BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
- KONSEP PROMOSI KESEHATAN
- PENGERTIAN
Promosi
kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui
pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat
menolong diri sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya
masyarakat, sesuai social budaya setempat dan didukung kebijakan public
yang berwawasan kesehatan.
- SASARAN
Dalam pelaksanaan promosi kesehatan dikenal adanya 3 (tiga) jenis sasaran, yaitu sasaran primer, sasaran sekunder, dan sasaran tersier.
- Sasaran primer (utama) upaya promosi kesehatan sesungguhnya adalah pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga) sebagai komponen dari masyarakat.
- Sasaran sekunder adalah para pemuka masyarakat, baik pemuka informal (misalnya pemuka adat, pemuka agama dan lain-lain) maupun pemuka formal (misalnya petugas kesehatan, pejabat pemerintah dan lain-lain), organisasi kemasyarakatan dan media massa.
- Sasaran tersier adalah para pembuat kebijakan public yang berupa peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan dan bidang-bidang lain yang berkaitan serta mereka yang dapat memfasilitasi atau menyediakan sumber daya.
- STRATEGI
Menyadari
rumitnya hakikat darimperilaku, maka perlu dilaksanakan strategi
promosi kesehatan paripurna yang terdiri dari (1) pemberdayaan, yang
didukung ileh (2) bina suasana dan (3) advokasi, serta dilandasi
semangat (4) kemitraan.
- Pemberdayaan
Pemberdayaan
adalah memberi informasi dan pendampingan dalam mencegah dan
menanggulangi masalah kesehatan, guna membantu individu, keluarga atau
kelompok masyarakat menjali tahap-tahaptahu, mau dan mampu memprktikkan
PHBS.
Dalam upaya
promosi kesehatan, pemberdayaan masyarakat merupakan bagian yang sangat
penting dan bahkan dapat dikatakan sebagai ujung tombak pemberdayaan
adalah proses pemberian informasi kepada individu, keluarga atau
kelompok (klien) secara terus-menerus dan berkesinambungan mengikuti
perkembangan klien, serta proses membantu klien, agar klien tersebut
berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari
tahu menjadi mau (aspek attitude) dan dari mau menjadi mampu
melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek practice).
- Bina Suasana
Bina suasana adalah pembentukan
suasan lingkungan social yang kondusif dan mendorong dipraktikkannya
PHBS serta penciptaan panutan-panutan dalam mengadopsi PHBS dan
melestarikannya.
Bina suasana adalah upaya menciptakan lingkungan
social yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan
perilaku yang diperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk mau
melakukan sesuatu apabila lingkungan social di mana pun ia berada
(keluarga di rumah, organisasi sisawa/mahasiswa, serikat
pekerja/karyawan, orang-orang yang menjadi panutan/idola, kelompok
arisa, majelis agama dan lain-lain, dan bahkan masyarakat umum)
menyetujui atau mendukung perilaku tersebut. Oleh karena itu, untuk
memperkuat proses pemberdayaan, khususnya dalam upaya meningkatkan para
individu dari fase tahu ke fase mau, perlu dilakukan bina suasana.
Terdapat tiga kategori proses bina suasana, yaitu bina suasana individu, bina suasanya kelompok, dan bina suasana public.
- Bina Suasana Individu
Bina suasana
individu dilakukan oleh individu-individu tokoh masyarakat. Dalam
kategori ini tokoh-tokoh masyarakat menjadi individu-individu panitan
dalam hal perilaku yang sedang diperkenalkan. Yaitu dengan mempraktikkan
perilaku yang sedang diperkenalkan tersebut. Lebih lanjut bahkan mereka
juga bersedia menjadi kader dan turut menyebarluaskan informasi guna
menciptakan suasana yang kondusif bagi perubahan perilaku ondividu.
- Bina suasana kelompok
Bina suasana
kelompok dilakukan oleh kelompok –kelompok dalam masyarakat, seperti
pengurus Rukun Tetangga (RT), pengurus Rukun Warga (RW), majelis
pengajian, perkumpulan seni, organisasi pemuda, dan lain-lain. Bina
suasana ini dapat dilakukan bersama pemuka/tokoh masyarakat yang telah
peduli. Dalam kategori ini kelompok-kelompok tersebut menjadi kelompok
yang peduli terhadap perilaku yang sedang diperkenalkan dan menyetujui
atau mendukungnya. Bentuk dukungan ini dapat berupa kelompok tersebut
lalu bersedia juga mempraktikkan perilaku yang sedang diperkenalkan,
mengadvokasi pihak-pihak yang terkait dan atau melakukan control social
terhadap individu-individu anggotanya.
- Bina suasana public
Bina suasana
public dilakukan oleh masyarakat umum melalui pengembangan kemitraan
dan pemanfaatan media-media komunikasi, seperti radio, televise, Koran,
majalah, situs internet dan lain-lain, sehingga dapat tercipta pendapat
umum. Dalam kategori ini media-media massa tersebut peduli dan mendukung
perilaku yang sedang diperkenalkan. Dengan demikian, maka media-media
massa tersebut lalu menjadi mitra dalam rangka menyebarluaskan informasi
tentang perilaku yang sedang diperkenalkan dan menciptakan pendapat
umum yang positif tentang perilaku tersebut. Suasana atau pendapat umum
yang positif ini akan dirasakan pula sebagai pendukung atau “penekan”
(social pressure) oleh individu-individu anggota masyarakat, sehingga
akhirnya mereka mau melaksanakan perilaku yang sedang diperkenalkan.
- Advokasi
Advokasi adalah pendekatan
dan motivasi terhadap pihak-pihak tertentu yang diperhitungkan dapat
mendukung keberhasilan pembinaan PHBS baik dari segi strategi materi
maupun non materi.
Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis
dan terencana untuk mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak
yang terkait (stakeholders). Pihak-pihak yang terkait ini berupa
tokoh-tokoh masyarakat (formal dan informal) yang umumnya berperan
sebagai narasumber (opinion leader), atau penentu kebijakan (norma) atau
penyandnag dana. Juga berupa kelompok-kelompok dalam masyarakat dan
media massa yang dapat berperan dalam menciptakan suasana yang kondusif,
opini public dan dorongan (pressure) bagi terciptanya PHBS masyarakat.
Advokasi merupakan upaya untuk menyukseskan bina suasana dan
pemberdayaan atau proses pembinaan PHBS secara umum.
Perlu disadari bahwa komitmen dan dukungan
yang diupayakan melalu advokasi jarang diperoleh dalam waktu singkat.
Pada diri sasaran advokasi umumnya berlangsung tehap-tahapan, yaitu (1)
mengetahu atau menyadari adanya masalah, (2) tertarik untuk ikut
mengatasi masalah, (3) peduli terhadap pemecahan masalah dengan
mempertimbangkan berbagai alternative pemecahan masalah, (4) sepakat
untuk memecahkan masalah dengan memilih salah satu alternative pemecahan
masalah dan (5) memutuskan tidak lanjut kesepakatan. Dengan demikian,
maka advokasi harus dilakukan secara terencan, cermat dan tepat.
Bahan-bahan advokasi harus disiapkan dengan matang, yaitu:
- Sesuai minat dan perhatian sasaran advokasi
- Memuat rumusan masalah dan alternative pemecahan masalah
- Memuat peran si sasaran dalam pemecahan masalah
- Berdasarkan kepada fakta atau evidence-based
- Dikemas secara menarik dan jelas
- Sesuai dengan waktu yang tersedia
Sebagaimana
pemberdayaan dan bina suasana, advokasi juga akan lebih efektif bila
dilaksanakan dengan prinsip kemitraan. Yaitu dengan membentuk jejaring
advokasi atau form kerjasama. Dengan kerjasana, melalui pembagian tugas
dan saling dukung, maka sasaran advokasi akan dapat diarahkan untuk
sampai kepada tujuan yang diharapkan. Sebagai konsekuensinya, metode dan
media advokasi pun harus ditentukan secara cermat, sehingga kerjasama
dapat berjalan baik.
- Kemitraan
Kemitraan harus digalangkan
baik dalam rangka pemberdayaan meaupun bina suasana dan advokasi guna
membangun kerjasama dan mendapatkan dukungan. Dengan demikian kemitraan
perlu digalang antar individu, keluarga, pejabat atau instansi
pemerintah yang terkait dengan urusan kesehatan (lintas sector), pemuka
atau tokoh masyarakat, media massa dan lain-lain. Kemitraan harus
berlandaskan pada tiga prinsip dasar, yaitu kesetaraan, keterbukaan dan
saling menguntungkan.
- Kesetaraan
Kesetaraan bearti
tidak diciptakan hubungan yang bersifat hirarkhis. Semua harus diawali
dengan kesediaan menerima bahwa masing-masing berada dalam kedudukan
yang sama. Keadaan ini dapat dicapai apabila semua pihak bersedia
mengembangkan hubungan kekeluargaan. Yaitu hubungan yangdilandasi
kebersamaan atau kepentingan bersama. Bila kemudia dibentuk struktur
hirarkhis dalah kesepakatan.
- Keterbukaan
Oleh karena
itu, di dalam setiap langkah diperlukan adanya kejujuran dari
masing-masing pihak. Setiap usul/saran/komentar harus disertai dengan
alasan yang jujur, sesuai fakta, tidak menutup-nutupi sesuatu. Pada
awalnya hal ini mungkin akan menimbulkan diskusi yang seru layaknya
“pertengkaran”. Akan tetapi kesadaran akan kekeluargaan dan kebersamaan,
akan mendorong timbulnya solusi yangadil dari “peertengkaran” tersebut.
- Saling menguntungkan
Solusi yang adil terutama
dikaitkan dengan adanya keuntungan yang didapat oleh semua pihak yang
terlibat. PHBS dan kegiatan-kegiatan kesehatan dengan demikian harus
dapat dirumuskan keuntungan-keuntungannya (baik langsung maupun tidak
langsung) bagi semua pihak yang terkait. Termasuk keuntungan ekonomis,
bial mungkin.
- KONSEP LANSIA
- PENGERTIAN
Definisi secara umum,
seseorang dikatakan lanjut usia (lansia) apabila usianya 65 tahun ke
atas (Setianto, 2004). Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan
tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan
kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan (Pudjiastuti,
2003).
- BATASAN UMUR LANSIA
Menurut Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab 1 pasal 1 Ayat 2 yang berbunyi “Lanjut
Usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas”.
Menurut World Health Organization (WHO)
- Usia pertengahan (middle age) : 45-59 tahun
- Lanjut usia (elderly) : 60-74 tahun
- Lanjut usia tua (old) : 75-90 tahun
- Usia sangat tua (very old) : di atas 90 tahun
- PERUBAHAN KOGNITIF PADA LANSIA
- Perubahan fisik
- Sel
Pada lansia,
jumlah selnya akan lebih sedikit dan ukurannya akan lebih besar. Cairan
tubuh dan cairan intraseluler akan berkurang. Proporsi protein di otak,
otot, ginjal, darah, dan hati juga ikut berkurang. Jumlah sel otak akan
menurun, mekanisme perbaikan sel akan terganggu, dan otak menjadi
atrofi.
- System persarafan
Hubungan
persarafan cepat menurun, lambat dalam merespons baik dari gerakan
maupun jarak waktu, khususnya dengan stress, mengecilnya saraf panca
indra, serta menjadi kurang sensitive terhadap sentuhan.
- System pendengaran
Gangguan
pada pendengaran, membrane timpani mengalami atrofi, terjadi
pengumpulan dan pengerasan serumen karena peningkatan keratin,
pendengaran menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa atau
stress.
- System penglihatan
Timbul sclerosis
pada sfingter pupil dan hilangnya renpons terhadap sinar, kornea lebih
berbentuk seperti bola, lensa lebih suram (keruh) dapat menyebabkan
katarak, meningkatkannya ambang, pengamatan sinar dan daya adaptasi
terhadap kegelapan menjadi lebih lambat dan sulit untuk melihat dalam
keadaan gelap, hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang pandang, dan
menurunnya daya untuk membedakan antara warna biru dengan hijau pada
skala pemeriksaan.
- System kardiovaskular
Elastisitas dinding
aorta menurun, katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan
jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah umur 20 tahun, hal
ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya. Kehilangan
elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer
untuk oksigenasi, sering terjadi postural hipotensi, tekanan darah
meningkat diakibatkan oleh meningkatnya sesistensi dari pembuluh darah
perifer.
- System pengaturan suhu tubuh
Suhu tubuh menurun
(hipotermia), hal ini diakibatkan oleh metabolism yang menurun,
keterbatasan reflex menggigil, dan tidak dapat memproduksi panas yang
banyak sehingga terjadi rendahnya aktivitas otot.
- System pernapasan
Otot-otot
pernapasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, menurunnya aktivitas
dari silia, paru-paru kehilangan elastisitas sehingga kapasitas residu
meningkat, menarik napas berat, kapasitas pernapasan maksimum menurun,
dan kedalaman bernapas menurun. Ukuran alveoli melebar dari normal dan
jumlahnya berkurang, oksigen pada arteri menurun. Kemampuan untuk batuk
berkurang, dan penurunan kekuatan otot pernapasan.
- System gartrointestinal
Kehilangan gigi, indra
pengecap mengalami penurunan, esofagu melebar, sensitivitas akan rasa
lapar menurun, produksi asam lambung dan waktu pengososngan lambung
menurun, peristaltic lemah dan biasanya timbul konstipasi, fungsi
absorbs menurun, hati semakin mengecil dan menurunnya tempat
penyimpanan, serta berkurangnya suplai aliran darah.
- System genitourinaria
Ginjal mengecil dan
nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal menurun. Fungsi tubulus
berkurang, BUN meningkat, Otot-otot kandung kemih melemah, kapasitasnya
menurun, menyebabkan frekuensi buang air kecil meningkat, kandung kemih
sulit dikosongkan sehingga meningkatkan retensi urine.
- System endokrin
Menurunnya produksi ACTH,
TSH, FSH, dan LH, aktifitas tiroid, basal metabolic rate (BMR), daya
pertukaran gas, produksi aldosterone, serta sekresi hormone kelamin
seperti progesterone, estrogen, dan testosterone.
- System integument
Kulit menjadi keriput
akibat kehilangan jaringan lemak, permukaan kulit kasar dan bersisik,
menurunnya respons terhadap trauma, mekanisme proteksi kulit menurun,
kulit kepala dan rambut menipis serta berwarna kelabu, rambut dalam
hidung dan telinga menebal, berkurangnya elastisitas akibat menurunnya
cairan dan vaskularisasi, pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari
menjadi keras dan rapuh, kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti
tanduk, kelenjar keringat berkurang jumlahnya dan fungsinya, kuku
menjadi pudar dan kurang bercahaya.
- System musculoskeletal
Tulang kehilangan
kepadatannya dan semakin rapuh, kifosis, persendian membesar dan
menjadi kaku, tendon mengerut dan mengalami sclerosis, atrofi serabut
otot sehingga gerak seseorang menjadi lambat, otot-otot kram dan menjadi
tremor.
- Perubahan mental
Faktor-faktor yang
mempengaruhi perubahan mental adalah perubahan fisik, kesehatan umum,
tingkat pendidikan, keturunan, lingkungan, tingkat kecerdasan, dan
kenangan.
- Perubahan psikososial
Perubahan psikososial terjadi terutama setelah seseorang mengalami pension berikut ini adalah hal-hal yang akan terjadi pada masa pension:
- Kehilangan sumber finansial atau pemasukan berkurang
- Kehilangan status karena dulu mempunyai jabatan posisi yang cukup tinggi, lengkap dengan segala fasilitanya
- Kehilangan teman atau relasi
- Kehilangan pekerjaan atau kegiatan
- Merasakan atau kesadaran akan kematian.
- MASALAH KESEHATAN YANG TERJADI PADA LANSIA
Masalah kesehatan yang sering
terjadi pada lansia berbeda dari orang dewasa, yang menurut Kane dan
Ouslander sering disebut dengan istilah 14 I, yaitu immobility (kurang
bergerak), instability (berdiri dan berjalan tidak stabil atau mudah
jatuh), incontinence (beser buang air kecil dan atau buang air besar),
intellectual impairment (gangguan intelektual/dementia), infection
(infeksi), impairment of vision and hearing, taste, smell,
communication, convalescence, skin integrity (gangguan pancaindera,
komunikasi, penyembuhan, dan kulit), impaction (sulit buang air besar),
isolation (depresi), inanition (kurang gizi), impecunity (tidak punya
uang), iatrogenesis (menderita penyakit akibat obat-obatan), insomnia
(gangguan tidur), immune deficiency (daya tahan tubuh yang menurun),
impotence (impotensi). Masalah kesehatan utama tersebut di atas yang
sering terjadi pada lansia perlu dikenal dan dimengerti oleh siapa saja
yang banyak berhubungan dengan perawatan lansia agar dapat memberikan
perawatan untuk mencapai derajat kesehatan yang seoptimal mungkin.
- MASALAH GIZI PADA LANSIA
- Gizi berlebih. Gizi berlebih pada lansia banyak terjadi di negara-negara barat dan kota-kota besar. Kebiasaan makan banyak pada waktu muda menyebabkan berat badan berlebih, apalai pada lansia penggunaan kalori berkurang karena berkurangnya aktivitas fisik. Kebiasaan makan itu sulit untuk diubah walaupun disadari untuk mengurangi makan. Kegemukan merupakan salah satu pencetus berbagai penyakit, misalnya : penyakit jantung, kencing manis, dan darah tinggi.
- Gizi kurang. Gizi kurang sering disebabkan oleh masalah-masalah social ekonomi dan juga karena gangguan penyakit. Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang dibutuhkan menyebabkan berat badan kurang dari normal. Apabila hal ini disertai dengan kekurangan protein menyebabkan kerusakan-kerusakan sel yang tidak dapat diperbaiki, akibatnya rambut rontok, daya tahan terhadap penyakit menurun, kemungkinan akan mudah terkena infeksi.
- Kekurangan vitamin Bila konsumsi buah dan sayuran dalam makanan kurang dan ditambah dengan kekurangan protein dalam makanan akibatnya nafsu makan berkurang, penglihatan menurun, kulit kering, penampilan menjadi lesu dan tidak bersemangat.
- UPAYA PENINGKATAN KESEHATAN LANSIA
Kesehatan
merupakan faktor yang penting untuk menjadikan penuaan yang positif.
Oleh karenanya, menyiapkan petugas kesehatan dan masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan kelompok lansia seperti: pelatihan perawatan lansia;
mencegah dan mengelola penyakit kronis dan penyakit tidak menular,
merancang kebijakan pengaturan perawatan jangka panjang dan paliatif
yang berkelanjutan bagi lansia dan mengembangkan pelayanan ramah -lansia
menjadi sangat penting. (Kemenkes RI, 2012)
Kebutuhan
pelayanan kesehatan, lingkungan dan fasilitas umum yang ramah lansia
harus menjadi agenda prioritas pembangunan (Kemenkes RI, 2012).
Kebijakan kesehatan dan perilaku lansia untuk tetap sehat dan produktif, yaitu :
- Promosikan kesehatan dalam setiap siklus kehidupan
- Ciptakan lingkungan ramah lansia yang mendorong kesehatan dan partisipasi aktif lansia
- Sediakan layanan kesehatan yang ramah lansia
- Tingkatkan peran serta lansia dalam pembuatan kebijakan publik ramah lansia
- Pertimbangkan pandangan lansia dalam setiap pengambilan keputusan dalam pembangunan di setiap tingkatan.
- Sadari nilai kearifan lansia dan bantu mereka berpartisipasi dalam keluarga dan masyarakat
- KONSEP BRAINSTORMING
- DEFINISI
Brainstorming adalah suatu
strategi atau metode pemecahan masalah kreatif yang diluncurkan oleh
Alex F. Osborn pada tahun 1953. Metode yang menitikberatkan pada
pengungkapan pendapat ini bermula dengan keinginan Osborn untuk
mendorong karyawannya supaya dapat berpikir kreatif mencari solusi dari
permasalahan yang ada pada perusahaannya dengan cara berdiskusi dimana
setiap karyawannya bebas mengungkapkan pendapat. Pada waktu itu, setelah
iklan dari agen periklanan yang dipimpin Osborn dapat disukseskan, ia
berencana untuk menciptakan iklan baru yang lebih nyata. Dalam
memutuskan strategi, ia memilih cara yang berbeda dengan meminta semua
karyawannya untuk menyampaikan gagasannya yang dimiliki oleh mereka
untuk kemudian didiskusikan hingga didapatkan keputusan yang terbaik.
Osborn menampung semua gagasan dan mendiskusikannya dengan menggunakan
metode brainstorming. Lebih lanjut, gagasan ini memiliki dasar bahwa
pendapat yang ada dikumpulkan tanpa mempedulikan pendapat tersebut
muncul dari siapa yang mengeluarkan pendapat (Dahlan, 2006:11).
Brainstorming
adalah praktek teknik konfrensi dimana sebuah kelompok berupaya mencari
solusi atas masalah tertentu dengan menghimpun semua ide yang disumbangkan
oleh para anggotanya secara spontan. Brainstorming dikenal sebagai
sebuah teknik untuk mendapatkan ide-ide kreatif sebanyak-benyaknya dalam
kelompok guna mencari solusi dari sebuah permasalahan.
Brainstorming adalah semacam cara pemecahan masalah yang anggotanya mengusulkan dengan cepat semua kemungkinan pemecahan
yang terpikirkan. Tidak ada kritik. Hatimah (2003:32) menyebutkan bahwa
“curah pendapat atau branstorming merupakan suatu cara untuk menghimpun
gagasan atau pendapat dari setiap warga belajar tentang suatu
permasalahan.
- MODEL BRAINSTORMING
- Verbal brainstorming : Saling bertukar pikiran dalam suatu grup yang dilakukan secara verbal dengan tatap muka dan pertemuan langsung.
- Nominal brainstorming : Mengeluarkan ide secara terpisah, tidak saling berinraksi dengan menuliskan idenya di kertas atau komputer.
- Electronic brainstorming : Saling bertukar pikiran dalam suatu grup secara elektronik dengan menggunakan tools seperti Group Support System.
- TUJUAN dan MANFAAT
- Mengidentifikasi masalah.
- Mencari sebab-sebab yang mengakibatkan terjadinya masalah.
- Menentukan alternatif pemecahan masalah.
- Mengimplementasikan pemecahan masalah.
- Merencanakan langkah-langkah dalam melaksanakan suatu aktivitas.
- Mengambil keputusan ketika masalah terjadi.
- Melakukan perbaikan (improvements)
- SYARAT-SYARAT
- Pada permulaan pemimpin kelompok memancing dengan satu masalah dan kemudian tiap peserta memberikan jawaban atau tanggapan (curah pendapat).
- Tanggapan atau jawaban-jawaban tersebut ditampung dan ditulis dalam flipchart atau papan tulis.
- Sebelum semua peserta mencurahkan pendapatnya, tidak boleh dikomentari oleh siapa pun.
- setelah semua anggota dikeluarkan pendapatnya, tiap anggota dapat mengomentari, dan akhirnya terjadi diskusi.
- LANGKAH-LANGKAH
- Pemberian informasi dan motivasi
Fasilitator menjelasakan masalah yang dihadapi beserta latar belakangnya dan mengajak peserta untuk menyumbangkan pemikirannya
- Identifikasi
Peserta diundang untuk memberikan sumbang saran pemikiran sebanyak-banyaknya. Semua saran ditampung.
- Klasifikasi
Semua saran
dan masukan peserta ditulis. Langkah selanjutnya mengklasifikasikan
berdasarkan criteria yang dibuat dan disepakati oleh kelompok.
Klasifikasi bisa berdasarakan struktur/ faktor-faktor lain.
- Verifikasi
Kelompok secara bersama melihat kembali sumbang saran yang telah diklasifikasikan. Setiap sumban saran diuji relevansinya
dengan permasalahan. Apabila terdapat sumbang saran yang sama diambil
salah satunya dan sumbang saran yang tidak relevan bisa dicoret. Kepada
pemberi sumbang saran bisa diminta argumentasinya.
- Konklusi (Penyepakatan)
Fasilitator/pimpinan kelompok
beserta peserta lain mencoba menyimpulkan butir-butir alternative
pemecahan masalah yang disetujui. Setelah semua puas, maka diambil
kesepakatan terakhir cara pemecahan masalah yang dianggap paling tepat.
- KEUNGGULAN TEKNIK BRAINSTORMING
Roestiyah (1985:74) mengungkapkan bebereapa kelebihan metode brainstorming, sebagai berikut:
- Brainstorming membangkitkan pendapat baru
- Merangsang semua anggota untuk ambil bagian
- Menghasilkan “reaksi santai” dalam pendapat
- Tidak menyita banyak waktu
- Dapat dipakai pada kelompok besar maupun kelompok kecil
- Tidak memerlukan pemimpin yang terlalu hebat
- Hanya menggunakan sedikit peralatan yang diperlukan.
- Terjadi persaingan yang sehat
- Suasana demokrasi dan disiplin dapat ditumbuhkan
- Melatih berpikir secara cepat dan tersusun logis.
- KELEMAHAN TEKNIK BRAINSTORMING
Berikut kelemahan-kelemahan metode brainstorm yang dikemukakan oleh (Sudjana, 2001:88) adalah sebagai berikut:
- Brainstorming mudah terlepas dari control
- Brainstorming harus dilanjutkan dengan evaluasi, jika diharapkan efektif
- Brainstorming mungkin sulit membuat anggota mengetahui bahwa segala pendapat dapat diterima
- Brainstorming anggota cenderung untuk mengadakan evaluasi segera setelah satu pendapat diajukan.
- Memerlukan evaluasi lanjutan untuk menentukan prioritas pendapat yang disampaikan
- Cenderung beranggapan bahwa semua pendapatnya diterima.
DAFTAR PUSTAKA
Ganong, William F. (2000). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 17. Jakarta: EGC
Guyton dan Hall. (1996). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 15. Jakarta: EGC
Helmi, Zairin Helmi. 2011. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Cetakan kedua. Jakarta : Salemba Medika.
Rasjad, Chairuddin. 2007. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Edisi 3. Cetakan kelima. Jakarta : Yarsif Watampone.
Smeltzer, Suzanne C. & Bare, Brenda G., (2004). Brunner & Suddarth’s Textbook of Medical Surgical Nursing 10th edition. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins
0 comments:
Post a Comment
Mari kita budayakan berkomentar yang baik dan santun ya sobat.