السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ ...... Selamat datang di BLOG RIO CRISTIANTO. Dukung Blog ini dengan like fanspage "Rio Cristianto". Thank you, Happy Learning... ^_^

Sunday, 8 January 2017

Bukankah hanya Minuman Hangat?

BUKANKAH HANYA MINUMAN HANGAT?
*Farie Mahdalena



Rina: “Sis, kenapa tidak kamu lupakan saja lelaki sok-sok an itu?”

Siska: “Dia baik kok, kamu gak tahu”

Rina: “Semua orang punya sisi baik, tapi dia dimana baiknya?”

Siska: “Ada, pasti nanti kamu tahu” (celingak celinguk sambil melayani pelanggan yg sudah memesan ronde)
Warungnya kian sepi saja, karena ronde buatan siska tidak terlalu enak. Orang yg membeli hanya mungkin orang yg kebetulan lewat dan belum pernah membeli di warungnya. Kala itu, Rina, sahabatnya sudah pulang dari Mall tempat ia bekerja sebagai penjaga toko.

Meskipun begitu, niat Jaka untuk selalu membeli di warung siska tak pernah surut. Jaka seorang staff di kontraktor yang juga sebagai kuli bangunan di dalamnya, tidak pernah berhenti meluangkan waktu satu kali sebulan untuk mendatangi Warung Minuman Barokah, yang menyediakan Ronde dan Angsle (dulu, tapi karena angsle semakin berkurang peminatnya, maka kini tinggal ronde saja yang dijual oleh Siska).

Siska, sang pujaan hati seorang Jaka alias Joko Sariro yang sangat pendiam dan penuh makna. Ia tak pernah mengungkapkan apapun kepada Siska, tapi hatinya begitu berdegup kencang saat duduk menikmati ronde di warung Siska. Setiap kali Jaka memesan ronde di warungnya, Jaka selalu menghabiskan ronde itu dengan penuh semangat, melambangkan begitu dalamnya ia menyimpan perasaan pada Siska. Jaka menikmati ronde itu setetes demi setetes sampai tak tersisa sedikitpun sebelum ia beranjak dari tempat duduknya.

Suatu hari sebelum Jaka pulang ke kampungnya, tak didapati seorang Siska di dalam warung favorit yg selalu ia kunjungi pada waktu hari libur satu-satunya yg dia dapatkan hanya 3 hari dalam sebulan. Hanya Rina, sahabat Siska yang beberapa kali ia lihat pernah menemani Siska berjualan.

Hati Jaka pun runtuh, ia lalu duduk dipinggiran jalan, seakan ia tak ingin lagi pulang ke kampung halamannya yg hanya berjarak kurang lebih 150KM saja dari tempatnya bekerja, tapi Jaka selalu menyempatkan untuk pulang. Hatinya terus berbicara, kemanakah sang pujaan hatinya. “Kemanakah dia yg selama ini ingin selalu ku pandangi wajahnya? Aku merindukanmu, sungguh, hari ini aku ingin berkenalan denganmu, tapi apa daya sudah 6 jam aku mondar mandir di sekitar warung biru mu tapi kau yak juga tampak”

Namun niat Jaka tak surut juga, dengan perasaan hancurnya dia membeli saja Ronde itu walau dia tak menemukan wajah sang pujaan. Sambil dinikmatinya, dia merasa banyak yang kurang dari rasa Ronde itu, tidak ada bedanya dengan yang di jalan-jalan. Dia menyadari, bahwa cinta mengubah segalanya, yang pahit jadi asin, yang asin jadi asam, yang asam jadi hambar, dan seterusnya.






0 comments:

Post a Comment

Mari kita budayakan berkomentar yang baik dan santun ya sobat.