
Pengetahuan merupakan aspek
pokok untuk menentukan perilaku seseorang untuk menyadari dan tidak,
maupun untuk mengatur perilakunya sendiri. Tahu, kerapkali menjadi dasar
suatu tindakan (Soetriono, 2007.) Timbulnya gangguan kesehatan atau
penyakit pada seseorang disebabkan oleh perilaku seseorang tersebut.
menurut
Soekidjo Notoatmodjo (2007:131), perilaku merupakan semua kegiatan atau
aktifitas yang dilakukan oleh seseorang, baik itu berupa kegiatan fisik
yang dapat diamati maupun tidak dapat diamati oleh orang lain.
Becker
(1979) mengklasifikasikan perilaku yang berhubungan dengan kesehatan
(health and related behaviour) (Soekidjo Notoatmodjo 2007 : 139), yaitu
- Perilaku kesehatan (health behaviour), yaitu hal-hal yang berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Termasuk juga tindakan-tindakan untuk mencegah penyakit, kebersihan perorangan, memilih makanan, sanitasi dan sebagainya
- Perilaku sakit ( the sick role behaviour), yaitu segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh individu yang merasa sakit, untuk merasakan dan mengenal keadaan kesehatannya atau rasa sakit.
- Perilaku peran sakit (the sick role behaviour), yaitu segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit untuk memperoleh kesembuhan.
Pengetahuan
individu sangat mempengaruhi perilaku sehatnya setiap hari. Sebagai
contoh, salah satu penyebab tingginya AKI adalah kurangnya pengetahuan
ibu tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan kehamilan.
Meskipun pada saat ini, Angka Kematian Ibu (AKI) telah menurun dari 390
per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1991 menjadi 228 per 100.000
kelahiran hidup pada tahun 2007 tetapi angka kejadian tersebut masih
tergolong tinggi. Menurut Laporan KIA Provinsi tahun 2011, penyebab
kematian ibu terbanyak masih didominasi Perdarahan (32%), disusul
Hipertensi dalam kehamilan(25%), Infeksi (5%), Partus lama (5%), dan
Abortus (1%).Penyebab Lain-lain (32%) cukup besar, termasuk didalamnya
penyebab penyakit non obstetrik.
Menurut
Direktorat Bina Kesehatan Gizi, penyebab kematian ibu karena masih
banyaknya kasus 3 TERLAMBAT dan 4 TERLALU. TIGA TERLAMBAT: 1) Terlambat
mengenali tanda bahaya persalinan dan mengambil keputusan. 2) Terlambat
dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan. 3) Terlambat ditangani oleh
tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan. EMPAT TERLALU: 1)
Terlalu tua hamil (di atas usia 35 tahun) sebanyak 27%. 2) Terlalu muda
untuk hamil (di bawah usia 20 tahun) sebanyak 2,6%. 3) Terlalu banyak
(jumlah anak lebih dari 4 sebanyak 11,8%. 4) Terlalu dekat (jarak antar
kelahiran kurang dari 2 tahun)
Ibu
hamil yang tidak mendapatkan pengetahuan yang cukup tentang kehamilan
seringkali mengalami kehamilan yang tidak direncanakan. Sehingga
kehamilan-kehamilan risiko tinggi karena EMPAT TERLALU masih tinggi.
Selain
itu pengetahuan tentang gejala dan tanda bahaya kehamilan yang masih
rendah membuat ibu hamil seringkali mengabaikan dan menganggap tanda dan
gejala tersebut merupakan suatu hal yang wajar kehamilan. Sehingga
kejadian abortus masih tinggi karena ibu hamil terlambat memeriksakan
kehamilannya ke pelayanan kesehatan.
Kurangnya
pengetahuan dan faktor budaya seringkali menyebabkan ibu hamil
melakukan kebiasaan-kebiasaan yang dapat mempengaruhi kehamilannya
seperti sering mengkonsumsi jamu. Banyak juga ibu hamil yang melakukan
persalinan di tenaga non medis karena masyarakat sekitar di
lingkungannya juga melakukan hal tersebut sehingga seringkali proses
persalinan menimbulkan komplikasi karena ibu hamil tidak mendapatkan
pelayanan persalinan yang memadai.
Pengetahuan
ibu hamil juga mempengaruhi perilakunya dalam menjaga kehamilan.
Ibu-ibu yang mendapatkan kehamilan yang pertama biasanya sangat menjaga
kehamilannya dengan cara rajin mengkonsumsi asupan-asupan gizi untuk
kehamilannya, tidak mengetahui berat badan ideal untuk ibu hamil dan
sangat berhati-hati dalam beraktivitas. Sehingga sering dijumpai ibu
hamil yang memiliki berat badan berlebih karena terlalu banyak
mengonsumsi makanan tetapi tidak mau beraktivitas karena takut
kehamilannya terganggu. Sehingga hal ini dapat memicu hipertensi pada
ibu hamil yang dapat membahayakan kehamilan.
Pemerintah
telah menggalakkan sejumlah program baik itu di tingkat PUSKESMAS
sampai tingkat Rumah Sakit untuk menurunkan AKI melalui: 1) Upaya
peningkatan pelayanan antenatal yang berkualitas seperti pencegahan KEK,
PMTCT, penggunaan buku KIA, dan ANC terpadu. 2) Upaya peningkatan
persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan di pelayanan kesehatan
seperti pengadaan JAMPERSAL, dan rumah tunggu kehamilan. 3) Upaya
Pencegahan dan penanganan komplikasi maternal seperti optimalisasi
PUSKESMAS dan rumah sakit dan lain sebagainya. Bila program-program
tersebut tidak didukung dengan sosialisasi yang baik dan memadai yang
dapat menyentuh semua elemen masyarakat, maka partisipasi masyarakat
akan rendah. Masyarakat tidak mendapatkan urgensi dan pentingnya
program-program tersebut sehingga mereka cenderung pasif dan tidak
pro-aktif mengikuti dan menikmati pelayanan-pelayanan kesehatan yang
ada.
Oleh karena itu, pendidikan
kesehatan, dan sosialisasi program pelayanan kesehatan sangatlah penting
untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat. Pengetahuan yang adekuat
akan menghasilkani perilaku sehat. Perilaku yang sehat akan meningkatkan
kualitas kesehatan dan kulaitas hidup individu. Negara dengan derajat
kesehatan yang tinggi merupakan hasil dari akumulasi perilaku-perilaku
sehat masyarakatnya.
Daftar Pustaka:
Direktorat Bina Kesehatan Ibu. 2011. Upaya Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu.
Lukiono, Wahyu Tri. 2010. Pengaruh Pengetahuan dan Sikap terhadap Pemanfaatan Jaminan Kesehatan pada Ibu Hamil Miskin Di Kota Blitar. http://eprints.uns.ac.id/7940/1/139641108201009281.pdf, Ditelusuri 2 Desember 2014 pukul 05.21 WIB
Soekidjo Notoatmodjo . 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta
Soetriono dan Rita Hanafie. 2007. Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian.Yogyakarta, ANDI OFFSET
0 comments:
Post a Comment
Mari kita budayakan berkomentar yang baik dan santun ya sobat.