BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Campak

2.2 Klasifikasi Campak
Penyakit campak terdiri dari 3 stadium,yaitu:
- StadiumKataral(prodormal)
Biasanya
stadium iniberlangsung selama4-5 haridengan gejalademam, malaise,
batuk, fotofobia, konjungtivitis dan koriza.Menjelangakhirstadium
kataral dan 24 jam sebelum timbul eksantema, timbul bercak Koplik.
Bercak Koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum timbul pertama
kali pada mukosa bukal yang menghadap gigi molar dan menjelang
kira-kira hari ke 3 atau 4 dari masa prodormal dapat meluas sampai
seluruh mukosa mulut.Secara klinis, gambaran penyakit menyerupai
influenza dan sering didiagnosis sebagai influenza.
- Stadium Erupsi
Stadium
ini berlangsung selama 4-7 hari.Gejala yang biasanya terjadi adalah
koriza dan batuk-batuk bertambah.Timbul eksantema dipalatum durum dan
palatum mole.Kadang terlihat pula bercak Koplik.Terjadinya ruam atau
eritema yang berbentuk makula-papula disertai naiknya suhu
badan.Mula-mula eritema timbul dibelakang telinga, dibagian atas
tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah. Kadang-kadang
terdapat perdarahan ringan pada kulit.Rasa gatal, muka bengkak.Ruam
kemudian akanmenyebar kedada dan abdomen dan akhirnya mencapai anggota
bagian bawah pada hari ketiga dan akan menghilang denganurutan seperti
terjadinya yang berakhir dalam 2-3hari.
- Stadium konvalesensi
Erupsi
berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua (hiperpigmentasi)
yang lama-kelamaan akanmenghilang sendiri. Selain hiperpigmentasi pada
anak Indonesia sering ditemukan pula kulit yang bersisik.Selanjutnya
suhu menurun sampai menjadi normal kecuali bila ada komplikasi.
2.3 Etiologi Campak
Penyebab campak adalah measles virus (MV), genus virus morbili, familiparamyxoviridae.
Virus ini menjadi tidak aktif bila terkena panas, sinar, pH asam,
ether, dan trypsin dan hanya bertahan kurang dari 2 jam di udara
terbuka. Virus campak ditularkan lewat droplet, menempel dan berbiak
pada epitel nasofaring. Virus ini masuk melalui saluran pernafasan
terutama bagian atas, juga kemungkinan melalui kelenjar air mata. Dua
sampai tiga hari setelah invasi, replikasi dan kolonisasi berlanjut pada
kelenjar limfe regional dan terjadi viremia yang pertama. Virus
menyebar pada semua sistem retikuloendotelial dan menyusul viremia kedua
setelah 5-7 hari dari infeksi awal. Adanya giant cells dan proses
keradangan merupakan dasar patologik ruam dan infiltrat peribronchial
paru. Juga terdapat udema, bendungan dan perdarahan yang tersebar pada
otak. Kolonisasi dan penyebaran pada epitel dan kulit menyebabkan batuk,
pilek, mata merah (3 C : coryza, cough and conjuctivitis) dan
demam yang makin lama makin tinggi. Gejala panas, batuk, pilek makin
lama makin berat dan pada hari ke 10 sejak awal infeksi (pada hari
penderita kontak dengan sumber infeksi) mulai timbul ruam makulopapuler
warna kemerahan. Virus dapat berbiak juga pada susunan saraf pusat dan
menimbulkan gejala klinik encefalitis. Setelah masa konvelesen pada
turun dan hipervaskularisasi mereda dan menyebabkan ruam menjadi makin
gelap, berubah menjadi desquamasi dan hiperpigmentasi. Proses ini
disebabkan karena pada awalnya terdapat perdarahan perivaskuler dan
infiltrasi limfosit.
2.4 Manifestasi Klinis Campak
1. Inkubasi
Biasanya tanpa gejala dan berlangsung 10-12 hari.
2. Prodromal
Biasanya berlangsung 2-5 hari. Gejala yang utama muncul adalah demam, yang terus meningkat hingga mencapai puncaknya suhu 39,40– 40,60C
pada hari ke- 4 atau 5, yaitu pada saat ruam muncul. Gejala lain yang
juga bisa muncul batuk, pilek, farings merah, nyeri menelan, stomatitis,
dan konjungtivitis.
Bercak
koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dikelilingi eritema
hampir selalu didapatkan pada akhir stadium prodromal. Bercak Koplik ini
muncul pada 1-2 hari sebelum muncul rash (hari ke-3 – 4) dan menghilang
setelah 1-2 hari munculnya rash. Cenderung terjadi berhadapan dengan
molar bawah, terutama molar 3, tetapi dapat menyebar secara tidak
teratur pada mukosa bukal yang lain.
- Erupsi (Rash)
Terjadinya
eritema berbentuk makula-papula disertai menaiknya suhu badan. Ruam ini
muncul pertama pada daerah batas rambut dan dahi, serta belakang
telinga kemudian menyebar dengan cepat pada seluruh muka, leher, lengan
atas dan bagian atas dada pada sekitar 24 jam pertama. Selama 24 jam
berikutnya ruam menyebar ke seluruh punggung, abdomen, seluruh lengan,
dan paha. Ruam umumnya saling rengkuh sehingga pada muka dan dada
menjadi confluent. Bertahan selama 5-6 hari. Suhu naik mendadak
ketika ruam muncul dan sering mencapai 40-40,5 °C. Penderita saat ini
mungkin tampak sangat sakit, tetapi dalam 24 jam sesudah suhu turun
mereka pada dasarnya tampak baik. Selain itu, batuk dan diare menjadi
bertambah parah sehingga anak bisa mengalami sesak nafas atau dehidrasi.
Tidak jarang pula disertai muntah dan anoreksia. Otitis media,
bronkopneumonia, dan gejala-gejala saluran cerna, seperti diare dan
muntah, lebih sering pada bayi dan anak kecil. Kadang-kadang terdapat
perdarahan ringan pada kulit. Terjadi pembesaran kelenjar getah bening
di sudut mandibula dan di daerah leher belakang. Dapat pula terjadi
sedikit splenomegali.
Ketika
ruam mencapai kaki pada hari ke 2-3, ruam ini mulai menghilang dari
muka.Hilangnya ruam menuju ke bawah pada urutan yang sama dengan ketika
ruam muncul.Ruamkulit menjadi kehitaman dan mengelupas (hiperpigmentasi)
yang akan menghilang setelah 1-2 minggu. Hiperpigmentasi merupakan
gejala yang patognomonik untuk morbili.
2.5 Patofisiologi Campak
Campak
merupakan infeksi virus yang sangat menular, dengan sedikit virus yang
infeksius sudah dapat menimbulkan infeksi pada seseorang.Lokasi utama
infeksi virus campak adalah epitel saluran nafas nasofaring.
Campak
disebabkan oleh paramiksovirus dan biasa dijumpai pada anak serta
menular melalui percikan liur (droplet) yang terhirup.Masa inkubasi
asimtomatiknya adalah 7-12 hari sebelum penyakit muncul. Ditandai dengan
gejala awal (masa prodormal) yang diikuti oleh ruam .Penyakit Campak
mempunyai masa inkubasi 10-14 hari.Mula-mula hanya seperti flu biasa
(selama 24 jam) hingga kemudian demam tinggi, menggigil, malaise, sakit
kepala, fotopobia, batuk-batuk, yang berlangsung 4-7 hari.Timbul lesi,
dimulai di palatum molle (langit-langit lunak), lalu bintik-bintik
Koplik (bintik-bintik putih dikelilingi halo terang di daerah mukosa
pipi) dan akhirnya timbul erupsi (macula) diwajah, ekstremitas atas dan
badan.
Virus
campak ditularkan lewat infeksi droplet lewat udara, menempel dan
berkembang biak pada epitel nasofaring. Tiga hari setelah invasi,
replikasi dan kolonisasi berlanjut pada kelenjar limfe regional dan
terjadi viremia yang pertama.Virus menyebar pada semua sistem
retikuloendotelial dan menyusul viremia kedua setelah 5-7 hari dari
infeksi awal. Adanya giant cells dan proses keradangan merupakan dasar
patologik ruam dan infiltrat peribronchial paru. Juga terdapat udema,
bendungan dan perdarahan yang tersebar pada otak. Kolonisasi dan
penyebaran pada epitel dan kulit menyebabkan batuk, pilek, mata merah
(3C : coryza, cough and conjuctivitis) dan demam yang makin lama makin
tinggi. Gejala panas, batuk, pilek makin lama makin berat dan pada hari
ke 10 sejak awal infeksi (pada hari penderita kontak dengan sumber
infeksi) mulai timbul ruam makulopapuler warna kemerahan.Virus dapat
berbiak juga pada susunan saraf pusat dan menimbulkan gejala klinik
encefalitis. Setelah masa konvelesen pada turun dan hipervaskularisasi
mereda dan menyebabkan ruam menjadi makin gelap, berubah menjadi
desquamasi dan hiperpigmentasi. Proses ini disebabkan karena pada
awalnya terdapat perdarahan perivaskuler dan infiltrasi limfosit.
Virus
masuk ke dalam tubuh melalui system pernafasan, dimana mereka membelah
diri secara setempat; kemudian infeksi menyebar ke jaringan limfoid
regional, dimana terjadi pembelahan diri selanjutnya.Bertambah banyaknya
virus didalam kelenjar limfe mengakibatkan terjadinya viremia primer,
kemudian virus menyebar ke berbagai jaringan dan organ limpoid termasuk
kulit, ginjal, saluran cerna, dan hati yang mungkin dibawa oleh makrofag
paru-paru.Pada organ-organ ini virus bereplikasi pada sel endothelial,
epielial, dan monosit/makrofag.Karena sel yang diinfeksi virus campak
mempunyai kemampuan untuk mengadakan fusi maka terbentuk sel raksasa
multinukleus. Sel ini cenderung berada di bagian perifer germinal
center, dan pada jaringan limfe submukosa serta diperkirakan merupakan
sumber utama penyebaran virus ke jaringan lain.
Setelah
terjadi amplikasi virus pada kelenjar limfe regional, maka terjadi
viremia dimana virus menyebar melalui darah dan menginfeksi organ-organ
didalam tubuh.Banyak studi telah membuktikan bahwa viremia mengikuti sel
terjadi sebelum dan pada saat timbulnya ruam, tetapi sangat jarang
dapat ditemukan adanya viremia didalam plasma, dan bila ada hanya
ditemukan sebelum munculnya antibody netralisasi.Sel pertama yang
diinfeksi didalam darah adalah monosit. Infeksi virus campak pada garis
keturunan sel makrofag dapat meningkatkan ekspresi LFA-1, merupakan
molekul penempel yang dapat mendorong masuknya sel ke dalam jaringan,
sehingga ia ikut berpartisipasi untuk menyebar virus. Sel leukosit
selain monosit dapat juga diinfeksi secara in vitro, dan mungkin juga
dapat diinfeksi secara in vivo, yang juga dapat membantu untuk
menyebarkan infeksi.Pada fase akhir viremia dapat disertasi dengan
leukopenia.
2.6 Pemeriksaan Dagnostik Campak
Menurut
Suharjo B dkk (2010), bagi dokter yang sudah berpengalaman, penyakit
campak dapat diketahui melalui tanya jawab dan pemeriksaan terhadap
tanda-tanda yang muncul pada pasien. Namun bila diperlukan kepastian
terhadap penyakit campak, maka perlu dilakukan pemeriksaan khusus, yaitu
pembiakan virus atau serologi campak.
Kemudian menurut Kathleen Meehan Arias (2009), terdapat kriteria laboratorium untuk diagnosis campak. Yaitu:
- Suatu uji serologik yang positif untuk antibody IgM camapk, atau
- suatu kenaikan yang signifikan di dalam kadar antibodi campak oleh suatu uji kadar serologik standar, atau
- isolasi virus campak dari suatu spesimen klinis.
Suatu
kasus yang dikonfirmasi oleh laboratorium tidak perlu memenuhi definisi
kasus klinis. Konfirmasi serologik harus dilakukan untuk setiap kasus
dugaan (suspected) campak dan yang sangat penting, uji
serologik harus dilakukan juga untuk setiap kasus yang tidak dapat
dihubungkan secara epidemiologik melalui sebuah rantai penularan dengan
sebuah kasus yang confirmed. Kendati demikian, pelaporan kasus suspected atau probable, investigasi kasus dan implementasi tindakan pengendalian seharusnya tidak ditunda sampai hasil laboratorium keluar.
Darah
untuk pengujian serologik seharusnya dikumpulkan selama pertemuan
klinis pertama dengan seorang yang diduga menderita campak (suspected) atau mungkin menderita campak (probable).
Serum sebaiknya diuji untuk antibodi IgM campak sesegera mungkin dengan
menggunakan sebuah uji assay yang sensitif dan spesifik (misalnya,
metode direct-capture IgM EIA). Interpretasi data serologik yang benar tergantung pada waktu pengumpulan spesimen dalam hubungannya dengan onset
ruam dan pada karakteristik uji kadar antibodi yang di gunakan. Waktu
pengumpulan ini sangat penting dalam interpretasi hasil negatif karena
antibodi IgM tidak terdeteksi dengan beberapa uji assay yang
kurang sensitif hingga paling sedikit 72 jam setelah awitan ruam. IgM
campak terdeteksi pada awitan ruam, puncaknya kira-kira 10 hari setelah
awitan ruam, dan biasanya tidak dapat terdeteksi 30-60 hari setelah
awitan ruam. Pada umumnya, jika IgM campak tidak terdeteksi di dalam
sebuah spesimen serum yang didapatkan 72 jam setelah awitan ruam dari
seseorang yang menderita sakit yang memenuhi definisi kasus klinis untuk
camapk, sebaiknya diambil spesimen lainnya paling sedikit 72 jam
setelah awitan ruam dan diuji untuk antibody IgM campak. igM campak
dapat terdeteksi paling sedikit 1 bulan setelah awitan ruam. Orang-orang
dengan sakit demam yang disertai ruam dan memiliki seronegatif untuk
capak hendaknya diuji untuk rubella.
Dengan
makin sedikitnya campak di Amerika Serikat, kemungkinan mendapatkan
hasil serologik positif palsu dari antibody IgM campak semakin
meningkat. Hasil positif palsu yang didapatkan dengan menggunakan sebuah
uji assay ELISA yang tersedia secara komersial untuk IgM
campak pada orang-orang dengan (penyakit kelima). Pengujian konfirmasi
dengan menggunakan sebuah uji assay baik yang sensitif dan spesifik (misalnya, metode direct-capture
IgM EIA) seharusnya dipertimbangkan ketika IgM dideteksi pada seorang
pasien dengan dugaan campak yang tidak memiliki sumber infeksi yang
teridentifikasi dan tidak ada hubungan epidemiologik dengan kasus yang confirmed
lainnya. Measles Virus Laboratory of CDC`s National Center for
Infectious Disease telah menyediakan pelatihan kepada semua petugas
laboratorium kesehatan masyarakat di seluruh negara bagian untuk
melakukan pengujian seperti demikian.
Diagnosis
serologik campak dapat juga dikonfirmasikan oleh suatu peningkatan yang
signifikan di dalam titer antibodi diantara spesimen serum fase akut
dan fase penyembuhan.Biasanya, spesimen serum fase akut didapatkan dalam
waktu 1-3 hari setelah awitan ruam dan spesimen fase penyembuhan
didapatkan kira-kira 2-4 minggu setelahnya. Metode ini telah digantikan
oleh uji assay IgM yang dapat dilakukan pada sebuah spesimen serum tunggal yang diperoleh segera setelah awitan ruam.
Infeksi
ulang campak asimtomatik dapat terjadi pada orang yang sebelumnya
pernah memiliki antibodi dari vaksinasi atau dari penyakit
alamiah.Infeksi ulang dengan gejala yang disertai peningkatan di dalam
titer antibodi campak jarang sekali terjadi.Peningkatan di dalam titer
antibodi IgM campak yang dapat terdeteksi bahkan sangat jarang terjadi.
Karakteristik
molekular isolat virus campak telah menjadi suatu alat penting untuk
menentukan gambaran epidemiologik campak selama periode insidens
penyakit yang rendah dan untuk mendokumentasikan dampak dari upaya
eliminasi campak.Disamping itu, untuk konfirmasi serologik, sebuah
spesimen (misalnya mukosa nasofaring atau urine) untuk isolasi virus
campak dan karakterisasi genetik hendaknya dikumpulkan sedekat mungkin
pada waktu awitan ruam.Keterlambata di dalam pengumpulan spesimen klinis
ini mengurangi kesempatan untuk mengisolasi virus campak. Dokter yang
memiliki pasien dengan dugaan cmpak sebaiknya segera menghubungi
departemen kesehatan daerah atau negara bagian mereka berkenaan dengan
informasi tambahan mengenai pengumpulan dan pengiriman spesimen nasal
dan urine untuk isolasi virus campak.
2.7 Penatalaksanaan Campak
Masalah yang sering terjadi pada anak dengan campak adalah:
a. Hipertermia
b. Kurang nutrisi
c. Risiko komplikasi
Pasien
campak tanpa komplikasi dapat berobat jalan,pengobatan bersifat
simtomatik dengan pemberian antipiretik, antitusif, ekspektoran, dan
antikonvulsan bila diperlukan. Indikasi rawat inap untuk penderita
campak yaitu hiperpireksia (suhu >39 °C), dehidrasi, kejang, asupan
oral sulit atau adanya komplikasi.Beberapa anak membutuhkan suplemen
vitamin A. Anak-anak dengan defisiensi vitamin A lebih mudah untuk
terkena infeksi, termasuk campak.WHO merekomendasikan vitamin A untuk
semua anak dengan campak disetiap negara dimana defisiensi vitamin A
menjadi masalah dan berhubungan dengan angka kematian.Serum dengan
konsentrasi vitamin A yang rendah ditemukan pada anak-anak dengan campak
yang berat. Ribavirin merupakan obat anti virus, yang dapat membantu
mengobati penyakit campak yang berat atau saat anak dengan daya tahan
tubuh yang lemah.
Penatalaksanaan Teraupetik
- Pemberian vitamin A
- Istirahat baring selama suhu meningkat, pemberian antipiretik
- Pemberian antibiotic pada anak-anak yang berisiko tinggi
- Pemberian obat batuk dan sedativum
2.8 Pencegahan Campak
Upaya
pencegahan penyakit campak dilakukan dengan caramenghindari kontak
dengan penderita, meningkatkan daya tahan tubuh dengan istirahat yang
cukup dan konsumsi makanan bergizi. Pencegahan penyakit campak bisa juga
dilakukan dengan vaksinasi campak.Vaksin campak merupakan bagian dari
imunisasi rutin pada anak-anak. Vaksin biasanya diberikan dalam bentuk
kombinasi dengan gondongan dan campak Jerman (vaksin MMR/ mumps,
measles, rubella), disuntikkan pada otot paha atau lengan atas. Jika
hanya mengandung campak, vaksin diberikan pada umur 9 bulan. Dalam
bentuk MMR, dosis pertama diberikan pada usia 12-15 bulan, dosis kedua
diberikan pada usia 4-6 tahun.
Kekebalan
terhadap campak diperoleh setelah vaksinasi, infeksi aktif, dan
kekebalan pasif pada seorang bayi yang lahir dari ibu yang telah kebal
(berlangsung selama 1 tahun).Kelompok yang rentan terhadap campak adalah
bayi berumur lebih dari 1 tahun, bayi yang tidak mendapatkan imunisasi
dan remaja serta dewasa muda yang belum mendapatkan imunisasi kedua
sehingga merekalah yang menjadi target utama pemberian imunisasi campak.
Kadar
antibody campak tidak dapat dipertahankan sampai anak menjadi dewasa.
Pada usia 5-7 tahun, sebanyak 29,3% anak pernah menderita campak
walaupun pernah diimunisasi. Sedangkan kelompok 10-12 tahun hanya 50%
diantaranya yang mempunyai titer antibody di atas ambang
pencegahan.Berarti, anak usisa sekolah separuhnya rentan terhadap campak
dan imunisasi campak satu kali saat berumur 9 bulan tidak dapat member
perlindungan jangka panjang.
Efek samping atau KIPI (Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi) MMR berupa:
- Demam lebih dari 39,50C yang terjadi pada 5%-15% kasus, demam dijumpai pada hari ke-5 sampai ke-6 sesudah imunisasi dan berlangsung selama 2 hari.
- Kejang demam
- Ruam timbul pada hari ke-7 sampai ke-10 sesudah imunisasi dan berlangsung selama 2-4 hari
- Memar karena berkurangnya trombosit
- Infeksi virus campak pada imunodefisiensi
- Reaksi KIPI berat dapat menyerang sistem saraf, yang reaksinya diperkirakan muncul pada hari ke-30 sesudah imunisasi.
2.9 Komplikasi Campak
Pada
penyakit campak terdapat resistensi umum yang menurun sehingga dapat
terjadi alergi (uji tuberculin yang semula positif berubah menjadi
negative).Keadaan ini menyebabkan mudahnya terjadi komplikasi antara
lain:
- Bronkopnemonia
Bronkopnemonia
dapat disebabkan oleh virus campak atau oleh pneumococcus,
streptococcus, staphylococcus.Bronkopnemonia ini dapat menyebabkan
kematian bayi yang masih muda, anak dengan malnutrisi energy protein,
penderita penyakit menahun seperti tuberculosis, leukemia dan
lain-lain.Oleh karena itu pada keadaan tertentu perlu dilakukan
pencegahan.
- Komplikasi neurologis
Komplikasi neurologis pada morbili seperti hemiplegi, paraplegi, afasia, gangguan mental, neuritis optica dan ensefalitis.
- Encephalitis morbili akut
Encephalitis
morbili akut ini timbul pada stadium eksantem, angka kematian rendah.
Angka kejadian encephalitis setelah infeksi morbili ialah 1:1000 kasus,
sedangkan encephalitis setelah vaksinasi dengan virus morbili hidup
adalah 1,16 tiap 1.000.000 dosis.
- SSPE (Subacute Scleroting Panencephalitis)
SSPE
yaitu suatu penyakit degenerasi yang jarang dari susunan saraf
pusat.Ditandai oleh gejala yang terjadi secara tiba-tiba seperti
kekacauan mental, disfungsi motorik, kejang, dan koma.Perjalanan klinis
lambat, biasanya meninggal dalam 6 bulan sampai 3 tahun setelah timbul
gejala spontan.Meskipun demikian, remisi spontan masih dapat terjadi.
Biasanya terjadi pada anak yang menderita morbili sebelum usia 2 tahun.
SSPE timbul setelah 7 tahun terkena morbili, sedang SSPE setelah
vaksinasi morbili terjadi 3 tahun kemudian.Penyebab SSPE tidak jelas
tetapi ada bukti-bukti bahwa virus morbili memegang peranan dalam
patogenesisnya. Anak menderita penyakit campak sebelum umur 2 tahun,
sedangkan SSPE bias timbul sampai 7 tahun kemudian SSPE yang terjadi
setelah vaksinasi campak didapatkan kira-kira 3 tahun kemudian.
Kemungkinan menderita SSPE setelah vaksinasi morbili adalah 0,5-1,1 tiap
10.000.000, sedangkan setelah infeksi campak sebesar 5,2-9,7 tiap
10.000.000.
- Immunosupresive measles encephalopathy
Didapatkan
pada anak yang dengan morbili yang sedang menderita defisiensi
imunologik karena keganasan atau karena pemakaian obat-obatan
imunosupresif.
2.10 Prognosis Campak
Prognosis
baik pada anak dengan keadaan umum yang baik, tetapi prognosis buruk
bila keadaan umum buruk, anak yang sedang menderita penyakit kronis atau
bila ada komplikasi.Morbiditas campak dipengaruhi oleh beberapa factor
antara lain:
- Diagnosis dini, pengobatan yang adekuat terhadap komplikasi yang timbul.
- Kesadaran dan pengetahuan yang rendah dari orang tua penderita.
- Penggunaan fasilitas kesehatan yang kurang (Maldonaso, 2002).
BAB III
WEB OF CAUTION ( WOC )
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN
4.1 Kasus
An.
B laki – laki berusia 10 tahun, berat badan 20 kg dan tinggi badan 120
cm, dibawa ke rumah sakit oleh ibunya. Anak terlihat lemas, rewel,
sering menggaruk kulitnya dan suka menangis.Kulitnya terlihat kusam,
rambut tipis, terdapat eritema di belakang telinga.Anak batuk – batuk
dan pilek sejak 2 minggu yang lalu, terdapat suara tambahan pernapasan
dan terdapat nyeri tenggorokan.Pada kulit anak terdapat ruam, kulit
bersisik dan tugor kulit menurun.Suhu badan anak 38 derajat celcius.
4.2 Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses keperawatan yang mempunyai 2 kegiatan pokok yaitu :
- Pengumpulan Data (Anamnesa)
- Identitas penderita
Meliputi
nama anak, umur : rentan pada anak berumur 1-14 th dengan status gizi
yang kurang dan sering mengalami penyakit infeksi, jenis kelamin (L dan P
pervalensinya sama), suku bangsa, no register, tanggal masuk rumah
sakit, diagnosa medis.
- Keluhan utama
Anak
masuk rumah sakit biasanya dengan keluhan adanya eritema dibelakang
telinga, di bagaian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian
belakang bawah, badan panas, enantema ( titik merah ) dipalatum durum
dan palatum mole.
- Riwayat kesehatan sekarang
Pada
anak yang terinfeksi virus campak biasanya ditanyakan pada orang tua
atau anak tentang kapan timbulnya panas, batuk, konjungtivitis, koriza,
bercak koplik dan enantema serta upaya yang telah dilakukan untuk
mengatasinya.
- Riwayat kesehatan dahulu
Anak belum pernah mendapatkan vaksinasi campak dan pernah kontak dengan pasien campak.
- Riwayat kesehatan keluarga
Apakah anak belum mendapatkan vaksinasi campak.
- Riwayat imunisasi
Imunisasi apa saja yang sudah didapatkan misalnya BCG, POLIO I,II, III; DPT I, II, III; dan campak.
- Riwayat nutrisi
Kebutuhan
kalori 4-6 tahun yaitu 90 kalori/kg/hari.Pembatasan kalori untuk umur
1-6 tahun 900-1300 kalori/hari.Untuk pertambahan berat badan ideal
menggunakan rumus 8 + 2n. Status Gizi
Klasifikasinya sebagai berikut :
- Gizi buruk kurang dari 60%
- Gizi kurang 60 % - <80 %
- Gizi baik 80 % - 110 %
- Obesitas lebih dari 120 %
- Riwayat tumbuh kembang anak.
- Tahap pertumbuhan
Pada
anak umur lima tahun, perkiraan berat badan dalam kilogram mengikuti
patokan umur 1-6 tahun yaitu umur ( tahun ) x 2 + 8. Tapi ada rata-rata
BB pada usia 3 tahun : 14,6 Kg, pada usia 4 tahun 16,7 kg dan 5 tahun
yaitu 18,7 kg. Untuk anak usia pra sekolah rata – rata pertambahan berat
badan 2,3 kg/tahun.Sedangkan untuk perkiraan tinggi badan dalam senti
meter menggunakan patokan umur 2- 12 tahun yaitu umur ( tahun ) x 6 +
77.Tapi ada rata-rata TB pada usia pra sekolah yaitu 3 tahun 95 cm, 4
tahun 103 cm, dan 5 tahun 110 cm. Rata-rata pertambahan TB pada usia ini
yaitu 6 – 7,5 cm/tahun.Pada anak usia 4-5 tahun fisik cenderung
bertambah tinggi.
- Tahap perkembangan.
- Perkembangan psikososial ( Eric Ercson ) : Inisiatif vs rasa bersalah.Anak punya insiatif mencari pengalaman baru dan jika anak dimarahi atau diomeli maka anak merasa bersalah dan menjadi anak peragu untuk melakukan sesuatu percobaan yang menantang ketrampilan motorik dan bahasanya.
- Perkembangan psikosexsual ( Sigmund Freud ) : Berada pada fase oedipal/ falik ( 3-5 tahun ).Biasanya senang bermain dengan anak berjenis kelamin berbeda.Oedipus komplek ( laki-laki lebih dekat dengan ibunya ) dan Elektra komplek ( perempuan lebih dekat ke ayahnya ).
- Perkembangan kognitif ( Piaget ) : Berada pada tahap preoperasional yaitu fase preconseptual ( 2- 4 tahun ) dan fase pemikiran intuitive ( 4- 7 tahun ). Pada tahap ini kanan-kiri belum sempurna, konsep sebab akibat dan konsep waktu belum benar dan magical thinking.
- Perkembangan moral berada pada prekonvensional yaitu mulai melakukan kebiasaan prososial : sharing, menolong, melindungi, memberi sesuatu, mencari teman dan mulai bisa menjelaskan peraturan- peraturan yang dianut oleh keluarga.
- Perkembangan spiritual yaitu mulai mencontoh kegiatan keagamaan dari ortu atau guru dan belajar yang benar – salah untuk menghindari hukuman.
- Perkembangan body image yaitu mengenal kata cantik, jelek,pendek-tinggi,baik-nakal, bermain sesuai peran jenis kelamin, membandingkan ukuran tubuhnya dengan kelompoknya.
- Perkembangan sosial yaitu berada pada fase “ Individuation – Separation “. Dimana sudah bisa mengatasi kecemasannya terutama pada orang yang tak di kenal dan sudah bisa mentoleransi perpisahan dari orang tua walaupun dengan sedikit atau tidak protes.
- Perkembangan bahasa yaitu vokabularynya meningkat lebih dari 2100 kata pada akhir umur 5 tahun. Mulai bisa merangkai 3- 4 kata menjadi kalimat. Sudah bisa menamai objek yang familiar seperti binatang, bagian tubuh, dan nama-nama temannya. Dapat menerima atau memberikan perintah sederhana.
- Tingkah laku personal sosial yaitu dapat memverbalisasikan permintaannya, lebih banyak bergaul, mulai menerima bahwa orang lain mempunyai pemikiran juga, dan mulai menyadari bahwa dia mempunyai lingkungan luar.
- Bermain jenis assosiative play yaitu bermain dengan orang lain yang mempunyai permainan yang mirip.Berkaitan dengan pertumbuhan fisik dan kemampuan motorik halus yaitu melompat, berlari, memanjat,dan bersepeda dengan roda tiga.
- Pemeriksaan fisik ( had to toe )
- Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, tinggi badan, berat badan, dan tanda-tanda vital.
- Kepala dan leher
- Inspeksi :
Kaji
bentuk kepala, keadan rambut, kulit kepala, konjungtivitis, fotofobia,
adakah eritema dibelakang telinga, di bagian atas lateral tengkuk,
sepanjang rambut dan bagian belakang bawah.
- Palpasi :
adakah pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan didaerah leher belakang,
- Mulut
- Inspeksi :
Adakah
bercak koplik di mukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah, enantema
di palatum durum dan palatum mole, perdarahan pada mulut dan traktus
digestivus.
- Toraks
- Inspeksi :
Bentuk
dada anak, Adakah batuk, secret pada nasofaring, perdarahan pada
hidung.Pada penyakit campak, gambaran penyakit secara klinis menyerupai
influenza.
- Auskultasi :
Ronchi / bunyi tambahan pernapasan.
- Abdomen
- Inspeksi :
Bentuk dari perut anak.Ruam pada kulit.
- Auskultasi
Bising usus.
- Perkusi
Perkusi abdomen hanya dilakukan bila terdapat tanda abnormal, misalnya masa atau pembengkakan.
- Kulit
- Inspeksi :
Eritema pada kulit, hiperpigmentasi, kulit bersisik.
- Palpasi :
Turgor kulit menurun
Pengkajian Kasus
- Anamnese
- Identitas penderita
- Nama anak : An. B
- Umur :10 tahun
- Jenis kelamin : Laki-laki
- Keluhan utama : -
- Riwayat kesehatan sekarang
Sudah 2 minggu yang lalu batuk-batuk, pilek dan nyeri tenggorokan
- Riwayat kesehatan dahulu
Anak diduga belum pernah mendapatkan vaksinasi campak
- Riwayat kesehatan keluarga: -
- Riwayat imunisasi
Anak belum mendapat imunisasi campak
- Riwayat tumbuh kembang anak.
- Tahap pertumbuhan
BBI = (umur (thn) x 2 ) + 8= (10x2)+8= 28 Kg
BB pasien : 20 Kg
TB : 120 cm
- Tahap perkembangan; -
b. Pemeriksaan fisik :
- Mata: terdapat konjungtivitis,mata tampak merah
- Kepala: sakit kepala
- Hidung dan tenggorokan : Banyak terdapat secret, suara tambahan pernapasan dan terdapat nyeri tenggorokan
- Mulut dan bibir: Mukosa bibir kering, batuk, mulut terasa pahit.
- Kulit : Permukaan kulit (kering ) kusam,rasa gatal, keringat berlebihan panas (demam).
- Pernafasan : Pola nafas (reguler), RR (24x/menit )( n : 20-30/menit), batuk, sesak nafas, wheezing,sputum
- Tumbuh kembang: BB (20 kg), TB (120cm), BB Lahir (3 kg), belum pernah vaksinasi.
- Pola Defekasi : BAK (950 ml/hari) ( n 3-5 thn : 600-700 ml / hari)
- Status Nutrisi : nafsu makanan menurun
- Keadaan Umum : sadar TTV (N:80x/menit, TD:110/60 mmHg, S: 38OC, RR: 24x/menit).
4.3 Analisis Data
Data
|
Etiologi
|
Masalah
|
DS : Klien batuk-batuk dan pilek sejak 2 minggu yang lalu
DO : Terdapat suara tambahan pernapasan dan nyeri tenggorokan
|
Droplet campak yang terhirup masuk saluran pernafasan
Berkembang & menempel pada nasofaring
Fungsi silia menurun
Sekret meningkat
Reflek batuk
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
|
Ketidak efektifan bersihan jalan nafas
|
DS : Klien merasa lemas, rewel dan suka menangis
DO :Suhu badan klien 38 derajat celcius.
|
Efek perjalanan penyakit terhadap tubuh
Menimbulkan peradangan
Pengeluaran mediator kimia
Mempengaruhi thermostat dalam hipotalamus
Sel point meningkat
Suhu tubuh meningkat
Hipertermi
|
Hipertermi
|
DS : Klien mengungkapkan rasa ketidaknyamanan terhadap bintik yang timbul pada kulit tubuhnya
DO : Pada kulit klien terdapat ruam, kulit bersisik dan tugor kulit menurun
|
Virus yang menyerang kulit
Respon imunitas pada kulit
Histamine
Vasodilatasi&permeabilitas meningkat
Leukositosis bergerak dari kapiler ke jaringan kulit
Reaksi hipersensifitas
Ruam kulit
Gangguan integritas kulit
|
Gangguan integritas kulit
|
DS : Klien mengeluh gatal- gatal pada kulit dan terdapat bercak merah
DO : Klien sering menggaruk garuk kulit yang terdapat bercak merah
|
Inveksi virus
Menyebar pada semua sistem retikuloen dotelial
Replikasi kembali
Terjadi viremia kedua
Reaksi radang
Pengeluaran mediator kimia
Histamine
Gatal
Gangguan rasa nyaman
|
Gangguan rasa nyaman
|
- Diagnosa Keperawatan
- Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolic
- Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan penumpukan secret
- Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perkembangan penyakit.
- Gangguan rasa aman dan nyaman berhubungan dengan adanya demam, tidak enak bedan, pusing, mulut terasa pahit, kadang-kadang muntah dan gatal.
- Intervensi Keperawatan
- Diagnosa Keperawatan : Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolic
Kriteria Hasil :
- Tidak terdapatnya tanda dan gejala hipertermia, kulit kemerahan dan pusing
- Normotermia, pernafasan, nadi dan tekanan darah dalam batas normal
Intervensi Keperawatan
|
Rasional
|
Kolaborasi
|
Suhu timpani dan rektal hampir mendekati suhu inti. Pengukuran suhu rektal lebih akurat.
Penggunaan
mattres dingin dapat menurunkan suhu secara bertahap untuk mencegah
menggigil karena hal tersebut menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen
Dehidrasi mungkin timbul sehubungan dengan kehilangan cairan melalui diaphoresis dan peningkatan ventilasi
Obat tersebut dapat menurunkan suhu tubuh.
|
- Diagnosa Keperawatan : Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan penumpukan secret
Kriteria Hasil :
- Penurunan jumlah secret
- Bunyi napas normal
- Klien dapat bernafas tanpa bantuan alat bantu pernapasan
Intervensi Keperawatan
|
Rasional
|
Airway Management
|
Takipnea
biasanya menandakan adanya stress respiratori. Beberapa derajat
bronkospasme dikarenakan oleh obtruksi jalan napas dan bisa
dimanifestasikan dengan suara napas yang tidak normal seperti crackles, wheezing, maupun absent breath sound
Posisi semifowler/fowler dapat memaksimalkan perluasan paru-paru.
|
Mobilize Secretions
Kolaborasi
|
Posisi elevasi/ up right memfasilitasi fungsi respiratori dengan menggunakan gravitasi.
Untuk memaksimalkan kemampuan batuk efektif, perluasan paru-paru dan drainase, serta mengurangi nyeri.
Membersihkan jalan napas ketika secret menghambat jalan napas.
Tindakan suction dapat menghisap oksigen yang berada di jalan napas.
Obat
yang diberikan digunakan untuk merelaksasikan otot polos respiratori,
mengurangi edema di jalan napas, dan mencairkan secret.
|
Assess Changes
|
Memastikan status pernapasan dan memastikan pengaruh tindakan bahwa jalan napas sudah bersih
Apakah ada distress respiratori
Mengidentifikasi status dasar, pengaruh intervensi yang diberikan dan memonitor perkembangan dari kondisi dan respon perawatan.
|
- Diagnosa Keperawatan : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perkembangan penyakit.
Kriteria Hasil :
- Temperatur kulit dalam rentang normal
- Daya sensasi tubuh dalam rentang normal
- Elastisitas kulit dalam rentang normal
- Pigmentasi kulit dalam rentang normal
- Tekstur kulit rata dan halus
Intervensi Keperawatan
|
Rasional
|
|
Kulit
klien bisa jadi berminyak, kering atau sensitive yang dapat
mempengaruhi frekuensi kebutuhan mandi, suhu air, tipe sabun dan agen
pembersih lainnya
Untuk mengganti cairan dan elektrolit akibat kehilangan cairan transepidermal
Mempertahankan patensi masuknya cairan dan elektrolit ke tubuh
Untuk membantu kesembuhan kulit dan mempertahankan kesehatan tubuh.
|
- Diagnosa Keperawatan :Gangguan rasa aman dan nyaman berhubungan dengan adanya demam, tidak enak bedan, pusing, mulut terasa pahit, kadang-kadang muntah dan gatal.
Kriteria Hasil :
- Pasien menunjukkan kenyamanan, tidak merasa gatal lagi.
- Badan kelihatan segar dan tidak merasa pusing.
Intervensi
|
Rasional
|
|
Bedak salisil 1% dapat mengurangi rasa gatal pada tubuh anak.
|
|
Lampu yang terlalu terang membuat anak silau dan menambah rasa tidak nyaman.
|
|
Tubuh yang dibedaki akan membuat rasa nyaman pasa pasien.
|
|
Air hangat / PK dapat mengurangi gatal dan menambah rasa nyaman.
|
4.7 Evaluasi
- Suhu tubuh kembali dalam batas yang normal
- Fungsi pernapasan kembali normal
- Integritas kulit kembali dalam batas yang normal
- Nyeri hilang atau terkontrol dengan baik
- Mempunyai pengetahuan atau informasi tentang imunisasi campak dengan benar
DAFTAR PUSTAKA
Andriani, Julia. 2009. Morbili/Measles/Campak. Pekanbaru: Universitas Riau
Anonimous (1). 2006. Measles. (Online, http://www.cdc.gov/nip/publications/pink/ meas.pdf, diakses tanggal 11 Desember 2006
Arias, Kathleen Meehan. 2009. Investigasi dan Pengendalian Wabah di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Jakarta: EGC.
Berhrman, Richard E.2003. Nelson Textbook of Pediatrics. 17th edition. WB Saunders Company.
Cahyono, J.B Suharjo B, dkk. 2010.Vaksinasi; Cara Ampuh Cegah Infeksi. Yogyakarta:Kanisius
Cronan, Kate. 2005. Measles. (Online, http://www.kidshealth.org/ parent/infections/lung/measles.html, diakses tanggal 11 Desember 2006).
Doenges, Marilynn E., et al. 2005. Nursing Diagnosis Manual: Planning,Individualizing and Documenting Client Care. Philadelphia : F.A Davis Company
Fennelly, Glenn J. 2006. Measles. (Online, http://www.emedicine.com/PED/topic1388.htm, diakses tanggal 11 Desember 2006)
Hidayat, A. Aziz Alimul. PengantarIlmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta. Salemba Medika. 2008
Kenneth Todar University of Wisconsin-Madison Department of Bacteriology. 2006.Measles. Online, www.bact.wisc.edu/themicrobialworld/Measles.jpg, diakses tanggal 11 Desember 2006).
Nelson, 2000.Ilmu Kesehatan Anak Vol 2. Jakarta. EGC
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.
Rampengan, T. H. 1993. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak. Jakarta: EGC.
Rodolfh.Dkk. 2006.Buku Ajar Pediatri Rodolfh Edisi 20 Volume I. Jakarta:EGC Santosa,B.
Setiawan, I Made. 2008. Penyakit Campak. Jakarta: CV. Sagung Seto
SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unair, 2006. Pedoman Diagnosis & Terapi. Surabaya: Bag/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unair/RSU Dr. Soetomo.
Soegijanto, 2001. Buku Imunisasi di Indonesia Edisi Pertama. Jakarta: Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.1985. Ilmu Kesehatan Anak 2. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Suriadi,Yuliani,R.2001.Asuhan Keperawatan Pada Anak.Jakarta:PT Fajar Interpratama.
William, W. 2002. Current Pediatric Diagnosis & Treatment 16 th edition. USA: MacGraw-Hill Education
0 comments:
Post a Comment
Mari kita budayakan berkomentar yang baik dan santun ya sobat.