Rina: “Sis, kenapa tidak kamu lupakan saja lelaki sok-sok an itu?”
Siska: “Dia baik kok, kamu gak tahu”
Rina: “Semua orang punya sisi baik, tapi dia dimana baiknya?”
Siska: “Ada, pasti nanti kamu tahu” (celingak celinguk sambil melayani pelanggan yg sudah memesan ronde)
Warungnya
kian sepi saja, karena ronde buatan siska tidak terlalu enak. Orang yg
membeli hanya mungkin orang yg kebetulan lewat dan belum pernah membeli
di warungnya. Kala itu, Rina, sahabatnya sudah pulang dari Mall tempat
ia bekerja sebagai penjaga toko.
Meskipun
begitu, niat Jaka untuk selalu membeli di warung siska tak pernah
surut. Jaka seorang staff di kontraktor yang juga sebagai kuli bangunan
di dalamnya, tidak pernah berhenti meluangkan waktu satu kali sebulan
untuk mendatangi Warung Minuman Barokah, yang menyediakan Ronde dan
Angsle (dulu, tapi karena angsle semakin berkurang peminatnya, maka kini
tinggal ronde saja yang dijual oleh Siska).
Siska,
sang pujaan hati seorang Jaka alias Joko Sariro yang sangat pendiam dan
penuh makna. Ia tak pernah mengungkapkan apapun kepada Siska, tapi
hatinya begitu berdegup kencang saat duduk menikmati ronde di warung
Siska. Setiap kali Jaka memesan ronde di warungnya, Jaka selalu
menghabiskan ronde itu dengan penuh semangat, melambangkan begitu
dalamnya ia menyimpan perasaan pada Siska. Jaka menikmati ronde itu
setetes demi setetes sampai tak tersisa sedikitpun sebelum ia beranjak
dari tempat duduknya.
Suatu
hari sebelum Jaka pulang ke kampungnya, tak didapati seorang Siska di
dalam warung favorit yg selalu ia kunjungi pada waktu hari libur
satu-satunya yg dia dapatkan hanya 3 hari dalam sebulan. Hanya Rina,
sahabat Siska yang beberapa kali ia lihat pernah menemani Siska
berjualan.
Hati Jaka pun
runtuh, ia lalu duduk dipinggiran jalan, seakan ia tak ingin lagi pulang
ke kampung halamannya yg hanya berjarak kurang lebih 150KM saja dari
tempatnya bekerja, tapi Jaka selalu menyempatkan untuk pulang. Hatinya
terus berbicara, kemanakah sang pujaan hatinya. “Kemanakah dia yg selama
ini ingin selalu ku pandangi wajahnya? Aku merindukanmu, sungguh, hari
ini aku ingin berkenalan denganmu, tapi apa daya sudah 6 jam aku mondar
mandir di sekitar warung biru mu tapi kau yak juga tampak”
Namun
niat Jaka tak surut juga, dengan perasaan hancurnya dia membeli saja
Ronde itu walau dia tak menemukan wajah sang pujaan. Sambil
dinikmatinya, dia merasa banyak yang kurang dari rasa Ronde itu, tidak
ada bedanya dengan yang di jalan-jalan. Dia menyadari, bahwa cinta
mengubah segalanya, yang pahit jadi asin, yang asin jadi asam, yang asam
jadi hambar, dan seterusnya.
0 comments:
Post a Comment
Mari kita budayakan berkomentar yang baik dan santun ya sobat.