BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Fisiologi Sistem Bilier
Sistem
bilier terdiri dari organ-organ dan saluran (saluran empedu, kandung
empedu, dan struktur terkait) yang terlibat dalam produksi dan
transportasi empedu.berikutini urutan transportasi empedu:
- Ketika
sel-sel hati mengeluarkan empedu, dikumpulkan oleh sistem saluran yang
mengalir dari hati melalui saluran hati kanan dan kiri.
- Saluran ini akhirnya mengalir ke saluran hepatik umum.
- Duktus
hepatika kemudian bergabung dengan duktus sistikus dari kandung empedu
untuk membentuk saluran empedu umum, yang berlangsung dari hati ke
duodenum (bagian pertama dari usus kecil).
- Sekitar
50% dari empedu yang dihasilkan oleh hati yang pertama disimpan di
kantong empedu, organ berbentuk buah pir yang terletak tepat di bawah
hati.
- Ketika makanan dikonsumsi, kontrak kandung empedu dan rilis disimpan empedu ke duodenum untuk membantu memecah lemak.
Fungsi utama sistem bilier yang meliputi:
- untuk mengeringkan produk limbah dari hati ke duodenum
- untuk membantu dalam pencernaan dengan pelepasan terkontrol empedu
Empedu
merupakan cairan kehijauan-kuning (terdiri dari produk-produk limbah,
kolesterol, dan garam empedu) yang disekresikan oleh sel-sel hati untuk
melakukan dua fungsi utama, termasuk yang berikut:
- untuk membawa pergi limbah
- untuk memecah lemak selama pencernaan
Garam
empedu adalah komponen aktual yang membantu memecah dan menyerap lemak.
Empedu, yang dikeluarkan dari tubuh dalam bentuk kotoran, adalah apa
yang memberikan kotoran warna gelapnya coklat (Tim Ohio State
University,2011)
2.2 Definisi Atresia Billier
Atresia
billier merupakan obstruksi total aliran getah empedu yang disebabkan
oleh destruksi atau tidak adanya sebagian saluran empedu ekstrahepatik.
Keadaan ini terjadi pada 1:10.000 kelahiran hidup. Atresi billier
merupakan satu-satunya penyebab kematian karena penyakit hati pada awal
usia kanak-kanak (akibat sirosis billier yang bersifat progresif dengan
cepat) dan 50-60% anak-anak yang dirujuk untuk menjalan transplantasi
hati merupakan pasien atresia billier. (Hull, 2008).
Atresia
billier merupakan suatu penyakit yang didapat pada kehidupan
pascanatal dini akibat percabangan saluran billier yang sebelumnya paten
menjadi sklerotik. Atresia
bilier adalah suatu keadaan dimana tidak adanya lumen pada traktus
bilier ekstrahepatik yang menyebabkan hambatan aliran empedu. Atresia
bilier terjadi karena proses inflamasi yang berkepanjangan yang
menyebabkan kerusakan progresif pada duktus bilier ekstrahepatik
sehingga terjadi hambatan aliran empedu (kolestasis), akibatnya di dalam
hati dan darah terjadi penumpukan garam empedu dan peningkatan
bilirubin direk.
2.3 Klasifikasi Atresia Billier
Menurut anatomis atresia billier ada 3 tipe:
- Tipe I Atresia sebagian atau totalis yang disebut duktus hepatikus komunis, segmen proksimal paten
- Tipe IIa Obliterasi duktus hepatikus komunis (duktus billiaris komunis, duktus sistikus, dan kandung empedu semuanya)
- Tipe IIb Obliterasi duktus bilierkomunis, duktus hepatikus komunis, duktus sistikus, kandung empedu normal
- Tipe III Obliterasi pada semua system duktus billier ekstrahepatik sampai ke hilus
Tipe
I dan II merupakan jenis atresia yang dapat di operasi (correctable)
sedangkan tipe III adalah bentuk atresia yang tidak dapat di operasi
(non correctable), bila telah terjadi sirosis maka dilakukan
transpalantasi hati.
2.4 Etiologi
Etiologi
atresia bilier masih belum diketahui dengan pasti. Sebagian ahli
menyatakan bahwa faktor genetik ikut berperan, yang dikaitkan dengan
adanya kelainan kromosom trisomi 17, 18 dan 21; serta terdapatnya
anomali organ pada 30% kasus atresia bilier. Namun, sebagian besar
penulis berpendapat bahwa atresia bilier adalah akibat proses inflamasi
yang merusak duktus bilier, bisa karena infeksi atau iskemi.
Beberapa
anak, terutama mereka dengan bentuk janin atresia bilier, seringkali
memiliki cacat lahir lainnya di jantung, limpa, atau usus.Sebuah fakta
penting adalah bahwa atresia bilier bukan merupakan penyakit
keturunan.Kasus dari atresia bilier pernah terjadi pada bayi kembar
identik, dimana hanya 1 anak yang menderita penyakit tersebut.Atresia
bilier kemungkinan besar disebabkan oleh sebuah peristiwa yang terjadi
selama hidup janin atau sekitar saat kelahiran. Kemungkinan yang
"memicu" dapat mencakup satu atau kombinasi dari faktor-faktor
predisposisi berikut(Richard, 2009) :
- Infeksi virus atau bakteri
- Masalah dengan sistem kekebalan tubuh
- Komponen yang abnormal empedu
- Kesalahan dalam pengembangan saluran hati dan empedu
- Hepatocelluler dysfunction
2.5 Manifestasi Klinis Atresia Billier
- Ikterus
timbul sejak lahir, tetapi dapat tidak nyata sampai beberapa minggu
pertama. Urin menjadi gelap dan tinja akolik. Abdomen secara bertahap
menjadi terdistensi oleh hepar yang membesar atau asites. Akhirnya,
limpa juga membesar. Ikterus karena peninggian bilirubin direk. Ikterus
yang fisiologis sering disertai dengan peninggian bilirubin yang
konyugasi. Dan harus diingat peninggian bilirubin yang tidak konyugasi
jarang sampai 2 minggu.
- Kolestasis
neonatal terlihat pada bayi dengan berat lahir normal dan meningkat
pascanatal. Jika tidak diatasi (dengan transplantasi hati) kematian
terjadi dalam waktu 2 tahun sejak bayi dilahirkan.
- Bayi-bayi dengan Atresia bilier biasanya lahir dengan berat badan yang normal dan perkembangannya baik pada minggu pertama.
- Hepatomegali akan terlihat lebih awal.
- Splenomegali
sering terjadi, dan biasanya berhubungan dengan progresivitas penyakit
menjadi Cirrhosis hepatis dan hipertensi portal.
- Pasien dengan bentuk fetal /neonatal (sindrom polisplenia/asplenia) pertengahan liver bisa teraba pada epigastrium.
- Adanya murmur jantung pertanda adanya kombinasi dengan kelainan jantung.
- Urin
gelap yang disebabkan oleh penumpukan bilirubin (produk pemecahan dari
hemoglobin) dalam darah. Bilirubin kemudian disaring oleh ginjal dan
dibuang dalam urin.
- Tinja berwarna
pucat, karena tidak ada empedu atau pewarnaan bilirubin yang masuk ke
dalam usus untuk mewarnai feses. Juga, perut dapat menjadi bengkak
akibat pembesaran hati.
- Penurunan berat badan, berkembang ketika tingkat ikterus meningkat
- Degenerasi
secara gradual pada liver menyebabkan jaundice, ikterus, dan
hepatomegali, Saluran intestine tidak bisa menyerap lemak dan lemak yang
larut dalam air sehingga menyebabkan kondisi malnutrisi, defisiensi
lemak larut dalam air serta gagal tumbuh.
Pada saat usia bayi mencapai 2-3 bulan, akan timbul gejala berikut:
- Gangguan pertumbuhan yang mengakibatkan gagal tumbuh dan malnutrisi.
- Gatal-gatal
- Rewel
2.6 Patofisiologi Atresia Billier
Atresia
bilier terjadi karena proses inflamasi berkepanjangan yang menyebabkan
kerusakan progresif pada duktus bilier ekstrahepatik sehingga
menyebabkan hambatan aliran empedu, dan tidak adanya atau kecilnya lumen
pada sebagian atau keseluruhan traktus bilier ekstrahepatik juga
menyebabkan obstruksi aliran empedu.
Obstruksi
saluran bilier ekstrahepatik akan menimbulkan hiperbilirubinemia
terkonjugasi yang disertai bilirubinuria. Obstruksi saluran bilier
ekstrahepatik dapat total maupun parsial. Obstruksi total dapat disertai
tinja yang alkoholik. Penyebab tersering obstruksi bilier ekstrahepatik
adalah : sumbatan batu empedu pada ujung bawah ductus koledokus,
karsinoma kaput pancreas, karsinoma ampula vateri, striktura pasca
peradangan atau operasi.
Obstruksi
pada saluran empedu ekstrahepatik menyebabkan obstruksi aliran normal
empedu dari hati ke kantong empedu dan usus. Akhirnya terbentuk sumbatan
dan menyebabkan cairan empedu balik ke hati ini akan menyebabkan
peradangan, edema, degenerasi hati. Dan apabila asam empedu tertumpuk
dapat merusak hati.Bahkan hati menjadi fibrosis dan cirrhosis. Kemudian
terjadi pembesaran hati yang menekan vena portal sehingga mengalami
hipertensi portal yang akan mengakibatkan gagal hati.
Jika
cairan empedu tersebar ke dalam darah dan kulit, akan menyebabkan rasa
gatal. Bilirubin yang tertahan dalam hati juga akan dikeluarkan ke
dalam aliran darah, yang dapat mewarnai kulit dan bagian putih mata
sehingga berwarna kuning.
Degerasi
secara gradual pada hati menyebabkan joundice, ikterik dan
hepatomegaly.Karena tidak ada aliran empedu dari hati ke dalam usus,
lemak dan vitamin larut lemak tidak dapat diabsorbsi, kekurangan vitamin
larut lemak yaitu vitamin A, D,E,K dan gagal tumbuh.
Vitamin
A, D, E, K larut dalam lemak sehingga memerlukan lemak agar dapat
diserap oleh tubuh. Kelebihan vitamin-vitamin tersebut akan disimpan
dalam hati dan lemak didalam tubuh, kemudian digunakan saat diperlukan.
Tetapi mengkonsumsi berlebihan vitamin yang larut dalam lemak dapat
membuat anda keracunan sehingga menyebabkan efek samping seperti mual,
muntah, dan masalah hati dan jantung.
Patofisiologi
dari Atresia biliaris masih sulit dimengerti, penelitian terakhir
dikatakan kelainan kongenital dari sistim biliris. Masalah ontogenesis
hepatobilier dicurigai dengan bentuk atresia bilier yang berhubungan
dengan kelainan kongenital yang lain. Walaupun yang banyak pada tipe
neonatal dengan tanda khas inflamasi yang progresif, dengan dugaan
infeksi atau toksik agen yang menyebabkan obliterasi duktus biliaris.
Pada
tipe III : yang sering terjadi adalah fibrosis yang menyebabkan
obliterasi yang komplit sebagian sistim biliaris ekstra hepatal. Duktus
biliaris intra hepatal yang menuju porta hepatis biasanya pada minggu
pertama kehidupan tampak paten tetapi mungkin dapat terjadi kerusakan
yang progresif.Adanya toksin didalam saluran empedu menyebabkan
kerusakan saluran empedu extrahepatis. Identifikasi
dari aktivitas dari inflamasi dan kerusakan Atresia sistim bilier
ekstrahepatal tampaknya merupakan lesi yang didapat.
Walaupun
tidak dapat didentifikasi faktor penyebab secara khusus tetapi infeksi
merupakan faktor penyebab terutama isolasi dari atresia bentuk
neonatal.Banyak penelitian yang menyatakan peninggian titer antibodi
reovirus tipe 3 pada penderita atresia biliaris dibandingkan dengan yang
normal. Virus yang lain yang sudah diimplikasi termasuk rotavirus dan Cytomegali Virus(CMV)
2.7 WOC (terlampir)
2.8 Pemeriksaan Diagnostik
a)Laboratorium: Pemeriksaan darah ,urine dan feses untuk menilai fungsi hati dengan peninggian bilirubin
b)
Biopsi liver : Dengan jarum yang khusus dapat diambil bagian liver yang
tipis dan dibawah mikroskop dapat dinilai obstruksi dari sistim bilier.
c) Imejing
1) USG
- Hati
dapat membesar atau normal dengan struktur parenhim yang inhomogen dan
ekogenitas yang tinggi tertama daerah periportal akibat fibrosis
- Nodul-nodul cirrhosis hepatis
- Tidak terlihat vena porta perifer karena fibrosis
- Tidak terlihat pelebaran duktus biliaris intra hepatal
- Triangular cord didaerah porta hepatis: daerah triangular atau tubular ekogenik lebih spesifik untuk atresia bilier extra hepatal
- Kandung
empedu tidak ada atau mengecil dengan panjang <1.5 cm . Kandung
empedu biasanya lebih kecil dari 1,9 cm,dinding yang tipis atau tidak
terlihat ,ireguler dengan kontur yang lobuler(gall bladder ghost triad), kalau ada gambaran ini dikatakan sensitivitas 97 % dan spesifisitas 100%.
- Gambaran kandung empedu yang normal (panjang >1,5 cm dan lebar >4 cm ) dapat terlihat sekitar 10 % kasus.
- Tanda hipertensi portal dengan terlihatnya peningkatan ekogenitas daerah periportal.
- kemungkinan dengan kelainan kongenital lain seperti: Situs inversus, Polisplenia
2) Skintigrafi : HIDA scan
Radiofarmaka
(99m TC )- labeled iminodiasetic acid derivated sesudah 5 hari dari
intake phenobarbital , ditangkap oleh hepar tapi tidak dapat keluar
kedalam usus ,karena tidak dapat meliwati sistim bilier yang rusak.Tes
ini sensitif untuk atresia bilier (100%)tapi kurang spesifik (60 %) .
Pada keadaan Cirrhosis penangkapan pada hepar sangat kurang
3) Kholangiografi
- Intra
operatif atau perkutaneus kholangiografi melalui kandung empedu yang
terlihat : Gambaran atresia bilier bervariasi dan pengukuran dari hilus
hepar jika atresia dikoreksi secara pembedahan dengan menganastomosis
duktus biliaris yang intake
- Endoscopic
retrograde cholangiopancreatography (ERCP) dengan menyuntik senyawa
penontras dapat dilihat langsung keadaan duktus biliaris ekstra hepatal
seperti obstruksi duktus kholedokus dan dapat melihat distal duktus
biliaris ekstra hepatal distal dari duktus hepatikus komunis, serta
dapat melihat kebocoran dari sistim bilier ekstra hepatal daerah porta
hepatisMRI
- MRI
- MRCP : dapat melihat dengan jelas duktus biliaris ekstrahepata untuk menentukan ada tidaknya atresia billier
- Peninggian sinyal daerah periportal pada T2 weighted images
4. Intubasi duodenum
Jarang
dilakukan untuk diagnosis Atresia bilier. Nasogastrik tub diletakkan
didistal duodenum.tidak adanya bilirubin atau asam empedu ketika
diaspirasi menunjukkan kemungkinan adanya obstruksi.
2.9 Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
- Terapi medikamentosa yang bertujuan untuk
a)
Memperbaiki aliran bahan-bahan yang dihasilkan oleh hati terutama asam
empedu dengan memberikan fenobarbital 5 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis
peroral misal : luminal
b)
Melindungi hati dari zat dari zat toksik dengan memberikan asam
ursodeoksikolat 310 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis peroral misal : urdafalk
- Terapi nutrisi yang bertujuan untuk memungkinkan anak untuk bertumbuh dan berkembang seoptimal mungkin yaitu:
a)
Pemberian makanan yang mengandung middle chain triglycerides(MCT)untuk
mengatasi malabsorpsi lemak. Contoh : susu pregestinil dan pepti yunior
b) Penatalaksanaan defisiensi vitamin yang larut dalam lemak.
c)
Dan pembedahan itu untuk menghasilkan drainase getah empedu yang
efektif harus dilaksanakan dalam periode 2 hingga 3 bulan sesudah lahir
agar kerusakan hati yang progresif dapat dikurangi.
3. Terapi Bedah
Setelah
diagnosis atresia bilier ditegakkan maka segera dilakukan intervensi
bedah Portoenterostomi terhadap atresia bilier yang Correktable yaitu
tipe Idan II. Pada atresia bilier yang Non Correktable terlebih dahulu
dilakukan laparatomi eksplorasi untuk menentukan potensi duktus bilier
yang ada di daerah hilus hati dengan bantuan Frozen section. Bila masih
ada duktus bilier yang paten maka dilakukan operasi kasai. Tetapi
meskipun tidak ada duktus bilier yang paten tetap dikerjakan operasi
kasai dengan tujuan untuk menyelamatkan penderita (tujuan jangka pendek)
dan bila mungkin untuk persiapan transplantasi hati (tujuan jangka
panjang). Pembedahan itu untuk menghasilkan drainase getah empedu yang
efektif harus dilaksanakan dalam periode 2 hingga 3 bulan sesudah lahir
agar kerusakan hati yang progresif dapat dikurangi.
Operasi
- Kasai
prosedur : tujuannya untuk mengangkat daerah yang mengalami atresia dan
menyambung hepar langsung ke usus halus sehingga cairan empedu dapat
lansung keluar ke usus halus disebut juga Roux-en-Y
hepatoportojejunostomy
- Transplantasi
hati : Dilakukan pada keadaan Kasai prosedur tidak berhasil , atresia
total atau dengan komplikasi cirhosis hepatis
2.10 Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis
ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.Pada
pemeriksaan perut, hati teraba membesar.Pemeriksaan yang biasa
dilakukan:
- Pemeriksaan darah (terdapat peningkatan kadar bilirubin)
- USG perut
- Rontgen perut (tampak hati membesar)
- Kolangiogram
- Biopsi hati
- Laparotomi (biasanya dilakukan sebelum bayi berumur 2 bulan).
2.11Komplikasi Atresia Billier
Komplikasi yang dapat terjadi pada atresia biliaris adalah:
- Obstruksi
pada saluran empedu ekstrahepatik menyebabkan obstruksi aliran normal
empedu keluar hati dan kantong empedu dan usus. Akhirnya terbentuk
sumbatan dan menyebabkan empedu balik ke hati ini akan menyebabkan
peradangan, edema, degenerasi hati. Bahkan hati menjadi fibrosis dan
cirrhosis. Dan hipertensi portal sehingga akan mengakibatkan gagal hati.
- Progresif
serosis hepatis trjadi jika aliran hanya dapat dibuka sebagian oleh
prosedur pembedahan, permasalahan dengan pendarahan dan penngumpalan.
- Degerasi secara gradual pada hati menyebabkan joundice, ikterik dan hepatomegaly.
- Karena
tidak ada empedu dalam usus, lemak dan vitamin larut lemak tidak dapat
diabsorbsi, kekurangan vitamin larut lemak dan gagal tumbuh.
- Hipertensi portal
- Pendarahan yang mengancam nyawa dari pembesaran vena yang lemah di esofaguc dan perut, dapat menyebabkan Varises Esophagus.
- Asites merupakan akumulasi cairan dalam kapasitas abdomen yang disebabkan penurunan produksi albumin dalam protein plasma.
- Komplikasi
Pasca Bedah: yakni “kolangitis menaik”. Tanda-tanda kolangitis menaik
adalah : badan panas, tampak iterik, perut membuncit, leukositosis,
anemia, peningkatan LED, GOT dan GPT, serta bilirubin darah. Kolangitis
menaik dibagi 2:Kolangitis menaik dini (early ascending cholangitis).
Hal ini bias berakibat fatal bila terjadi.Kolangitis menaik lambat (late
cholangitis). Hal ini tidak bersifat fatal, tetapi hamper selalu
terjadi pada pasca operasi.Cara mencegah kolangitis menaik adalah dengan
modifikasi kimura pada tekhnik operasi Kasai I (Halimun, EM, 1983).
2.12 Prognosis
Harapan
hidup pasien yang tidak diobati adalah 18 bulan.Progresi fibrosis
hepatic sering terjadi walaupun sudah mendapat terapi bedah paliatif,
meskipun 30 – 50 % pasien mungkin tetap anikterik.Angka harapan hidup
transplantasi jangka pendek sekitar 75 %.
Menurut
Carlassone & Bensonsson (1977) menyatakan bahwa operasi atresia
biliaris tipe “noncorrectable” adalah buruk sekali sebelum adanya
operasi Kasai, tapi sampai sekarang hanya sedikit penderita yang dapat
disembuhkan. Bila pasase empedu tidak dikoreksi, 50 % anak akan
meninggal pada tahun pertama kehidupan, 25 % pada tahun ke dua, dan
sisanya pada usia 8-9 tahun. Penderita meninggal akibat kegagalan fungsi
hati dan sirosis dengan hipertensi portal (koop, 1976).
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
- Biodata : Usia bayi, jenis kelamin
- Keluhan utama : jaundice dalam 2 minggu sampai 2 bulan
- Riwayat penyakit dahulu : apakah ibu pernah terinfeksi virus seperti rubella
- Riwayat
penyakit sekarang : jaundice, tinja warna pucat, distensi abdomen,
hepatomegali, lemah, pruritus, bayi tidak mau minum, letargi
- Pemeriksaan Fisik
- BI : sesak nafas, RR meningkat
- B2: takikardi, berkeringat, kecenderungan perdarahan (kekurangan vitamin K)
- B3: gelisah atau rewel
- B4: urine warna gelap dan pekat
- B5:
distensi abdomen, kaku pada kuadran kanan, asites, feses warna pucat,
anoreksia, mual, muntah, regurgitasi berulang, berat badan menurun,
lingkar perut 52 cm
- B6: ikterik
pada sclera kulit dan membrane mukosa, kulit berkeringat dan
gatal(pruritus), oedem perifer, kerusakan kulit, otot lemah
f. Pemeriksaan Penunjang
g. Laboratorium
- Bilirubin direk dalam serum meninggi
- nilai normal bilirubin total < 12 mg/dl
- Bilirubin indirek serum meninggi karena kerusakan parenkim hati akibat bendungan empedu yang luas
- Tidak ada urobilinogen dalam urine
- Pada
bayi yang sakit berat terdapat peningkatan transaminase alkalifosfatase
(5-20 kali lipat nilai normal) serta traksi-traksi lipid (kolesterol
fosfolipid trigiliserol)
Pemeriksaan diagnostik
- USG yaitu untuk mengetahui kelainan congenital penyebab kolestasis ekstra hepatic (dapat berupa dilatasi kristik saluran empedu)
- Memasukkan
pipa lambung cairan sampai duodenum lalu cairan duodenum di aspirasi.
Jika tidak ditemukan cairan empedu dapat berarti atresia empedu terjadi
- Sintigrafi
radio kolop hepatobilier untuk mengetahui kemampuan hati memproduksi
empedu dan mengekskresikan ke saluran empedu sampai tercurah ke
duodenum. Jika tidak ditemukan empedu di duodenum, maka dapat berarti
terjadi katresia intra hepatic
- Biopsy
hati perkutan ditemukan hati berwarna coklat kehijauan dan noduler.
Kandung empedu mengecil karena kolaps. 75% penderita tidak ditemukan
lumen yang jelas
Tahap Tumbuh Kembang umur 6-9 Bulan
- Duduk (sikap tripoid-sendiri)
- Belajar berdiri, kedua kakinya menyangga sebagian berat badan
- Merangkak meraih mainan atau mendekati seseorang
- Memindahkan benda dari tangan satu ke tangan lainnya
- Memungut dua benda, masing-masing tangan pegang satu benda pada saat yang bersamaan
- Memungut benda sebesar kacang dengan cara meraup
- Bersuara tanpa arti, misalnya ,mamama, bababa, papapa
- Mencari benda/mainan yang dijatuhkan
- Bermain tepuk tangan atau ciluk ba
- Bergembira dengan melempar benda
- Makan kue sendiri
Umur 9-12 bulan
- Mengangkat badannya ke posisi berdiri
- Belajar berdiri selama 30 detik atau berpegangan di kursi
- Dapat berjalan dengan di tuntun
- Mengulurkan lengan/badan untuk meraih mainan/gambar yang diinginkan
- Menggenggam erat pensil
- Memasukkan benda ke mulut
- Mengulang menirukan bunyi yang didengar
- Menyebut 2-3 suku kata yang sama tanpa arti
- Mengeksplorasi sekitar, ingin tahu, ingin menyentuh apa saja
- Bereaksi terhadap suara perlahan/bisikan
- Senang diajak bermain “ ciluk ba”
- Mengenal anggota keluarga, takut kepada orang yang belum dikenal
Umur 12-18 bulan
- Berdiri sendiri tanpa berpegangan
- Membungkuk memungut mainan kemudian berdiri kembali
- Berjalan mundur 5 langkah
- Memanggil
ayah dengan kata “papa”, memanggil ibu dengan kata “mama”. Tergantung
mengajarinya, kalau diajari memanggilnya “ayah” ya akan dipanggil “ayah.
- Diagnosa Keperawatan
- Kekurangan volume cairan berhubungan dengan absorbsi nutrient yang buruk, mual muntah
- Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual muntah
- Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi garam empedu dalam jaringan dtandai dengan adanya pruritus
- Risiko perubahan pertumbuhan dan perkembangan (gagal tumbuh) berhubungan dengan penyakit kronis
- Risiko ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan distensi abdomen
- Intervensi Keperawatan
DX
|
Tujuan
|
Tindakan
|
Rasional
|
I | Bayi
akan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit yang ditandai
dengan pengisian kembali dengan kapiler kurang dari 3 detik, turgor
kulit baik, produksi urine 1-2ml/kgBB/jam |
- Memantau asupan dan cairan bayi perjam(cairan infuse, susu per NGT, atau jumlah ASI yang diberikan, (timbang popok)
- Periksa feses tiap hari
- Memantau lingkar perut bayi setiap hari
- Observasi tanda-tanda dehidrasi (oliguria, kuilt kering, turgor kulit buruk, ubun-ubun dan mata cekung
- Kolaborasi untuk pemeriksaan elektrolit, kadar protein total, albumin, nitrogen urea darah dan kreatinin serta darah lengkap
|
- Memungkinan evaluasi keseimbangan cairan bayi dan tindakan lebih lanjut
- Mengetahui kadar PH feces untuk menentukan absorbsi lemak dan karbohidrat bayi. (PH normal 7-7,5)
- Untuk mendeteksi asites
- Tanda dehidrasi mengindikasikan intervensi segera dalam mengatasai kekurangan cairan pada bayi
- Mengevaluasi keseimbangan dan elektrolit
|
II
III | Bayi akan menunjukkan peningkatan berat badan progresif mencapai tujuan dengan nilai laboratorium normal
Bayi akan
mempertahankan
kelembapan kulit yang ditandai dengan kulit tidak kering, tidak ada
pruritus, jaringan kulit utuh dan bebas lecet |
- Ukur masukan diet harian (MCT)
- Timbang sesuai indikasi. Bandingkan perubahan status cairan, riwatyat berat badan
- Berikan perawatan mulut sering
- Mandikan dengan air hangat sehari dua kali dan di olesi baby cream
- Pertahankan sprei kering dan bersih
- Rubah posisi tidur sesuai jadwal
- Gunting kuku jari hingga pendek, berikan sarung tangan bila memungkinkan
- Berikan obat sesuai indikasi (antihistamin)
|
1. Memberikan informasi tentang kebutuhan pemasukan/Defisiensi
2. Mungkin sulit untuk menggunakan berat badan sebagai indicator langsung status nutrisi karena ada gambaran edema/asites
3. Pasien cenderung mengalami luka/perdarahan gusi dan rasa tak enak pada mulut dimana menambah anoreksia
4. Mencegah kulit kering berlebihan dan memberikan penghilang rasa gatal
- Kelembapan meningkatkan pruritus dan resiko kerusakan kulit
- Pengubahan posisi menurunkan tekanan pada jaringan dan untuk memperbaiki sirkulasi
- Mencegah dari cidera tambahan pada kulit khususnya bila tidur
- Antihistamin dapat mengurangi rasa gatal
|
IV | Bayi akan bertumbuh dan berkembang secara normal yang ditandai dengan mencapai tahap pertumbuhan dan perkembangan yang sesuai | 1. Berikan stimulus pada bayi yang menekankan pencapaian keterampilan motorik kasar
ü 2.
Jelaskan pada orangtua bahwa bayi mereka dapat saja tidak mencapai
tahap-tahap penting perkembangan dengan kecepatan yang sama seperti pada
bayi sehat
ü 3. Sedapat mungkin lakukan intervensi secara berkelompok | ü 1.
Stimulasi bayi yang terencana membantu tahap-tahap penting dalam
perkembangan dan membantu orangtua memiliki ikatan dengan bayi
ü 2.
Dapat menghilangkan stress pada orangtua yang menghadapi masalah dan
memberikan informasi penting tentang cara-cara menstimulasi perkembangan
ü 3.
Mengelompokkan intervensi memungkinkan bayi beristirahat tanpa
gangguan, istirahat diperlukan untuk tahap tumbuh kembang bayi |
V | Bayi
akan mempertahankan pola nafas efektif, bebas dispneu dan sianosis,
dengan nilai GDA dan kapasitas vital dalam rentang normal | ü 1. Awasi frekuensi, kedalaman, dan upaya pernafasan
ü 2. Auskultasi bunyi nafas krekles, mengi dan ronchi
ü 3. Observasi perubahan tingkat kesadaran
ü 4. Berikan posisi kepala bayi lebih tinggi
Berikan tambahan O2 sesuai indikasi
ü 5. Kolaborasi untuk pemeriksaan GDA | ü 1. Pernafasan dangkal, cepat/dispneu mungkin ada hubungan hipoksia atau akumulasi cairan dalam abdomen
ü 2.
Menunjukan terjadinya komplikasi (contoh adanya bunyi tambahan
menunjukan akumulasi cairan/sekresi) meningkatkan resiko infeksi
ü 3. Perubahan mental dapat menunjukkan hipoksia dan gagal nafas
ü 4. Memudahkan pernafasan dengan menurunkan tekanan pada diagfragma
5. Untuk mencegah hipoksia
Mengetahui perubahan status pernafasan dan terjadinya komplikasi paru |
BAB 4
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS
Kasus semu
An.
Y (laki-laki) berusia 2 bulan dibawa ke Rumah Sakit dengan keluhan
mual, muntah, kulit tampak berwarna kuning, tinja berwarna dempul, BAK
berwarna seperti teh, perut membesar dan selalu rewel. Dari hasil
pemeriksaan diketahui adanya hipertensi vena porta, peningkatan kadar
bilirubin dan hasil Rontgen didapatkan adanya pembesaran hati. Kulit
teraba hangat dan tampak kuning di seluruh tubuh.Mata konjungtiva tidak
anemis, sklera ikterik.Perut tampak buncit, hepar teraba 1/3-1/3
peinggir tajam, konsistensi padat keras, permukaan rata, nyeri tekan
tidak ada.Lien teraba S1.Perkusi timpani, shifting dullness positif,
bising usus positif normal.Ekstrimitas hangat, perfusi baik, ditemukan
pitting edema. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan keadaan umum pasien tampak sakit sedang, sadar, TD 110/60
mmHg, nadi 130x/menit, RR 40x/menit, suhu tubuh 36,5oC, tinggi badan 70 cm, berat badan 5 kg.
ASUHAN KEPERAWATAN
4.1 Pengkajian Anak
Anamnesa
- Data Demografi klien :
Nama : An. Y
Usia : 2 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku / bangsa : Jawa/ Indonesia
Alamat : Surabaya
Agama :Islam
Tanggal MRS : 10 November 2014
Jam MRS : 14.00 WIB
Diagnosa : Atresia Billier
- Identitas Penanggung Jawab :
Nama : Tn. G
Umur : 39 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan/ pekerjaan : SLTA/ wiraswasta
Hubungan dengan klien : ayah klien
- Keluhan Utama
Ibu klien mengatakan anak Y mengalami mual muntah
- Riwayat Penyakit Sekarang
Mual muntah, kulit tampak berwarna kuning, tinja berwarna dempul, BAK berwarna seperti teh, perut membesar dan selalu rewel
- Riwayat Penyakit sebelumnya : -
- Riwayat Tumbuh Kembang anak :
Imunisasi
: Hepatitis B-1 diberikan waktu 12 jam setelah lahir, BCG diberikan
saat lahir, Polio oral diberikan bersamaan dengan DTP
- Status Gizi : Kekurangan gizi akibat gangguan penyerapan makanan terutama vitamin larut lemak (A,D,E,K)
- Tahap
perkembangan anak menurut teori psikososial : Klien An. Y mencari
kebutuhan dasarnya seperti kehangatan, makanan dan minuman serta
kenyamanan dari orang tua sendiri.
- Tahap
kepribadian anak menurut teori psikoseksual : Klien An Y. menujukkan
karakter awal kepribadiannya dengan mengenali siapa yang mengasuhnya.
Klien menyukai saat digendong dan diayun-ayun Perilaku kegiatan motorik
sederhana terkoordinasi, dengan menggerakkan jari tangan, menggenggam
ibu jari ibu yang berhubungan emosi dengan orang tua, saudara dan orang
lain.
- Riwayat Kesehatan Keluarga:
- Komposisi keluarga : Keluarga berperan aktif terutama ibu klien An. Y dalam merawat klien.
- Lingkungan rumah dan komunitas : Lingkungan di sekitar adalah perumahan
- Kultur dan kepercayaan : -
- Perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan : -
- Persepsi keluarga tentang penyakit anak : cobaan Tuhan
Pemeriksaan Fisik
- B1 (breath)
RR meningkat 40x/menit, Suhu (36.5°C), penggunaan otot bantu pernapasan, pernapasan cuping hidung, napas pendek.
- B2 (blood)
TD meningkat 110/60 mmhg, HR meningkat 130x/ menit (tachicardi).
- B3 (brain)
gelisah (rewel)
- B4 (bladder)
Perubahan warna urin dan feses
Urine : warna gelap seperti teh, pekat
Feses : warna pucat seperti dempul
- B5 (bowel)
anoreksia, mual muntah, tidak toleran terhadap lemak dan makanan pembentuk gas, regurgitasi berulang, dehidrasi, regurgitasi berulang, penurunan berat badan BB/TB (5 Kg/ 70 cm), distensi abdomen.
Perut tampak buncit, hepar teraba 1/3-1/3 peinggir tajam, konsistensi
padat keras, permukaan rata, nyeri tekan tidak ada.Lien teraba
S1.Perkusi timpani.
- B6 (bone) :
Letargi/ kelemahan, otot tegang atau kaku bila kuadran kanan atas ditekan, ikterik, kulit berkeringat dan gatal (pruritus), jaundice, kerusakan kulit.
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
- Bilirubin direk dalam serum meninggi. Normalnya (0,3 – 1,9 mg/dl)
- Bilirubin indirek serum meninggi karena kerusakan parenkim hati akibat bendungan empedu yang luas. Normalnya (1,7 – 7,1 mg/dl)
- Tidak ada urobilinogen dalam urin.
- Pada
bayi yang sakit berat terdapat peningkatan transaminase
alkalifosfatase (5-20 kali lipat nilai normal) serta traksi-traksi lipid
(kolesterol fosfolipid trigliserol).
Pemeriksaan Diagnostik
- USG yaitu untuk mengetahui kelainan kongenital penyebab kolestasis ekstrahepatik (dapat berupa dilatasi kritik saluran empedu)
- Memasukkan pipa lambung sampai duodenum lalu cairan
duodenum diaspirasi. Jika tidak ditemukan cairan empedu, dapat berarti
atresia empedu terjadi.
- Sintigrafi
Radio Kolop Hepatobilier untuk mengetahui kemampuan hati memproduksi
empedu dan mengeksresikan ke saluran empedu dampai tercurah ke duodenum.
Jika tidak ditemukan empedu di duodenum, maka dapat terjadi atresia
inrahepatik
- Biopsi hati perkutan
ditemukan hati berwarna coklat kehijauan dan noduler. Kandung empedu
mengecil karena kolaps. 75 % penderita tidak ditemukan lumen yang jelas.
4.2 Analisis Data
No
|
Data
|
Etiologi
|
Masalah Keperawatan
|
1.
|
DS : -
DO : Penurunan turgor kulit
BAK berwarna seperti teh
Frekuensi nadi meningkat > 115x/menit
Produksi keringat meningkat
Input = 700 ml/hr
Output = 1000 ml/hr
|
Pembesaran hepar
Distensi abdomen
Perut terasa penuh
Mual muntah
cairan banyak yang keluar
|
Kekurangan volume cairan
|
2.
|
DS: Anoreksia, rewel, mual/muntah.
Do:
Berat badan turun (6 kg menjadi 5 kg) muntah, konjungtiva anemis.
|
Obstruksi aliran dari hati ke dalam usus
gangguan penyerapan lemak dan vitamin larut lemak (A, D, E, dan K)
Nutrisi kurang dari kebutuhan
|
Gangguan pemenuhan
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
|
3.
|
Ds:-
Do:
Anak tampak tidak nyaman dengan posisi tidurnya
Terdapat pruritus di daerah pantat & punggung anak
Albumin 3,27 g/dL (N:3,8-5,4)
|
cairan asam empedu balik ke hati
itching dan akumulasi dari toksik
tersebar ke dalam darah dan kulit
Pruiritis (gatal) pd kulit
|
Kerusakan integritas kulit
|
4.
|
DS : pasien terlihat sesak.
DO :
Penggunaan otot bantu pernapasan
Napas pendek
|
cairan asam empedu balik ke hati
Peradangan sel hati
Hepatomegali (pembesaran hepar)
distensi abdomen
menekan diafragma
peningkatan Komplain paru
Kebutuhan oksigen meningkat
Frekuensi napas meningkat
|
Pola napas tidak efektif
|
5.
|
DS: Orang tua sering menanyakan keadaan anaknya
DO: Orang tua tampak gelisah dan bingung
|
Kurang sumber informasi
ansietas
|
Ansietas
|
4.3 Diagnosa Keperawatan
- Kekurangan volume cairan b.d dengan mual dan muntah
- Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah, penurunan berat badan
- Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi garam empedu dalam jaringan, ditandai dengan adanya pruritis.
- Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan distensi abdomen
- Ansietas berhubungan dengan minimnya informasi tentang penyakit akibat kurang pengetahuan
4.4 Intervensi Keperawatan
- Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
Tujuan : setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan intake dan ouput cairan menjadi seimbang.
Kriteria hasil :
- Tanda-tanda vital stabil.
- Turgor kulit membaik.
- Pengisian kapiler nadi perifer kuat.
- Haluaran urine individu sesuai.
Intervensi
|
Rasional
|
- Berikan cairan IV (biasanya glukosa) elektrolit.
- Awasi nilai laboraturium, contoh Hb/Ht, nat, albumin.
- Kaji tanda-tanda vital, nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit.
- Awasi intake dan output, bandingkan dengan BB . misal muntah
|
- memberikan terapi cairan dan penggantian elektrolit
- menunjukkan hidrasi dan mengidentifikasikan retensi natrium/ kadar protei yang dapat menimbulkan pembentukan edema.
- indikator volume sirkulasi/ perfusi.
- memberikan informasi tentang kebutuhan penggantian cairan / efek terapi.
|
- Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah, penurunan berat badan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan pola nutrisi adekuat.
Kriteria hasil : - BB pasien stabil
- Konjungtiva tidak anemis
Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri:
- Kaji distensi abdomen
- Pantau masukan nutrisi dan frekuensi muntah
- Timbang BB setiap hari.
- Berikan makanan /minuman sedikit tapi sering.
- Berikan kebersihan oral sebelum makan
Kolaborasi:
- Konsul dengan ahli diet sesuai indikasi.
- Berikan diet rendah lemak, tinggi serat dan batasi makanan penghasil gas.
- Berikan makanan yang mengandung medium chain triglycerides (MCT) sesuai indikasi.
- Monitor laboratorium; albumin, protein sesuai program.
- Berikan vitamin-vitaminyang larut dalaam lemak (A, D, E dan K)
|
- Distensi abdomen merupakan tanda non verbal gangguan pencernaan.
- Mengidentifikasi kekurangan / kebutuhan nutrisi dengan mengetahui intake dan output klien.
- Mengawasi keefektifan rencana diet
- Untuk menurunkan rangsang mual/muntah.
- Mulut yang bersih meningkatkan nafsu makan.
- Berguna dalam memenuhi kebutuhan nutrisi individu dengan diet yang paling tepat.
- Memenuhi kebutuhan nutrisi dan meminimalkan rangsang pada kantung empedu.
- Meningkatkan pencernaan dan absorbsi lemak serta vitamin yang larut dalam lemak.
- Memberi informasi tentang keefektifan terapi.
- Vitamin-vitamin tersebut terganggu penyerapannya.
|
- Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi garam empedu dalam jaringan, ditandai dengan adanya pruritis.
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan integritas kulit baik
Kriteria hasil : - tidak ada pruritus/lecet
- jaringan/ kulit utuh bebas eskortasi
Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri:
- Gunakan air mandi biasa atau pemberian lotion/ cream, hindari sabun alkali. Berikan minyak kalamin sesuai indikasi.
- Berikan massage pada waktu tidur.
- Pertahankan sprei kering dan bebas lipatan
- Gunting kuku jari, berikan sarung tangan bila diindikasikan.
Kolaborasi:
- Berikan obat sesuai indikasi (antihistamin).
- Berikan obat resin kholestiramin (questian).
- Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi. (bilirubin direk dan indirek)
|
- Mencegah kulit kering berlebihan, memberikan penghilang rasa gatal, sekaligus menghindari infeksi.
- Bermanfaat dalam meningkatkan tidur dan menurunkan integritas kulit.
- Kelembaban meningkatkan pruritus dan meningkatkanresiko kerusakan kulit.
- Mencegah pasien dari cidera tambahan pada kulit, khususnya bila tidur.
- Antihistamin dapat mengurangi gatal.
- Berfungsi untuk mengurangi pruritus dan hiperbilirubinemia.
- Bilirubin
direk dikonjugasi oleh enzim hepar glukoronitin direk yang dikonjugasi
dan tampak dalam bentuk bebas dalam darah atau terikat pada albumin.
|
- Pola nafas tidak efektif b.d peningkatan distensi abdomen
Tujuan : Menunjukkan pola nafas yang efektif
Kriteria Hasil :
- Frekuensi pernapasan bayi umur 6-12 bulan 30x/menit
- Kedalaman inspirasi dan kedalaman bernafas
- Tidak ada penggunaan otot bantu nafas
Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri:
- Kaji distensi abdomen
- Kaji RR, kedalaman, dan kerja pernafasan.
- Waspadakan klien agar leher tidak tertekuk/posisikan semi ekstensi atau eksensi pada saat beristirahat
Kolaborasi:
- Persiapkan operasi bila diperlukan.
|
- dengan mengukur lilitan atau lingkar abdomen
- Untuk mengetahui adanya gangguan pernafasan pada pasien
- Menghindari penekanan pada jalan nafas untuk meminimalkan penyempitan jalan nafas
- Operasi diperlukan untuk memperbaiki kondisi pasien
|
- Ansietas berhubungan dengan minimnya informasi tentang penyakit akibat kurangnya pengetahuan
Tujuan : meningkatkan pemahaman orang tua tentang perawatan pada anak yang sakit
Kriteria hasil : - Menyatakan pemahaman proses penyakit dan pengobatan.
- Berpartisipasi dalam pengobatan.
Intervensi
|
Rasional
|
- Jelaskan tentang pengobatan yang diberikan, dosis, reaksi obat dan tujuannya
- Jelaskan pentingnya stimulasi pada anak, pendengaran, visual, sentuhan
- Jelaskan pentingnya monitor adanya muntah, mual, dan diare.
|
- Mengidentifikasi
area kekurangan dan pengetahuan/ salah informasi dan memberikan
kesempatan untuk memberikan informasi tambahan sesuai keperluan.
- Stimulasi dapat meningkatkan kekebalan tubuh klien
- Membantu perawat dalam melakukan pengkajian selanjutnya terhadap output klien
|
DAFTAR PUSTAKA
Parlin.1991.Atresia Bilier. Jakarta: Ilmu Kesehatan Anak FK UI.
National Digestive Diseases Information Clearinghouse. 2012. Biliiary Atresia.Diakses dari http://digestive.niddk.nih.gov/ddiseases/pubs/atresia/BiliaryAtresia_508.pdf pada 10 November 2014
https://helda.helsinki.fi/bitstream/handle/10138/38267/lampela_dissertation.pdf?sequence=1
Hull, David. 2008. Dasar-Dasar Pediatri Ed. 3. Jakarta : EGC
Majalah Kedokteran Andalas, 2009. Vol.33. No.2
Mitchell (et al).2009.Buku Saku Dasar Patologis Penyakit Robbin & Cotran. Ed.7.Jakarta:EGC
Pustaka.unpad.ac.id/wp-content/.../pustaka_unpad_atresia_biliaris.pdf di akses pada hari Sabtu 18 Oktober 2014 pukul 06.42
Richard N. Mitchell, et al. 2009. Buku Saku Dasar Patologis Robbins & Cotran Ed. 7.Jakarta : EGC.
Shires,Schwartz. Spencer.2000.Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah. Ed.6. Jakarta:EGC.