SATUAN ACARA PENYULUHAN
PENDIDIKAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT ........ RUANG ......... UNTUK MENINGKATKAN PENGETAHUAN TENTANG EXERCISE PADA PASIEN DIABETES MELITUS (DM)
Sasaran : Pasien Ruang ...... Rumah Sakit .......
Hari/Tanggal : Rabu, 17 Desember 2014
Tempat : Ruang . Rumah .......
Waktu : Pukul 10.30 - 11.00 WIB (30 menit)
Pelaksana : Mahasiswa Keperawatan Universitas .....
- Tujuan
- Tujuan Instruksional Umum
Setelah
mendapat penyuluhan selama 30 menit, pasien DM (Diabetes Melitus) Ruang
... Rumah Sakit ..... dapat menambah pengetahuan tentang exercise atau latihan fisik untuk pasien DM (Diabetes Melitus) secara mandiri
- Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mendapat penyuluhan kesehatan mengenai exercise atau latihan fisik untuk pasien DM (Diabetes Melitus), pasien Ruang Pandanwangi Rumah Sakit DR. Soetomo dapat:
- Mengetahui Definisi dari DM dan exercise atau latihan fisik untuk pasien DM (Diabetes Melitus)
- Mengetahui etiologi dan klasifikasi dari DM (Diabetes Melitus)
- Mengetahui manifestasi dan patofisiologi dari DM (Diabetes Melitus)
- Mengetahui penatalaksanaan terhadap DM (Diabetes Melitus)
- Mengetahui bentuk exercise atau latihan fisik untuk pasien DM (Diabetes Melitus)
- Mengetahui manfaat/guna exercise atau latihan fisik untuk pasien DM (Diabetes Melitus)
- Sasaran
Pasien Ruang ......... Rumah Sakit .....
- Materi
Konsep pemahaman Health Education tentang exercise atau latihan fisik untuk pasien DM (Diabetes Melitus)
- Metode
- Ceramah
- Tanya jawab
- Media
- Flip Chart / Power Point
- Leaflet
- Setting Tempat
Peserta penyuluhan duduk berhadapan dengan tim penyuluhan
- Pengorganisasian
- Pembimbing Akademik : Bapak/Ibu ..........
- Pembimbing Klinik : Bapak/Ibu ..........
- Penyaji : Ners .......
- Moderator : Ners .......
- Fasilitator : Ners .......
- Observer : Ners .......
- Peserta : Pasien Ruang ....... Rumah Sakit .......
- Job Description
No. | Nama Sie | Job Description |
1. | Penyaji |
|
2. | Moderator |
|
3. | Fasilitator |
|
4. | Observer |
|
- Pelaksanaan
No
|
Waktu
|
Kegiatan Penyuluhan
|
Kegiatan Peserta
|
1. | 3 Menit | Pembukaan:
|
|
2. | 15 Menit | Pelaksanaan:
|
memperhatikan materi
|
3. | 10 menit | Diskusi/ Tanya jawab dan evaluasi:
|
|
4 | 2 Menit | Terminasi:
|
membalas salam
|
- Evaluasi
- Kriteria struktur
- Kontrak waktu dan tempat diberikan 1 hari sebelum acara dilaksanakan
- Pembuatan SAP, leaflet, dan PPT dikerjakan maksimal 2 hari sebelumnya
- Penentuan tempat yang akan digunakan dalam penyuluhan
- Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum dan saat penyuluhan dilaksanakan
- Kriteria proses
- Peserta sangat antusias dan aktif bertanya selama materi penyuluhan berlangsung
- Peserta mendengarkan dan memperhatikan penyuluhan dari awal sampai akhir
- Pelaksanaan kegiatan sesuai SAP yang telah dibuat
- Pengorganisasian berjalan sesuai dengan job description
- Kriteria hasil
- Peserta yang datang dalam penyuluhan ini minimal 15 orang
- Peserta dapat mengikuti acara penyuluhan dari awal sampai akhir
- Acara dimulai tepat waktu tanpa kendala
- Peserta mengikuti kegiatan sesuai dengan aturan yang telah dijelaskan
- Peserta terbukti memahami materi yang telah disampaikan penyuluh dilihat dari kemampuan menjawab pertanyaan penyuluh dengan benar
MATERI PENYULUHAN
- Definisi Diabetes Melitus
Diabetes
mellitus (DM) merupakan kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
akibat tubuh mengalami gangguan dalam mengontrol kadar gula darah (Sri
Anani, 2012).
Diabetes
melitus atau yang lebih dikenal dengan penyakit gula atau kencing manis
diakibatkan oleh kekurangan hormon insulin. Hal ini disebabkan oleh
pankreas sebagai produsen insulin tidak memproduksi insulin dalam jumlah
yang cukup besar daripada yang dibutuhkan oleh tubuh, sehingga
pembakaran dan penggunaan karbohidrat tidak sempurna (Tjokroprawiro,
1986 dalam Studiawan & Santoso, 2005).
Diabetes
melitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis
termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi
karbihidrat (Price, 2005).
Diabetes
melitus adalah sindrom yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara
tuntutan dan suplai insulin. Sindrom ini ditandai dengan hiperglikemia
dan berkaitan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak dan
protein (Rumaharbo, 1999).
- Etiologi Diabetes Melitus
Etiologi
DM tipe 1 diakibatkan oleh kerusakan sel beta pankreas karena paparan
agen infeksi atau lingkungan, yaitu racun, virus (rubella kongenital,
mumps, coxsackievirus dan cytomegalovirus) dan makanan (gula, kopi,
kedelai, gandum dan susu sapi) (O'Connell, Donath, & Cameron, 2007
dalam Homenta, 2012).
Jika dirunut lebih mendalam, ada beberapa faktor yang menyebabkan diabetes mellitus, yaitu sebgai berikut:
- Genetik atau Faktor Keturunan
Penderita
diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri, tapi mewarisi
suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya
diabetes tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang
memiliki tipe antigen HLA (human leucocyte antigen) tertentu. HLA
merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen transplantasi
dan proses imun lainnya. Sembilan puluh lima persen pasien berkulit
putih (caucasian) dengan diabetes tipe I memperlihatkan tipe HLA yang
spesifik (DR3 atau DR4).
Risiko
terjadinya diabetes tipe I meningkat tiga hingga lima kali lipat pada
individu yang memiliki salah satu dari kedua tipe HLA ini. Risiko
tersebut meningkat sampai 10 hingga 20 kali lipat pada individu yang
memiliki tipe HLA DR3 maupun DR4 (jika dibandingkan dengan populasi
umum).
- Virus dan Bakteri
Virus yang diduga menyebabkan diabetes mellitus adalah rubela, mumps, dan human coxsackievirus B4.
Hasil penelitian menyebutkan bahwa virus dapat menyebabkan diabetes
mellitus melalui mekanisme infeksi sitolitik pada sel beta yang
mengakibatkan destruksi atau perusakan sel. Selain itu, melalui reaksi
otoimunitas yang menyebabkan hilangnya otoimun pada sel beta.
- Bahan toksik atau beracun
Ada
beberapa bahan toksik yang mampu merusak sel beta secara langsung,
yakni alloxan, pyrinuron (rodentisida), dan streptozotocin (produksi
jenis jamur). Bahan toksik lain berasal dari cassava atau singkong.
Singkong merupakan tanaman yang banyak tumbuh didaerah tropik, merupakan
sumber kalori utama penduduk kawasan tertentu. Singkong mengandung
glikosida sianogenik yang dapat melepaskan sianida sehingga memberi efek
toksik terhadap jaringan tubuh.
- Nutrisi
Diabetes
mellitus dikenal sebagai penyakit yang berhubungan dengan nutrisi, baik
sebagai faktor penyebab maupun pengobatan. Nutrisi yang berlebihan (overnutrition)
merupakan faktor resiko pertama yang diketahui menyebabkan diabetes
mellitus. Semakin lama dan berat obesitas akibat nutrisi yang
berlebihan, semakin besar kemungkinan terjangitnya diabetes mellitus.
- Autoimun
Disebabkan
kesalahan reaksi autoimunitas yang menghancurkan sel beta pankreas.
Respon ini merupakan proses abnormal dimana antibodi terarah pada
jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut
yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Autoantibodi
terhadap sel-sel pulau langerhans dan insulin endogen (internal)
terdeteksi pada saat diagnosis dan bahkan beberapa tahun sebelum
timbulnya tanda-tanda klinis diabetes tipe I yang baru terdiagnosis atau
pada pasien pradiabetes (pasien dengan antibodi yang terdeteksi tetapi
tidak memperlihatkan gejala klinis diabetes). Reaksi autoimunitas
tersebut dapat dipicu pula oleh adanya infeksi pada tubuh. Ditemukan
beberapa petanda imun (immune markers) yang menunjukkan pengrusakan sel beta pankreas untuk mendeteksi kerusakan sel beta, seperti "islet cell autoantibodies (ICAs), autoantibodies to insulin (IAAs), autoantibodies to glutamic acid decarboxylase (GAD). )", dan antibodies to tyrosine phosphatase IA-2 and IA-2.
- Faktor lingkungan
Penyelidikan
juga sedang dilakukan terhadap kemungkinan faktor-faktor eksternal yang
dapat memicu destruksi sel beta. Sebagai contoh hasil penyelidikan yang
menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun
yang menimbulkan detruksi sel beta.
Interaksi
antara faktor-faktor genetik, imunologi dan lingkungan dalam etiologi
diabetes tipe I merupakan pokok perhatian riset yang terus berlanjut.
Meskipun kejadian yang menimbulkan destruksi sel beta tidak dimengerti
sepenuhnya, namun pernyataan bahwa kerentanan genetik merupakan faktor
dasar yang melandasi proses terjadinya diabetes tipe I merupakan hal
secara umum dapat diterima
- Idiopatik
Sebagian kecil diabetes melitus tipe 1 penyebabnya tidak jelas (idiopatik).
Penyebab-penyebab
tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya Diabetes melitus
tipe 2 menurut Guyton & Hall (2002), yaitu :
- Usia
Insiden
terjadinya DM tipe 2 biasanya muncul pada penderita yang di atas 40
tahun (Kimble et. al., 2009). Hal itu bisa terjadi karena seiring
bertambahnya usia dapat terjadi penurunan fungsi organ tubuh, termasuk
pengangkutan glukosa ke jaringan. Reseptor ini akan menjadi tidak peka
terhadap adanya glukosa dalam darah sehingga yang terjadi adalah
peningkatan kadar glukosa dalam darah. (RG et. al., 2000)
- Obesitas
Obesitas
mengakibatkan sel-sel beta pankreas mengalami hipertropi yang akan
berpengaruh pada penurunan hormon insulin. Jika nilai Body Mass Index (BMI) ≥ 25 kg/m2 yang masuk kategori overweight-obesitas
maka akan meningkatan risiko berkembangnya resistensi insulin dan DM
Tipe 2. Pada orang dengan berat badan berlebih jaringan adiposa akan
melepaskan sejumlah asam lemak non-esterifikasi, gliserol, hormon,
sitokin pro inflamasi, dan faktor lain yang mendukung perkembangan
resistensi insulin. Ketika resistensi insulin disertai dengan disfungsi
sel beta, maka akan terjadi penurunan sekresi insulin sehingga
menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah (Kahn et.al., 2006).
Obesitas ditemukan di kira-kira 85% dari penderita yang didiagnosis
menderita Diabetes melitus tipe 2 ( Black & Hwaks, 2009).
- Riwayat Keluarga
Riwayat
keluarga juga termasuk faktor predisposisi pada Diabates melitus tipe
2, dimana hal ini dihubungkan dengan peran utama sifat herediter (Black
& Hwaks, 2009). Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga
yang mengidap diabetes. Ini terjadi karena DNA pada orang diabetes
melitus akan ikut diinformasikan pada gen berikutnya terkait dengan
penurunan produksi insulin.
- Gejala Klinis Diabetes Melitus
Gejala
klasik penyakit diabetes mellitus dikenal dengan istilah trio-P, yaitu
meliputi Poliuria (banyak kencing), Polidipsi (banyak minum), dan
Polipagia (banyak makan) (Dr. Endang, 2011).
- Poliuria (banyak kencing) merupakan gejala umum pada penderita diabetes mellitus. Banyaknya kencing ini disebabkan kadar gula dalam darah berlebihan sehingga merangsang tubuh untuk berusaha mengeluarkannya melalui ginjal bersama air dan kencing. Gejala banyak kencing ini terutama menonjol pada waktu malam hari, yaitu saat kadar gula dalam darah relative tinggi.
- Polidipsia (banyak minum), sebenarnya merupakan akibat (reaksi tubuh) dari banyak kencing tersebut. Untuk menghindari tubuh kekurangan cairan (dehidrasi), maka secara otomatis akan timbul rasa haus yang menyebabkan timbulnya keinginan untuk terus minum selama kadar gula dalam darah belum terkontrol baik. Sehingga akan terjadi banyak kencing dan banyak minum.
- Polipagia (banyak makan), merupakan gejala yang tidak menonjol. Terjadinya banyak makan ini disebabkan oleh berkurangnya cadangan gula dalam tubuh meskipun kadar gula dalam darah tinggi. Sehingga dengan demikian tubuh berusaha memperoleh tambahan cadangan gula dari makanan yang diterima.
Gejala-gejala lain yang biasanya tampak pada penderita diabetes mellitus adalah sebagai berikut :
- Timbulnya rasa letih yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
- Timbulnya rasa gatal dan peradangan kulit yang menahun.
- Terjadinya penurunan berat badan.
- Timbulnya rasa kesemutan (mati rasa) atau sakit pada tangan atau kaki.
- Timbulnya borok (luka) pada kaki yang tak kunjung sembuh.
- Hilangnya kesadaran diri.
Dipertegas
oleh sumber lainnya, Soegondo dkk mengemukakan bahwa gejala klasik
diabetes adalah rasa haus yang berlebihan sehingga sering kencing
terutama pada malam hari. Penderita juga akan banyak makan dan berat
badan turun dengan cepat. Di samping itu terkadang ada keluhan lemah,
kesemutan pada jari tangan dan kaki, cepat lapar, gatal-gatal,
penglihatan menjadi kabur, gairah seks menurun, luka sukar sembuh dan
pada ibu-ibu sering melahirkan bayi di atas 4 kg. Kadang-kadang ada
pasien yang sama sekali tidak merasakan adanya keluhan, mereka
mengetahui adanya diabetes karena pada saat periksa kesehatan ditemukan
kadar glukosanya darahnya tinggi.
- Prinsip Olahraga Bagi Diabetes Melitus
Prinsip
olahraga pada penderita diabetes sama saja dengan prinsip olahraga
secara umum, yaitu memenuhi hal berikut ini yaitu: frekuensi,
intensitas, time (durasi) dan tipe (jenis).
Pada
diabetes, olahraga yang dipilih sebaiknya olahraga yang disenangi, dan
yang mungkin untuk dilakukan oleh penderita diabetes. Olahraga yang
dilakukan hendaknya melibatkan otot-otot besar dan sesuai dengan
keinginan agar manfaat olahraga dapat dirasakan secara terus menerus.
Olahraga sebaiknya dilakukan secara teratur dan dilakukan pada saat yang
dirasa menyenangkan. Pada diabetes melitus tipe 1, olahraga lebih baik
dilakukan pada pagi hari, dan hindari berolahraga pada malam hari.
Secara ringkas olahraga pada penderita diabetes perlu diperhatikan FITT
yaitu :
Frekuensi : jumlah olahraga per minggu. Sebaiknya dilakukan secara teratur 3-5 kali per minggu.
Intensitas : ringan dan sedang yaitu 60-70 % dari MHR (Maximum Heart Rate)
Time (Durasi) : 30-60 menit
Tipe (Jenis) : olahraga endurans (aerobik) untuk meningkatkan kemampuan kardiorespirasi seperti jalan, jogging, berenang dan bersepeda.
Hal yang perlu diperhatikan setiap kali melakukan olahraga adalah tahap-tahap berikut ini :
- Pemanasan (warm up)
Kegiatan
ini dilakukan sebelum melakukan latihan inti dengan tujuan untuk
mempersiapkan berbagai sistem sebelum memasuki latihan yang sebenarnya,
seperti menaikkan suhu tubuh, meningkatkan denyut nadi secara bertahap,
tidak meningkat secara mendadak. Selain itu pemanasan perlu untuk
mengurangi kemungkinan terjadinya cedera akibat berolahraga. Lama
pemanasan cukup 5- 10 menit.
- Latihan Inti (conditioning)
Pada
tahap ini diharapkan denyut nadi mencapai THR agar latihan benar-benar
bermanfaat. Bila THR tidak tercapai maka latihan tidak akan bermanfaat,
bila melebihi THR maka dapat menimbulkan risiko yang tidak diinginkan.
- Pendinginan (cooling down)
Sebaiknya
setelah selesai melakukan olahraga dilakukan pendinginan untuk mencegah
terjadinya penimbunan asam laktat yang dapat menimbulkan rasa nyeri
pada otot sesudah berolahraga atau pusing-pusing karena darah masih
terkumpul pada otot yang aktif. Bila olahraga yang dilakukan adalah
jogging maka pendinginan sebaiknya tetap jalan selama beberapa menit.
Bila bersepada, tetap mengayuh sepeda tanpa beban. Lama pendinginan
sebaiknya 5 – 10 menit, hingga denyut nadi menndekati denyut nadi
istirahat.
- Peregangan (Stretching)
Hal
ini dilakukan untuk melemaskan dan melenturkan otot-otot yang masih
teregang dan lebih elastis. Komponen ini penting bagi diabetisi usia
lanjut.
Bagi
deabatisi yang sebelumnya tidak pernah atau jarang berolahraga sebaiknya
mulai secara bertahap, perlahan dan setelah merasa tidak berat bisa
ditingkatkan baik intensitas maupun durasinya. Misalnya mulai dengan
jalan 5 menit lalu 1 – 2 minggu kemudian tambahkan lagi 5 menit demikian
selanjutnya sampai dengan yang dianjurkan 30 – 60 menit, 3 – 5 kali per
minggu. Bahkan dapat dilakukan 10 menit dibagi 2 – 3 kali sehari atau
15 menit, 2 kali sehari.
Pada
saat diabetisi akan mengikuti suatu kegiatan olahraga sebaiknya
dilakukan pemeriksaan kesehatan (medis) dan faal (kebugaran) terlebih
dahulu untuk menentukan tingkat kebugaran serta kondisi metabolik dari
diabetisi. Hal ini merupakan hal yang paling penting diketahui sebelum
diketahui sebelum dokter atau edukator membuat suatu program latihan
bagi diabetisi.
Dengan
demikian saat merencanakan program latihan atau olahraga bagi penderita
diabetes, ada beberapa hal yang penting untuk diperhatikan, yaitu:
- Ketahui kontraindikasi dan keterbatasan diabetisi
- Harus realistik sebab diabetisi akan melakukan olahraga secara teratur apabila diabetisi merasakan manfaat dan menyenanginya.
- Peningkatan intensitas dan durasi dilakukan secara secara bertahap.
- Ingatkan risiko terjadinya hipoglikemi
- Ingatkan bahwa olahraga atau beraktifitas fisik apa saja lebih baik daripada tidak melakukan sama sekali.
Mardi
Santoso (2008: XVI) menyatakan bahwa olahraga yang dianjurkan untuk
penderita DM adalah aerobic low impact dan rithmis, misalnya berenang,
jogging, naik sepeda, dan senam disco, sedangkan latihan resisten statis
tidak dianjurkan (misalnya olahraga beban angkat besi dan lain-lain.
Tujuan latihan adalah untuk meningkatkan kesegaran jasmani atau nilai
aerobik optimal.
Adapun petunjuk olahraga menurut Mardi Santoso (2008: XVI-XXII) adalah sebagai berikut:
- Program latihan
Program
latihan yang dianjurkan bagi penderita DM untuk meningkatkan kesegaran
jasmani adalah CRIPE, karena program ini dianggap memenuhi kebutuhan.
CRIPE adalah kepanjangan dari:
- Continuous, artinya latihan jasmani terus menerus tidak berhenti dapat menurunkan intensitas, kemudian aktif lagi dan seterusnya intensitas dikurangi lagi. Aktif lagi dan seterusnya, melakukan aktivitas latihan terus-menerus selama 50-60 menit.
- Rhytmical, artinya latihan harus dilakukan berirama, melakukan latihan otot kontraksi dan relaksasi. Jadi gerakan berirama tersebut diatur dan terus menerus.
- Interval, artinya latihan dilaksanakan terselang-seling, kadang-kadang cepat, kadang-kadang lambat tetapi kontinyu selama periode latihan.
- Progresif, artinya latihan harus dilakukan peningkatan secara bertahap dan beban latihan juga ditingkatkan secara perlahan-lahan.
- Endurance, artinya latihan untuk meningkatkan kesegaran dan ketahanan sistem kardiovaskuler dan kebutuhan tubuh penderita DM.
- Porsi Latihan
Porsi
latihan harus ditentukan supaya maksud dan tujuan latihan oleh
merugikan kesehatan, sedangkan latihan yang terlalu sedikit tidak begitu
bermanfaat. Penentuan porsi latihan harus memperhatikan intensitas
latihan, lama latihan, dan frekuensi latihan
- Intensitas latihan
Untuk
mencapai kesegaran kardiovaskuler yang optimal, maka idealnya latihan
berada pada VO2 max, berkisar antara 50 - 85 % ternyata tidak
memperburuk komplikasi DM dan tidak menaikkan tekanan darah sampai 180
mmHg. Intensitas latihan dapat dinilai dengan:
- Target nadi/area latihan.
Penderita
dapat menghitung denyut nadi maksimal yang harus dicapai selama
latihan. Meskipun perhitungan ini agak kasar tapi dapat digunakan rumus
denyut nadi maksimal = 220 – umur penderita. Denyut nadi yang harus
dicapai antara 60 - 79 % adalah target nadi/zone latihan yang
diperbolehkan. Bila lebih dari 79 %, maka dapat membahayakan kesehatan
penderita, apabila nadi tidak mencapai target atau kurang dari 60 %
kurang bermanfaat. Area latihan adalah interval nadi yang ditargetkan
dicapai selama latihan/segera setelah latihan maksimum, yaitu antara 60
sampai 79 % dari denyut nadi maksimal. Sebagai contoh penderita DM tidak
tergantung insulin umur 40 tahun, interval nadi yang diperbolehkan
adalah 60 % kali (220 – 40) dan 79 % kali (220 - 40) dan hasilnya
interval nadi antara 108 sampai dengan 142 permenit. Jadi area latihan
antara 108 – 142 denyut nadi permenit.
- Kadar gula darah
Sesudah latihan jasmani kadar gula darah 140 – 180 mg% pada usia lanjut dianggap cukup baik, sedang usia muda sampai 140 mg%.
- Tekanan darah sebelum dan sesudah latihan
Sebelum latihan tekanan tidak melebihi 140 mmHg dan setelah latihan maksimal tidak lebih dari 180 mmHg.
- Lama latihan
Untuk
mencapai efek metabolik, maka latihan inti berkisar antara 30-40 menit
dengan pemanasan dan pendinginan masing-masing 5 - 10 menit. Bila
kurang, maka efek metabolik sangat rendah, sebaliknya bila berlebihan
menimbulkan efek buruk terhadap sistem muskuloskeletal dan
kardiovaskuler serta sistem respirasi.
- Frekuensi
Frekuensi
olahraga berkaitan erat dengan intensitas dan lamanya berolahraga,
Menurut hasil penelitian, ternyata yang paling baik adalah 5 kali
seminggu. Tiga kali seminngu sudah cukup baik, dengan catatan lama
latihan harus diperpanjang 5 sampai 10 menit lagi. Jangan sampai 7 kali
seminggu, karena tidak ada hari untuk istirahat, lagipula kurang baik
untuk metabolisme tubuh (Arcole Margatan, 1995: 103).
- Latihan Kaki
Untuk
mencegah atau menghambat dan memperbaiki neuropati perifer pada umumnya
dan pada orang tua yang sudah menderita osteoartrosis dan neuropati,
maka latihan kaki harus lebih intensif. Tujuan latihan kaki adalah untuk
memperbaiki sirkulasi darah tungkai bawah pergelangan kaki, telapak
kaki dan jari-jari. Latihan kaki sebaiknya dilakukan sebelum latihan
jasmani sebenarnya (jalan, jogging dan sebagainya) atau diluar hari-hari
latihan dan dapat dilakukan dimana saja.
Hal-hal yang harus diperhatikan sebelum latihan menurut (Arcole Margatan, 1995: 100) adalah sebagai berikut:
- Berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter yang menangani DM anda.
- Sesuaikan obat-obat yang anda pakai dengan latihan-latihan olahraganya.
- Kalau perlu, masukkan karbohidrat bisa ditambah.
- Bila anda berlatih dengan seorang instruktur, katakan kepada pelatih anda itu bahwa anda adalah seorang penderita DM.
- Bawalah serta coklat yang dapat segera digunakan, seandainya terjadi hipoglikemi untuk menanggulanginya.
- Sebaiknya berlatih bersama teman yang sewaktu-waktu bisa menolong anda apabila terjadi hal-hal yang tak terduga.
Beberapa Catatan dalam berolahraga untuk penderita DM:
- Memakai pakaian olahraga, kaos kaki yang nyaman dan biasanya dari katun cukup baik.
- Hindarkan latihan di udara terlalu panas atau terlalu dingin.
- Pada keadaan gula sangat tinggi sebaiknya latihan dihindarkan.
- Minum harus cukup pada saat dan sesudah olahraga.
- Kaki harus diperhatikan setiap selesai latihan, observasi kemungkinan terjadinya luka atau lecet.
- Penderita yang mendapat terapi insulin dan obat penurun gula darah (OHO) sebaiknya pasien diperiksa gula darah sebelum, selama, dan sesudah latihan, terutama pasien DM tipe I dan DM tipe II yang mendapat insulin.
Di bawah ini adalah beberapa contoh gerakan yang dapat dilakukan ketika melakukan olahraga bagi penderita diabetes :
- Manfaat Olahraga bagi Penderita Diabetes Mellitus
Mardi
Santoso (2008: XII-XIII) menyatakan bahwa olahraga secara umum
bermanfaat bagi penderita DM, manfaat tersebut adalah sebagai berikut:
- Mengontrol gula darah, terutama pada DM tipe II, sedangkan bagi DM tipe I masih merupakan problematik.
- Menghambat dan memperbaiki faktor resiko penyakit kardiovaskuler yang banyak terjadi pada penderita DM.
- Menurunkan berat badan.
- Memperbaiki gejala-gejala muskuloskeletal otot, tulang sendi, yaitu gejala-gejala neuropati perifer dan osteoartrosis.
- Memberikan keuntungan psikologis.
- Mencegah terjadinya DM yang dini, terutama bagi orang-orang dengan riwayat keluarga DM tipe II dan diabetes kehamilan atau predicable test.
- Mengurangi kebutuhan pemakaian obat oral dan insulin.
DAFTAR PUSTAKA
ADA.
2009. Standar of Medical Care in Diabetes 2010. Journal of Diabetes
Care, Vol. 33, Suplement 1, Januari 2010, 11-61 diperoleh dari http://care.diabetesjournal.org/, pada tanggal 13 Maret 2014.
Anani, S., Ari Udoyono, & Praba Ginanjar. 2012. Hubungan antara Perliaku Pengendalian Diabetes dan Kadar Glukosa Darah Pasien Rawat Jalan Diabetes Melitus. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 466–478. Diakses dari Website: www.ejournals1.undip.ac.id
DiPiro et. al. 2008. Etiologi dan Klasifikasi Diabetes Mellitus. Diakses pada tanggal 12 Maret 2014 dari website : www.academia.edu.
Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan : definisi dan klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC.
Homenta, Heriyannis. 2012. Diabetes Melitus Tipe 1. Karya Tulis Biokimia Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.
Price, Sylvia A. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi Keenam Volume 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Soegondo,dkk. 2009. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
DAFTAR HADIR PESERTA
PENDIDIKAN KESEHATAN DI RUANG ..... RS ...... A UNTUK MENINGKATKAN PENGETAHUAN TENTANG EXERCISE PADA PASIEN DIABETES MELITUS
No.
|
NAMA
|
ALAMAT
|
TTD
|
1.
|
1.
| ||
2.
|
2.
| ||
3.
|
3.
| ||
4.
|
4.
| ||
5.
|
5.
| ||
6.
|
6.
| ||
7.
|
7.
| ||
8.
|
8.
| ||
9.
|
9.
| ||
10.
|
10.
| ||
11.
|
11.
| ||
12.
|
12.
| ||
13.
|
13.
| ||
14.
|
14.
| ||
15.
|
15.
| ||
16.
|
16.
| ||
17
|
17.
| ||
18.
|
18.
| ||
19.
|
19.
| ||
20.
|
20.
| ||
21.
|
21.
| ||
22.
|
22.
| ||
23.
|
23.
| ||
24.
|
24.
| ||
25.
|
25.
|
DAFTAR PERTANYAAN PESERTA
PENDIDIKAN KESEHATAN DI RUANG ....... RS ........ UNTUK MENINGKATKAN PENGETAHUAN TENTANG EXERCISE PADA PASIEN DIABETES MELITUS
No.
|
NAMA
|
PERTANYAAN
|
JAWABAN
|
0 comments:
Post a Comment
Mari kita budayakan berkomentar yang baik dan santun ya sobat.