ROM dan Mobilisasi
Pada Pasien Post-Operasi Laparotomy
- Tujuan
- Tujuan Umum
Setelah membaca modul berikut ini diharapkan perawat mampu menerapkan latihan ROM dan mobilisasi dengan tepat pada pasien post operasi Laparotomy.
- Tujuan Khusus
Setelah membaca modul ini diharapkan perawat mampu :
- Menjelaskan pengertian latihan ROM dan mobilasasi pada pasien post operative Laparotomy.
- Menjelaskan tujuan latihan ROM dan mobilasasi pada pasien post operative Laparotomy.
- Menjelaskan prinsip yang perlu diperhatikan sebelum latihan ROM dan mobilasasi pada pasien post operative Laparotomy.
- Menjelaskan langkah-langkah ROM dan mobilasasi pada pasien post operative Laparotomy.
- Mensimulasikan latihan ROM dan mobilasasi pada pasien post operative Laparotomy.
- Teori dan Prosedur Kerja
- Pengertian
Laparatomi merupakan suatu potongan pada dinding abdomen dan yang telah didiagnosa oleh dokter dan dinyatakan dalam status atau catatan medik pasien. Laparatomi adalah suatu potongan pada dinding abdomen seperti caesarean section sampai membuka selaput perut (Jitowiyono, 2010). Bedah laparatomi merupakan tindakan operasi pada daerah abdomen, bedah laparatomi merupakan teknik sayatan yang dilakukan pada daerah abdomen yang dapat dilakukan pada bedah digestif dan kandungan (Smeltzer & Bare, 2006).
Tindakan bedah digestif yang sering dilakukan dengan teknik sayatan arah laparatomi yaitu : Herniotorni, gasterektomi, kolesistoduo denostomi, hepateroktomi, spleenrafi/ splenotomi, apendektomi, kolostomi, hemoroidektomi dan fistulotomi atau fistulektomi. Tindakan bedah kandungan yang sering dilakukan dengan teknik sayatan arah laparatomi adalah berbagai jenis operasi uterus, operasi pada tuba fallopi dan operasi ovarium, yaitu: histerektomi baik itu histerektomi total, histerektomi sub total, histerektomi radikal, eksenterasi pelvic dan salingo-coforektomi bilateral. Selain tindakan bedah dengan teknik sayatan laparatomi pada bedah digestif dan kandungan, teknik ini juga sering dilakukan pada pembedahan organ lain antara lain ginjal dan kandung kemih (Syamsuhidayat & Wim De Jong, 2008).
- Tujuan
Latihan ROM dan mobilisasi pada pasien post operative Laparotomy bertujuan untuk :
- Pencegahan disfungsi dengan pengembangan, peningkatan, perbaikan atau pemeliharaan dari kekuatan dan daya tahan otot, kemampuan cardiovaskuler, mobilitas dan fleksibilitas jaringan lunak, stabilitas, rileksasi, koordinasi keseimbangan dan kemampuan fungsional
- Jenis-jenis latihan
- Breathing Exercise
- Clapping
- Vibrasi
- Latihan ROM pasif anggota gerak atas
- Latihan aktif anggota gerak atas dan bawah
- Kriteria klien sebelum tindakan
Pastikan status klien sebelum melakukan setiap tindakan
- Kaji kondisi umum dan status kesadaran klien
- Kaji status pernapasan pasien
- Kaji jumlah, warna, dan kemampuan klien dalam mengelurkan dahak
- Kaji kondisi luka dan status drainage termasuk arah irisan atau luka insisi
- Kaji tingkat nyeri
- Kaji kekuatan otot
- Langkah – langkah tindakan
a. Pada 6-24 jam post pembedahan:
- Ajarkan pasien teknik nafas dalam dan batuk efektif
- Ajarkan Teknik ROM pada 4 anggota ekstermitas
- Ajarakan perubahan posisi di tempat tidur yaitu miring kiri dan miring kanan
- Tinggikan posisi kepala mulai dari 150, 300, 450,600 dan 900
b. Pada 24 jam kedua post pembedahan:
- Ajarkan pasien duduk tanpa sandaran dengan mengobservasi rasp using
- Ajarkan pasien duduk ditepi tempat tidur
c. Pada 24 jam ketiga post pembedahan:
- Anjurkan pasien untuk berdiri disamping tempat tidur
- Ajarkan untuk berjalan disamping tempet tidur.
d. Lakukan evaluasi bertahap setiap pergantian tindakan
Referensi
Arianti.(2017) Efektifitas edukasi video animasi mobilisasi dini pada pemulihan kemampuan berjalan pasien post pembedahan. http://repository.umy.ac.id/handle/123456789/13545. Diakses pada tanggal 15 April 2018
Gracia-Ibáñez, V. et al. (2017) ‘Functional range of motion of the hand joints in activities of the International Classification of Functioning, Disability and Health’, Journal of Hand Therapy. Elsevier Inc, 30(3), pp. 337–347. doi: 10.1016/j.jht.2016.08.001.
Russo, R. R. et al. (2017) ‘How Does Level and Type of Experience Affect Measurement of Joint Range of Motion?’, Journal of Surgical Education. Elsevier, pp. 1–10. doi: 10.1016/j.jsurg.2017.09.009.
Tseng, C. N. et al. (2007) ‘Effects of a range-of-motion exercise programme’, Journal of Advanced Nursing, 57(2), pp. 181–191. doi: 10.1111/j.1365-2648.2006.04078.x.
0 comments:
Post a Comment
Mari kita budayakan berkomentar yang baik dan santun ya sobat.