rizki-Nya. Dan hanya
kepada-Nya lah kamu kembali setelah dibangkitkan” (QS. Al Mulk : 15)
0 comments:
Post a Comment
Mari kita budayakan berkomentar yang baik dan santun ya sobat.