BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Fisiologi Menstruasi

2.2.1 Siklus Haid
- Siklus ovarium terbagi menjadi 3 fase:
- Fase Folikuler
Dimulai dari hari pertama sampai sesaat sebelum kadar LH meningkat dan terjadi pelepasan sel telur (ovulasi). Dinamakan
fase folikuler karena terjadi pertumbuhan folikel di dalam ovarium.
Pada pertengahan fase folikuler, kadar FSH sedikit meningkat sehingga
merangsang pertumbuhan sekitar 3 – 30 folikel yang masing-masing
mengandung 1 sel telur, tetapi hanya 1 folikel yang terus tumbuh, yang
lainnya hancur. Pada suatu siklus, sebagian endometrium dilepaskan
sebagai respon terhadap penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron.
Endometrium terdiri dari 3 lapisan. Lapisan paling atas dan lapisan
tengah dilepaskan, sedangkan lapisan dasarnya tetap dipertahankan dan
menghasilkan sel-sel baru untuk kembali membentuk kedua lapisan yang
telah dilepaskan. Perdarahan menstruasi berlangsung selama 3 – 7 hari,
rata-rata selama 5 hari. Darah yang hilang sebanyak 28 -283 gram. Darah
menstruasi biasanya tidak membeku kecuali jika perdarahannya sangat
hebat.
- Fase ovulasi
Fase
ini dimulai ketika kadar LH meningkat dan pada fase ini dilepaskan sel
telur. Sel telur biasanya dilepaskan dalam waktu 16 – 32 jam setelah
terjadi peningkatan kadar LH. Folikel yang matang akan menonjol dari
permukaan ovarium, akhirnya pecah dan melepaskan sel telur. Pada saat
ovulasi ini beberapa wanita merasakan nyeri tumpul pada perut bagian
bawahnya, nyeri ini dikenal sebagai mittelschmerz, yang berlangsung selama beberapa menit sampai beberapa jam.
- Fase Luteal
Fase
ini terjadi setelah ovulasi dan berlangsung selama sekitar 14 hari.
Setelah melepaskan telurnya, folikel yang pecah kembali menutup dan
membentuk korpus luteum yang menghasilkan sebagian besar
progesteron. Progesteron menyebabkan suhu tubuh sedikit meningkat selama
fase lutuel dan tetap tinggi sampai siklus yang baru dimulai.
Peningkatan suhu ini bisa digunakan untuk memperkirakan terjadinya
ovulasi. Setelah 14 hari, korpus luteum akan hancur dan siklus yang baru
akan dimulai, kecuali jika terjadi pembuahan. Jika telur dibuahi,
korpus luteum mulai menghasilkan HCG (hormone chorionic gonadotropin).
Hormon ini memelihara korpus luteum yang menghasilkan progesterone
sampai janin bisa menghasilkan hormonnya sendiri. Tes kehamilan
didasarkan kepada adanya peningkatan kadar HCG.
- Siklus menstruasi dapat dibedakan 4 fase, yaitu :
- Fase Menstruasi atau dekuamasi
Dalam
fase ini endometrium dilepaskan dari dinding uterus disertai
perdarahan, hanya lapisan tipis yg disebut stratum basale yang tinggal
selama empat hari. Dengan haid keluar darah, potongan endometrium, dan
lendir dari servik. Darah ini tidak membeku karena ada fermen (
Biokatalisator ) yang mencegah pembekuan darah dan mencairkan potongan
mukosa, banyaknya perdarahan selam haid kira-kira 50 cc.
- Fase post haid atau fase regenerasi
Luka
endometrium yang terjadi akibat pelepasan sebagian besar
berangsur-angsur sembuh dan ditutup kembali oleh selaput lendir baru
yang tumbuh dari sel-sel endometrium. Pada masa ini tebal endometrium
kira-kira 0,5 mm dan berlangsung kurang lebih 4 hari.
- Fase Proliferasi
Dalam
fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal 3,5 mm. kelenjar-kelenjar
tumbuh lebih cepat dari jaringan laen, berlangsung dari hari ke-5 sampai
hari ke-14 dari siklus haid. Fase proliferasi dibagi menjadi 3 tahap,
yaitu :
- Fase proliferasi dini (early proliferation phase)
Berlangsung
antara hari ke-4 sampai hari ke-7. Fase ini dapat dikenal dari epitel
permukaan yang tipis dan adanya regenerasi epitel, terutama dari mulut
kelenjar.
- Fase proliferasi madya (mid proliferation phase)
Berlangsung
antara hari ke-8 sampai hari ke-10. Fase ini merupakan bentuk transisi
dan dapat dikenal dari epitel permukaan yang berbentuk torak dan tinggi.
Tampak adanya banyak mitosis dengan inti berbentuk telanjang (nake nukleus).
- Fase proliferasi akhir (late proliferation)
Fase
ini berlangsung pada hari ke-11 sampai hari ke-14. Fase ini dapat
dikenal dari permukaan kelenjar yang tidak rata dan dengan banyak
mitosis. Inti epitel kelenjar membentuk pseudostratifikasi. Stoma
bertumbuh aktif dan padat.
- Fase pra haid atau fase sekresi
Pada
fase ini endometrium tebalnya tetap, bentuk kelenjar berubah menjadi
panjang, berliku-liku, dan mengeluarkan getah. Di dalam endometrium
tertimbun glikogen dan kapur yang diperlukan sebagai makanan untuk telur
yang dibuahi. Pada endometrium sudah dapat dibedakan lapisan atas yang
padat ( Stratum kompaktum) yang hanya di tembus oleh saluran-saluran
keluar dari kelenjar, lapisan stratum spongeosum yang banyak
lubang-lubangnya karena disini terdapat rongga dari kelenjar dan lapisan
bawah disebut stratum bassale. Fase ini dimulai sesudah ovulasi dan
berlangsung dari hari ke-14 sampai ke-28, jika tidak terjadi kehamilan
maka endometrium dilepas dengan perdarahan dan berulang lagi siklus
menstruasi. Fase sekresi dibagi dalam 2 tahap, yaitu :
- Fase sekresi dini, pada fase ini endometrium lebih tipis dari fase sebelumnya karena kehilangan cairan.
- Fase sekresi lanjut, pada fase ini kelenjar dalam endometrium berkembang dan menjadi lebih berkelok-kelok dan sekresi mulai mengeluarkan getah yang mengandung glikogen dan lemak. Akhir masa ini, stroma endometrium berubah kearah sel-sel; desidua, terutama yang ada di seputar pembuluh-pembuluh arterial. Keadaan ini memudahkan terjadinya nidasi (Hanafiah, 1997).
2.2.2 Normal Haid
Sebagian
besar wanita pertengahan usia reproduktif, menstruasi terjadi setiap
25-35 hari dengan siklus haid 28 hari. Wanita dengan siklus ovulatorik,
selang waktu antara awal menstruasi hingga ovulasi – fase folikular –
bervariasi lamanya. Siklus yang diamati terjadi pada wanita yang
mengalami ovulasi. Selang waktu antara awal perdarahan menstruasi – fase
luteal – relatif konstan dengan rata-rata 14 ± 2 hari pada kebanyakan
wanita (Grenspan, 1998).
Lama
keluarnya darah menstruasi juga bervariasi. Pada umumnya lamanya 4
sampai 6 hari, tetapi antara 2 sampai 8 hari masih dapat dianggap
normal. Pengeluaran darah menstruasi terdiri dari fragmen-fragmen
kelupasan endrometrium yang bercampur dengan darah yang banyaknya tidak
tentu. Biasanya darahnya cair, tetapi apabila kecepatan aliran darahnya
terlalu besar, bekuan dengan berbagai ukuran sangat mungkin ditemukan.
Rata-rata banyaknya darah yang keluar pada wanita normal selama satu
periode menstruasi menurut beberapa kelompok peneliti, yaitu 25-60 ml.
Konsentrasi Hb normal 14 gr per dl dan kandungan besi Hb 3,4 mg per g,
volume darah ini mengandung 12-29 mg besi dan menggambarkan kehilangan
darah yang sama dengan 0,4 sampai 1,0 mg besi untuk setiap hari siklus
tersebut. (Cunningham, 1995).
2.2.3 Gangguan Haid
Gangguan
haid adalah perdarahan haid yang tidak normal dalam hal: panjang siklus
haid, lama haid, dan jumlah darah haid. Melibatkan hipotalamus,
hipofisis, ovarium dan endometrium fisiologi haid normal. (Dr. Asrul
Sani)
Gangguan
haid merupakan suatu permasalahan yang berhubungan dengan haid, baik
itu gangguan menurut ritme (siklus menstruasi), gangguan menurut
perdarahan (banyaknya dan lamanya) maupun gangguan yang terjadi diluar
haid dan pada saat haid. Gangguan yang terjadi saat haid dinilai masih
normal jika terjadi selama dua tahun pertama setelah haid kali pertama.
Artinya, bila seorang perempuan telah mendapatkan haid pertamanya saat
berusia 11 tahun, maka hingga usia 13 tahun haidnya masih tidak teratur.
Tapi bila setelah usia 13 tahun haidnya masih tidak teratur juga,
dipastikan ia mengalami gangguan haid.
2.2 Definisi
Terjadinya
menstruasi atau haid merupakan perpaduan antara kesehatan alat
genitalia dan rangsangan hormonal yang kompleks yang berasal dari mata
rantai aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium (Manuaba, 1998). Oleh karena
itu, gangguan haid dan gangguan siklus haid dapat terjadi dari kelainan
kedua faktor tersebut.
Gangguan
menstruasi merupakan kelainan pada keadaan menstruasi yang dapat berupa
kelainan atau kelainan dari jumlah darah yang dikeluarkan dan lamanya
perdarahan.Konsep disfungsi menstruasi secara umum adalah terjadinya
gangguan dari pola perdarahan menstruasi, seperti menorraghia (perdarahan banyak dan lama), oligomenorrhea (menstruasi yang jarang, polymenorrhea (menstruasi yang sering),amenorrhea
(tidak haid sama sekali) (Eny K., 2011). Gangguan perdarahan menstruasi
dapat menimbulkan risiko patologis apabila dihubungkan dengan banyaknya
kehilangan darah, mengganggu aktivitas sehari-hari, adanya indikasi
inkopatibel ovarium pada saat kosepsi atau adanya tanda-tanda kanker.
2.3. Klasifikasi
Menurut Manuaba (1998 & 2004) terdapat beberapa bentuk kelainan haid dan siklus haid masa reproduksi aktif sebagai berikut:
1. Kelainan tentang banyak dan lama perdarahan
a. Hipermenorea/ menoragia
Jadwal
siklus haid tetap, tetapi kelainan terletak pada jumlah perdarahan
lebih bayak dan disertai gumpalan darah dan lamaya perdarahan lebih dari
8 hari (Manuaba, 1998). Menurut Manuaba (2004), hipermenorea dapat
disertai dengan gangguan psikosomatik. Terjadinya hipermenorea berkaitan
dengan kelainan pada rahim, yaitu mioma uteri, polip endometrium dan
gangguan pelepasan endometrium.
b. Hipomenorea
Siklus
menstruasi (haid) tetap, tetapi lama perdarahan memendek kurang dari 3
hari (Manuaba, 1998). Hipomenorea dapat disebabkan kesuburan endometrium
kurang karena keadaan gizi penderita yag rendah, penyakit menahun dan
gangguan hormonal.
2. Kelainan siklus haid
a. Polimenorea
Terdapat
siklus menstruasi yang memendek dari biasa yaitu kurang dari 21 hari,
sedangkan jumlah perdarahan relatif tetap (Manuaba, 1998).
b. Oligomenorea
Siklus
di atas 35 hari (Manuaba, 1998), namun perdarahannya biasanya kurang.
Penyebabnya adalah gangguan hormonal, ansietas dan stress, penyakit
kronis, obat-obatan tertentu, bahaya di tempat kerja dan lingkungan,
status penyakit nutrisi yang buruk, olahraga yang berat, penurunan berat
badan yang signifikan.
c. Amenorea
Merupakan
gejala atau keadaan klinis dengan ciri belum mendapatkan menstruasi
atau terlambat menstruasi selama tiga bulan berturut-turut (Manuaba,
1998). Menurut Manuaba (2004), amenorea dapat bersifat:
1) Fisiologis:
Amenore
bersifat fisiologis pada perempuan usia prapubertas, hamil
pascamenopause, di luar itu amenore menunjukkan adanya disfungsi atau
abnormalitas dari sistem reproduksi (Sylvia & Lorraine, 2006).
2) Bersifat patologis
- Primer amenorea
Amenore
primer adalah tidak terjadiya menstruasi sampai usia 17 tahun, dengan
atau tanpa tanda perkembangan seksual sekunder (Sylvia & Lorraine,
2006).Amenorea primer adalah tidak terdapatnya menstruasi pada pasien
berusia 16 tahun dengan ciri-ciri seksual sekunder yang normal atau
tidak terdapatya menstruasi pada pasien berusia 14 tahun tanpa
tanda-tanda pematagan seksual (Linda J. & Danny J., 2008).
- Sekunder amenorea
Amenorea
sekunder adalah tidak terdapatnya tiga siklus menstruasi atau tidak
adaya perdarahan menstruasi selama 6 bulan (Linda J. & Danny J.,
2008). Amenore sekunder berarti tidak terjadinya menstruasi selama 3
bulan atau lebih pada orang yang telah mengalami siklus menstruasi
(Sylvia & Lorraine, 2006).
3. Perdarahan di luar haid
a. Metroragia
Merupakan
kondisi dimana perdarahan terjadi terus menerus dan berkepanjangan yang
biasanya terjadi karena penyakit–penyakit organic misalnya fibroid dan
karsinoma.
4. Keadaan lain berkaitan dengan haid
a. Ketegangan pra-haid/Premenstrual tention
Merupakan
keluhan yang menyertai menstruasi dan sering dijumpai pada masa
reproduksi aktif (Manuaba, 1998). Sindrom pramenstruasi (PMS/Premenstrual syndrome) atau premenstrual tension
(PMT) adalah gabungan dari gejala-gejala fisik dan psikologis yang
terjadi selama fase luteal siklus menstruasi dan menghilang setelah
menstruasi dimulai (Sylvia & Lorraine, 2006). Pada sekitar 10%
perempuan gejala pramestruasi cukup berat hingga memerlukan perawatan
medis (Sylvia & Lorraine, 2006).
Faktor
penyebabnya adalah kejiwaan yang labil dan angguan keseimbangan
estrogen-progesteron. Adapun gejala yang muncul berupa kelainan hubungan
di lingkungan keluarga dan terlalu peka terhadap perubahan hormonal.
PMS dapat menyebabkan retensi natrium dan air, payudara terasa bengkak
dan sakit; dan berat badan bertambahdisertai edema tungkai.
Penanganan
PMS tidak memerlukan pengobatan, karena akan hilang setelah menstruasi.
Namun demikian, dapat diberikan obat penenang dan untuk mengurangi
gejala klinis dapat diberikan diuretik ringan dan testosteron sebaga
anti estrogen sebanyak 5 mgr selama 7 hari.
b. Mastodinia/ Mastalgia
Merupakan
rasa berat dan bengkak pada payudara menjelang menstruasi (Manuaba,
1998). Hal ini disebabkan oleh pengaruh estrogen yang menyebabkan
retensi natrium dan air pada payudara serta terjadi tekanan ujung saraf
yang menimbulkan rasa nyeri.
c. Perdarahan ovulasi/ Mittelschmer
Merupakan rasa nyeri yang terjadi saat ovulasi. Namun, hal ini jarang diasakan oleh wanita (Manuaba, 1998).
d. Dismenorea
Dismenore
adalah nyeri selama menstruasi yang disebabkan oleh kejang otot uterus
(Sylvia & Lorraine, 2006). Rasa nyeri sering digambarka sebagai
nyeri kram pada abdomen bagian bawah yang terjadi selama haid (William
M., 2005). Dismenore primer apabila tidak terdapat gangguan fisik yang
menjadi peyebab dan hanya terjadi selama siklus-siklus ovulatorik
(Sylvia & Lorraine, 2006). Penyebabnya adalah adanya jumlah
prostaglandin F2α yang berlebihan pada darah menstruasi, yang meragsang aktivitas uterus (Sylvia & Lorraine, 2006).
Gejala
utama adalah nyeri, dimulai pada saat awitn menstruasi. Nyeri dapat
tajam, tumpul, siklik atau menetap; dapat berlangsung dalam beberapa jam
sampai 1 hari, namun dapat melebihi 1 hari namun tidak sampai lebih
dari 72 jam. Gejala-gejala sistemik yang menyertai berupa mual, diare,
sakit kepala dan perubahan emosional. Dismenore sekunder timbul karena
adanya masalah fisik seperti endometriosis, polip uteri, leiomioma,
stenosis serviks atau penyakit radang panggul (PID) (Sylvia &
Lorraine, 2006).
e. Various menstruasi
Merupakan
perdarahan yang terjadi pada organ lainnya yang tidak ada hubungan
endometrium (Manuaba, 2004). Pada organ tersebut dapat terjadi
perdarahan sesuai dengan siklus menstruasi. Organ tersebut yaitu hidung
meimbulkan epistaksis dan lambung.
2.2 Etiologi
Penyebab
gangguan haid dapat karena kelainan biologik (organik atau
disfungsional) atau dapat pula karena psikologik seperti keadaan –
keadaan stress dan gangguan emosi atau gangguan biologik dan psikologik.
Siklus menstruasi mempunyai hubungan tertentu terhadap keadaan fisik
dan psikologik wanita. Banyak penyebab gangguan haid , yaitu berdasarkan
kelainan yang dijumpai seperti:
- fungsi hormon terganggu
haid
terkait dengan system hormone yang diatur otak, tepatnya dikelenjar
hipofisa. Sistem hormonal ini akan mengirim sinyal ke indung telur untuk
memproduksi sel telur. Bila sistem pengaturan ini terganggu, otomatis
terjadi gangguan pada menstruasi.
- Kelainan sistemik
Tubuhnya
sangat gemuk atau kurus dapat mempengaruhi siklus haid karena sistem
metabolism di dalam tubuhnya tak bekerja dengan baik, atau wanita yang
menderita penyakit diabetes, juga akan mempengaruhi sistem merabolisme
sehingga haid pun tidak teratur.
- Stress
Stress
akan mengganggu sistem metabolisme di dalam tubuh, karena stress,
wanita akan menjadi mudah lelah, berat badan menurun drastis, bahkan
sakit-sakitan, sehingga metabolisme terganggu. Jika metabolisme
terganggu, haid pun juga ikut terganggu.
- Kelenjar gondok
Terganggunya
fungsi kelenjar gondok/ tiroid juga bisa menyebabkan tidak teraturnya
haid. Gangguan bisa berupa produksi kelenjar gondok yang terlalu tinggi
(hipertiroid) maupun terlalu rendah (hipotiroid) yang dapat
mengakibatkan sistem hormonal tubuh ikut terganggu.
- Hormon prolaktin berlebih
Hormon
prolaktin dapat menyebabkan seorang wanita tidak haid, karena memang
hormon ini menekan tingkat kesuburan. Pada wanita yang tidak sedang
menyusui hormon prolaktin juga bisa tinggi, biasanya disebabkan kelainan
pada kelenjar hipofisis yang terletak di dalam kepala.
- Manifestasi Klinis
Tanda-tanda gangguan datang bulan (haid) : (David Werner, dkk 2010)
Bagi
wanita-wanita tertentu, tidak teraturnya datang bulan merupakan keadaan
yang wajar, namun bagi wanita lainnya, keadaan ini dapat merupakan
tanda bagi penyakit menahun, kekurangan darah (anemia), gangguan gizi
(malnutrisi), atau mungkin adanya infeksi atau tumor dalam rahim
(uterus)
Apabila
datang bulan (haid) tidak terjadi pada saat yang seharusnya, hal ini
mungkin menunjukkan tanda kehamilan Akan tetapi masa datang bulan yang
tidak teratur atau tidak mendapatkan bulanan sering merupakan keadaan
yang wajar bagi banyak gadis yang baru saja mendapatkan bulanannya dan
bagi wanita yang berusia di atas 40 tahun. Kecemasan dan gangguan
emosional dapat menyebabkan seorang wanita tidak mendapatkan bulanannya.
Apabila
perdarahan mulai terjadi selama kehamilan, hal ini hampir selalu
menjadi tanda permulaan suatu keguguran atau abortus (kematian bayi di
dalam kandungan). Apabila
masa haid berlangsung lebih dari 6 hari, dan daerah yang dikeluarkan
banyak dan tidak seperti biasanya, atau datang haid lebih dari satu kali
dalam sebulan, maka pasien harus segera meminta nasihat dari dokter.
Menurut
Dr. Salma dalam majalahkesehatan.com pada 14 Oktober 2010, perempuan
dapat memiliki berbagai masalah dengan menstruasi/haid mereka. Masalah
tersebut dapat berupa tidak mengalami menstruasi sama sekali
sampai menstruasi berat dan berkepanjangan.
Pola
haid boleh saja tidak teratur, tetapi jika jarak antar menstruasi
kurang dari 21 hari atau lebih dari 3 bulan, atau jika haid berlangsung
lebih dari 10 hari maka Anda harus mewaspadai adanya masalah ovulasi
atau kondisi medis lainnya.
- Amenore
Amenore
adalah tidak ada menstruasi. Istilah ini digunakan untuk perempuan yang
belum mulai menstruasi setelah usia 15 tahun (amenore primer) dan
yang berhenti menstruasi selama 3 bulan, padahal sebelumnya pernah
menstruasi (amenore sekunder).
Amenore
primer biasanya disebabkan oleh gangguan hormon atau
masalah pertumbuhan. Amenore sekunder dapat disebabkan oleh rendahnya
hormon pelepas gonadotropin (pengatur siklus haid), menyusui, stres,
anoreksia, penurunan berat badan yang ekstrem, gangguan tiroid, olahraga
berat, pil KB, kista ovarium dan masalah organ reproduksi lainnya.
Pada
usia remaja dan tengah baya, amenore tidak selalu menunjukkan gangguan.
Menstruasi cenderung sangat tidak teratur pada beberapa tahun pertama
menstruasi dan dapat menjadi tidak teratur lagi saat seorang wanita
mendekati menopause.
- Sindrom Pramenstruasi (SPM)
Sindrom
pramenstruasi (SPM) adalah sekelompok gejala fisik, emosi, dan perilaku
yang umumnya terjadi pada minggu terakhir fase luteal (seminggu sebelum
haid). Gejala biasanya tidak dimulai sampai 13 hari sebelum siklus, dan
selesai dalam waktu 4 hari setelah perdarahan dimulai. SPM mempengaruhi
sebanyak 75% wanita.
Beberapa gejala SPM yang sering dirasakan:
- Kram perut
- Nyeri payudara
- Depresi, mudah tersinggung, murung dan emosi labil (mood swing)
- Tidak tertarik seks (libido menurun)
- Jerawat berkala
- Perut kembung
- Sakit kepala atau sakit persendian
- Sulit tidur
- Sulit buang air besar (BAB)
Sebagian
besar wanita yang menderita SPM hanya mengalami beberapa dari gejala di
atas. Ketika gejala SPM sangat parah, kondisinya disebut gangguan
pra-menstruasi disforik (pre-menstrual dysphoric disorder). Sekitar tujuh persen wanita mengalaminya (sumber: MayoClinic).
Penyebab
SPM tidak diketahui dengan pasti. Namun, ada teori tentang
faktor-faktor yang dapat menyebabkan sindrom. Gejala tampaknya berubah
mengikuti fluktuasi hormon, yang menunjukkan bahwa siklus perubahan
hormon dapat menjadi penyebab utamanya. Perubahan kadar serotonin, suatu
neurotransmitter yang terlibat dalam pengendalian mood, juga
dapat menyebabkan SPM. Aspek-aspek tertentu dari diet seperti rendahnya
tingkat vitamin dan mineral juga dapat bertanggung jawab atas beberapa
gejala SPM. Makanan asin dapat menyebabkan SPM dengan meningkatkan
retensi air.
Tipe
dan gejalanya Tipe PMS bermacam-macam. Dr. Guy E. Abraham, ahli
kandungan dan kebidanan dari Fakultas Kedokteran UCLA, AS, membagi PMS
menurut gejalanya yakni PMS tipe A, H, C, dan D. Kadang-kadang seorang
wanita mengalami gejala gabungan, misalnya tipe A dan D secara
bersamaan. Berikut gejala-gejala yang timbul sesuai tipe PMS
masing-masing:
- PMS tipe A (anxiety) ditandai dengan gejala seperti rasa cemas, sensitif, saraf tegang, perasaan labil. Bahkan beberapa wanita mengalami depresi ringan sampai sedang saat sebelum mendapat haid. Gejala ini timbul akibat ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron: hormon estrogen terlalu tinggi dibandingkan dengan hormon progesteron. Pemberian hormon progesteron kadang dilakukan untuk mengurangi gejala, tetapi beberapa peneliti mengatakan, pada penderita PMS bisa jadi kekurangan vitamin B6 dan magnesium. Penderita PMS A sebaiknya banyak mengonsumsi makanan berserat dan mengurangi atau membatasi minum kopi.
- PMS tipe H (hyperhydration) memiliki gejala edema(pembengkakan), perut kembung, nyeri pada buah dada, pembengkakan tangan dan kaki, peningkatan berat badan sebelum haid. Gejala tipe ini dapat juga dirasakan bersamaan dengan tipe PMS lain. Pembengkakan itu terjadi akibat berkumpulnya air pada jaringan di luar sel (ekstrasel) karena tingginya asupan garam atau gula pada diet penderita. Pemberian obat diuretika untuk mengurangi retensi (penimbunan) air dan natrium pada tubuh hanya mengurangi gejala yang ada. Untuk mencegah terjadinya gejala ini penderita dianjurkan mengurangi asupan garam dan gula pada diet makanan serta membatasi minum sehari-hari.
- PMS tipe C (craving) ditandai dengan rasa lapar ingin mengonsumsi makanan yang manis-manis (biasanya coklat) dan karbohidrat sederhana (biasanya gula). Pada umumnya sekitar 20 menit setelah menyantap gula dalam jumlah banyak, timbul gejala hipoglikemia seperti kelelahan, jantung berdebar, pusing kepala yang kadang-kadang sampai pingsan. Hipoglikemia timbul karena pengeluaran hormon insulin dalam tubuh meningkat. Rasa ingin menyantap makanan manis dapat disebabkan oleh stres, tinggi garam dalam diet makanan, tidak terpenuhinya asam lemak esensial (omega 6), atau kurangnya magnesium.
- PMS tipe D (depression) ditandai dengan gejala rasa depresi, ingin menangis, lemah, gangguan tidur, pelupa, bingung, sulit dalam mengucapkan kata-kata (verbalisasi), bahkan kadang-kadang muncul rasa ingin bunuh diri atau mencoba bunuh diri. Biasanya PMS tipe D berlangsung bersamaan dengan PMS tipe A, hanya sekitar 3% dari selururh tipe PMS benar-benar murni tipe D. PMS tipe D murni disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon progesteron dan estrogen, di mana hormon progesteron dalam siklus haid terlalu tinggi dibandingkan dengan hormon estrogennya. Kombinasi PMS tipe D dan tipe A dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu stres, kekurangan asam amino tyrosine, penyerapan dan penyimpanan timbal di tubuh, atau kekurangan magnesium dan vitamin B (terutama B6). Meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung vitamin B6 dan magnesium dapat membantu mengatasi gangguan PMS tipe D yang terjadi bersamaan dengan PMS tipe A.
Untuk
mengatasi PMS, biasanya dokter memberikan pengobatan diuretika untuk
mengatasi retensi cairan atau edema (pembengkakan) pada kaki dan tangan.
Pemberian hormon progesteron dosis kecil dapat dilakukan selama 8 – 10
hari sebelum haid untuk mengimbangi kelebihan relatif estrogen.
Pemberian hormon testosteron dalam bentuk methiltestosteron sebagai
tablet isap dapat pula diberikan untuk mengurangi kelebihan estrogen.
- Dismenore
Dismenore
adalah menstruasi menyakitkan. Nyeri menstruasi terjadi di perut bagian
bawah tetapi dapat menyebar hingga ke punggung bawah dan paha. Nyeri
juga bisa disertai kram perut yang parah. Kram tersebut berasal dari
kontraksi dalam rahim, yang merupakan bagian normal proses menstruasi,
dan biasanya pertama dirasakan ketika mulai perdarahan dan terus
berlangsung hingga 32 – 48 jam.
Dismenore
yang dialami remaja umumnya bukan karena penyakit (dismenore
primer). Pada wanita lebih tua, dismenore dapat disebabkan oleh
kondisi/penyakit tertentu (dismenore sekunder), seperti fibroid uterus,
radang panggul, endometriosis atau kehamilan ektopik.
Dismenore
primer dapat diperingan gejalanya dengan obat penghilang
nyeri/anti-inflamasi seperti ibuprofen, ketoprofen dan naproxen. Berolah
raga, kompres dengan botol air panas, dan mandi air hangat juga dapat
mengurangi rasa sakit. Bila nyeri menstruasi tidak hilang dengan obat
pereda nyeri, maka kemungkinan merupakan dismenore sekunder yang
disebabkan penyakit/kondisi tertentu.
- Menoragia
Menoragia
adalah istilah medis untuk perdarahan menstruasi yang berlebihan. Dalam
satu siklus menstruasi normal, perempuan rata-rata kehilangan sekitar
30 ml darah selama sekitar 7 hari haid. Bila perdarahan melampaui 7 hari
atau terlalu deras (melebihi 80 ml), maka dikategorikan menoragia.
Penyebab
utama menoragia adalah ketidakseimbangan jumlah estrogen dan
progesteron dalam tubuh. Ketidakseimbangan tersebut menyebabkan
endometrium terus terbentuk. Ketika tubuh membuang endometrium melalui
menstruasi, perdarahan menjadi parah. Menoragia juga bisa disebabkan
oleh gangguan tiroid, penyakit darah, dan peradangan/infeksi pada vagina
atau leher rahim.
- Perdarahan Abnormal
Perdarahan vagina abnormal (di luar menstruasi) antara lain:
- Pendarahan di antara periode menstruasi
- Pendarahan setelah berhubungan seks
- Perdarahan setelah menopause
Perdarahan
abnormal disebabkan banyak hal. Dokter mungkin memulai dengan
memeriksa masalah yang paling umum dalam kelompok usia pasien. Masalah
serius seperti fibroid uterus, polip, atau bahkan kanker dapat menjadi
sebab perdarahan abnormal.
Menurut
Prof. Dr.Med. Ali Baziad, SpOG(K) Divisi Imuno Endokronologi
-Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI-RSCM Jakarta , Gangguan haid
adalah darah haid yang keluar tidak memenuhi syarat suatu haid yang
normal, dan darah yang keluar biasanya disebut sebagai perdarahan yang
menyerupai haid. Gangguan haid atau perdarahan dapat disebabkan oleh
penyakit tertentu, misalnya tumor jinak/ ganas pada rahim, mulut rahim
atau pada indung telur, atau disebabkan oleh infeksi pada alat kelamin
perempuan. Perdarahan dapat juga disebbakan oleh efek samping obat-obat
tertentu yang kebetulan sedang digunakan oleh seorang perempuan.
Kelainan sistem hormonal pada seorang perempuan dapat juga menyebabkan
perdarahan.
Berbagai gangguan haid yaitu antara lain :
- Bila haid datang sebulan dua kali (<21 hari), yang disebut dengan istilah polimenorea
- Seorang perempuan mendapatkan haid terlalu jarang, di atas 35 hari sekali, yang disebut sebagai oligomenorea
- Tidak mendapatkan haid 6 bulan atau lebih, yang disebut sebagai amenorea
- Seorang perempuan mendapatkan haid tidak teratur, bisa 2 atau 3, 4 bulan sekali
- Mengalami perdarahan bercak (spotting) sebelum haid datang, atau pada pertengahan siklus, ataupun setelah selesainya haid
- Keluarnya darah haid terlalu banyak, ganti pembalut sampai 6-7 kali/hari, yang disebut sebagai hipermenorea
- Keluarnya darah haid terlalu sedikit, ganti pembalut <2 kali/hari, disebut dengan hipomenorea
- Keluarnya darah haid lebih dari 6-7 hari, yang disebut sebagai menoragia. Darah yang keluar dapat sedikit ataupun banyak
- Patofisiologi Gangguan Haid
Berikut ini akan dijelaskan patofisiologi dari beberapa macam gangguan haid.
- Premenstrual Tension (Ketegangan Prahaid)
Meningkatnya
kadar estrogen dan menurunnya kadar progresteron di dalam darah akan
menyebabkan gejala deprese dan khususnya gangguan mental. Kadar estrogen
yang meningkat akan mengganggu proses kimia tubuh termasuk vitamin B6
(piridoksin) yang dikenal sebagai vitamin anti-depresi karena berfungsi
mengontrol produksi serotonin. Serotonin penting sekali bagi otak dan
syaraf, dan kurangnya persediaan zat ini dapat mengakibatkan depresi.
Hormon
lain yang dikatakan sebagai penyebab gejala premenstruasi adalah
prolaktin. Prolaktin dihasilkan oleh kelenjar hipofisis dan dapat
mempengaruhi jumlah estrogen dan progresteron yang dihasilkan pada
setiap siklus. Jumlah prolaktin yang terlalu banyak dapat mengganggu
keseimbangan mekanisme tubuh yang mengontrol produksi kedua hormone
tersebut. Wanita yang mengalami sindroma pre-menstruasi dapat memiliki
kadar prolaktin yang tinggu atau normal.
Selanjutnya
adalah karena gangguan metabolisme prostaglandin akibat kurangnya gamma
linolenic acid (GLA). Fungsi prostaglandin adalah untuk mengatur sistem
reproduksi (mengatur efek hormone estrogen dan progresteron), sistem
saraf, dan sebagai anti peradangan.
- Disminorea
- Disminorea Primer
Bila
tidak terjadi kehamilan, maka korpus luteum akan mengalami regresi dan
hal ini akan mengakibatkan penurunan kadar progresteron. Penurunan ini
akan menyebabkan labilisasi membrane lisosom, sehingga mudah pecah dan
melepaskan enzim fosfolipase A2. Fosfolipase A2 ini akan menghidrolisis
senyawa fosfolipid yang ada di membrane sel endometrium dan menghasilkan
asam arakhidonat. Adanya asam arakhidonat bersama dengan kerusakan
endometrium akan merangsang kaskade asam arakhidonat yang akan
menghasilkan prostaglandin, antara lain PGE2 dan PGF2 alfa. Wanita
dengan disminorea primer didapatkan adanya peningkatan kadar PGE dan
PGF2 alfa di dalam darahnya, yang akan merangsang miometrium dengan
akibat terjadinya pningkatan kontraksi dan disritmi uterus. Akibatnya
akan terjadi penurunan aliran darah ke uterus dan ini akan mengakibatkan
iskemia. Prostaglandin sendiri dan endoperoksid juga menyebabkan
sensitisasi dan selanjutnya menurunkan ambang rasa sakit pada
ujung-ujung syaraf aferen nervus pelvicus terhadap rangsang fisik dan
kimia.
- Disminorea Sekunder
Adanya
kelainan pelvis, misalnya : endometriosis, mioma uteri, stenosis
serviks, malposisi uterus atau adanya IUD akan menyebabkan kram pada
uterus sehingga timbul rasa nyeri.
- Perdarahan Uterus Abnormal
Perdarahan
abnormal biasanya merupakan gejala dari penyakit lain. Banyak penyebab
perdarahan uterus abnormal, yang dapat dikelompokkan dalam empat
kategori utama, yaitu komplikasi kehamilan, lesi organic, penyakit
konstitusional, dan perdarahan uterus disfungsi sejati. Berikut ini
adalah patofisiologi beberapa kasus terkait perdarahan uterus abnormal
yang paling sering terjadi :
- Hipermenorea (Menorraghia)
Pada
siklus ovulasi normal, hipotalamus mensekresi gonadotropin releasing
hormone (GnRH), yang menstimulasi pituitary agar melepaskan follicle
stimulating hormone (FSH). Hal ini pada gilirannya akan menyebabkan
folikel di ovarium tumbuh dan matur pada pertengahan siklus, pelepasan
leteinzing hormone (LH) dan FSH menghasilkan ovulasi. Perkembangan
folikel menghasilkan estrogen yang berfungsi menstrimulasi endometrium
agar berproliferasi. Setelah ovum dilepaskan, kadah FSH dan LH rendah.
Folikel yang telah kehilangan ovum akan berkembang menjadi korpus luteum
yang akan mensekresi progresteron. Progresteron menyebabkan poliferasi
endometrium untuk berdeferensiasi dan stabilisasi. 14 hari setelah
ovulasi terjadilah menstruasi. Menstruasi berasal dari peluruhan
endometrium sebagai akibat dari penurunan kadar estrogen dan
progresteron akibat involusi korpus luteum.
Siklus
anovulasi pada umumnya terjadi 2 tahun pertama setelah menstruasi awal
yang disebabkan oleh HPO axis yang belum matang. Siklus anovulasi juga
terjadi pada beberapa kondisi patologis.
Pada
siklus anovulasi, perkembangan folikel terjadi dengan adanya stimulasi
dari FSH, tetapi dengan berkurangnya LH, maka ovulasi tidak terjadi.
Akibatnya tidak ada korpus luteum yang terbentuk dan tidak ada
progresteron yang disekresi. Endometrium berproliferasi dengan cepat,
ketika folikel tidak terbentuk produksi estrogen menurun dan
mengakibatkan perdarahan. Kebanyakan siklus anovulasi berlangsung dengan
perdarahan yang normal, namun ketidakstabilan poliferasi endometrium
yang berlangsung tidak mengakibatkan perdarahan hebat.
- Amenorea
Tidak
adanya uterus, baik itu sebagai kelainan atau sebagau bagian dari
sindrom hemaprodit seperti testicular feminization, adalah penyebab
utama dari amenore primer. Testicular feminization disebabkan oleh
kelainan genetic. Pasien dengan amenorea primer yang diakibatkan oleh
hal ini menganggap dan menyampaikan dirinya sebagai wanita yang normal,
memiliki tubuh feminism. Vagina kadang-kadang tidak ada atau mengalami
kecacatan, tapi biasanya terdapat vagina. Vagina tersebut berakhir
sebagai kantong kosong dan tidak terdapat uterus. Gonad, yang secara
morfologi adalah testis berada di kanal inguinalis. Keadaan seperti ini
yang menyebabkan pasien mengalami amenorea yang permanen.
Amenorea
primer juga dapat disebabkan karena kelainan pada aksis
hipotalamus-hipofisis-ovarium. Hypogonadotropik amenorrhoea menunjukkan
keadaan dimana terdapat sedikit sekali kadar FSH dan LH dalam serum.
Akibatnya, ketidakadekuatan hormone ini menyebabkan kegagalan stimulus
terhadap ovarium untuk melepaskan estrogen dan progresteron. Kegagalan
pembentukan estrogen dan progresteron akan menyebabkan tidak menebalnya
endometrium karena tidak ada yang merangsang. Terjadilah amenorea. Hal
ini adalah tipe keterlambatan pubertas karena disfungsi hipotalamus atau
hipofisis anterior, seperi adenoma pituitary.
Hypergonadotropik
amenorrhoea merupakan salah satu penyebab amenorea primer.
Hypergonadotropik amenorrhoea adalah kondisi dimana terdapat kadar FSH
dan LH yang cukup untuk menstimulasi ovarium tetapi ovarium tidak mampu
menghasilkan estrogen dan progresteron. Hal ini menandakan bahwa ovarium
atau gonad tidak berespon terhadap rangsangan FSH dan LH dari hipofisis
anterior. Disgenesis gonad atau premature menopause adalah penyebab
yang mungkin. Pada tes kromosom seorang individu yang masih muda dapat
menunjukkan adanya hypergonadotropik amenorrhoea. Disgenesis gonad
menyebabkan seorang wanita tidak pernah mengalami menstruasi dan tidak
memiliki tanda seks sekunder. Hal ini dikarenakan gonad (ovarium) tidak
berkembang dan hanya berbentuk kumpulan jaringan pengikat.
Amenorea
sekunder disebabkan oleh faktor lain di luar fungsi
hipotalamus-hipofisis-ovarium. Hal ini berarti bahwa aksis
hipotalamus-hipofisis-ovarium dapat bekerja secara fungsional. Amenorea
yang terjadi mungkin saja disebabkan oleh adanya obstruksi terhadap
aliran darah yang akan keluar uterus, atau bisa juga karena adanya
abnormalitas regulasi ovarium seperti kelebihan androgen yang
menyebabkan polycystic ovary syndrome.
- Pemeriksaan gangguan haid
- Pemeriksaan umum
- Keadaan tubuh penderita tidak jarang memberi petunjuk, penderita pendek atau tinggi, ciri kelamin sekunder, hirsutisme.
- Pemeriksaan ginekologik
Biasanya didapatkan adanya aplasia vagina, keadaan klitoris, aplasia uteri, tumor ovarium
2. Pemeriksaan Psikologi (distress/tidak)
3. Pemeriksaan Penunjang
Apabila pemeriksaan klinis tidak memberikan gambaran yang jelas dapat dilakukan pemeriksaan :
- Rontgen : thorax terhadap tuberkulosis serta sella tursika
- Sitologi vagina
- Tes toleransi glukosa
- Pemeriksaan mata untuk mengetahui tanda tumor hipofise
- Kerokan uterus
- Pemeriksaan metabolisme basal atau T3 dan T4 tiroid
- Laparoskopi
- Pemeriksaan kromatin seks
- Pemeriksaan kadar hormon
Diagnosa
ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Diagnosa
dismenore didasari oleh ketidaknyamanan saat mengalami menstruasi.
Perubahan apapun pada kesehatan reproduksi, termasuk hubungan badan yang
dirasa sakit dan perubahan pada jumlah dan lamanya menstruasi,
memerlukan pemeriksaan ginekologis; perubahan-perubahan seperti itu
dapat menandakan sebab dari dismenore sekunder. Secara umum pemeriksaan
untuk menentukan diagnosa biasanya harus dilakukan anamnesis terlebih
dahulu, pemeriksaan fisik, USG, hysterosalpinogogram, laparoskopi,
histeroskopi, dilatasi dan kuretasi. Untuk pemeriksaan dismenore primer,
pada pemeriksaan fisik biasanya normal, tidak didapatkan massa pada
bagian abdomen dan pelvis. Pemeriksaan rectovaginal juga normal. Diluar
dari pemeriksaan nyeri atau kram pelvis, biasanya didapatkan nyeri
sedang pada pergerakan dan tekanan dari uterus dan cerviks. Evaluasi
episode pertama nyeri, kemungkinan infeksi pelvis dan kehamilan pasien
juga harus dievaluasi (Gunawan, 2002).
2. Penatalaksanaan
- Amenorea
Penatalaksanaan
untuk kasus amenore tergantung kepada penyebabnya. Jika penyebabnya
adalah penurunan berat badan yang drastis atau obesitas, penderita
dianjurkan untuk menjalani diet yang tepat. Pengobatan di berikan
bergantung pada penyebab amenorea. Terapi hormonal dan konseling sebagai
gangguan konsep diri dapat diberikan kepada pasien Jika penyebabnya
adalah olah raga yang berlebihan, penderita dianjurkan untuk
menguranginya. Jika seorang anak perempuan yang belum pernah mengalami
menstruasi (amenore primer ) dan selama hasil pemeriksaan normal, maka
dilakukan pemeriksaan setiap 3 – 6 bulan untuk memantau perkembangan
pubertasnya.
Untuk
merangsang menstruasi bisa diberikan progesteron. Untuk merangsang
perubahan pubertas pada anak perempuan yang payudaranya belum membesar
atau rambut kemaluan dan ketiaknya belum tumbuh, bisa diberikan
estrogen. Jika penyebabnya adalah tumor, maka dilakukan pembedahan untuk
mengangkat tumor tesebut.
- Oligomenorea
Penatalaksanaan
yang diberikan kepada penderita oligomenorea akan disesuaikan dengan
penyebabnya. Oligomenorea yang terjadi pada tahun-tahun pertama setelah
haid pertama dan oligomenorea yang terjadi menjelang menopause tidak
memerlukan pengobatan yang khusus. Sementara oligomenorea yang terjadi
pada gangguan nutrisi dapat diatasi dengan terapi nutrisi dan akan
didapatkan siklus menstruasi yang reguler kembali.
Pada
umumnya, disamping mengatasi faktor yang menjadi penyebab
timbulnya,penderita oligomenorea juga akan diterapi dengan menggunakan
terapi hormone.Jenis hormon yang diberikan akan disesuaikan dengan jenis
hormon yang mengalami penurunan dalam tubuh (yang tidak seimbang).
Pasien yang menerima terapi hormonal sebaiknya dievaluasi 3 bulan
setelah terapi diberikan, dan kemudian 6 bulan untuk reevaluasi efek
yang terjadi.
- Polimenorea
Pada
umumnya, polimenorea bersifat sementara dan dapat sembuh dengan
sendirinya. Penderita polimenorea harus segera dibawa ke dokter jika
polimenorea berlangsung terus menerus. Polimenorea yang berlangsung
terus menerus dapat menimbulkan gangguan hemodinamik tubuh akibat darah
yang keluar terus menerus.Disamping itu, polimenorea dapat juga akan
menimbulkan keluhan berupa gangguan kesuburan karena gangguan hormonal
pada polimenorea mengakibatkan gangguan ovulasi (proses pelepasan sel
telur). Wanita dengan gangguan ovulasi seringkali mengalami kesulitan
mendapatkan keturunan.
- Menoragia atau Hipermenore
Pengobatan
menorrhagia sangat tergantung kepada penyebabnya. Untuk memastikan
penyebabnya, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan seperti
pemeriksaan darah, tes pap smear, biopsi dinding rahim, pemeriksaan USG,
dan lain sebagainya. Jika menoragia diikuti oleh adanya anemia, maka
zat besi perlu diberikan untuk menormalkan jumlah hemoglobin darah.
Terapi
zat besi perlu diberikan untuk periode waktu tertentu untuk
menggantikan cadangan zat besi dalam tubuh. Selain itu, menorrhagia juga
dapat diterapi dengan pemberian hormon dari luar, terutama untuk
menorrhagia yang disebabkan oleh gangguan keseimbangan hormonal.
Terapi
hormonal yang diberikan iasanya berupa obat kontrasepsi kombinasi atau
pill kontrasepsi yang hanya mengandung progesteron. Menorrhagia yang
terjadi akibat adanya mioma dapat diterapi dengan melakukan terapi
hormonal atau dengan pengangkatan mioma dalam rahim baik dengan kuretase
ataupun dengan tindakan operasi.
- Hipomenorea
Hipomenorea
adalah perdarahan haid yang lebih pendek dan atau lebih kurang dari
biasa. Hipomenorrhea adalah suatu keadan dimana jumlah darah haid sangat
sedikit (<30cc). Hipomenorea disebabkan oleh karena kesuburan
endometrium kurang akibat dari kurang gizi, penyakit menahun maupun
gangguan hormonal(kekurangan estrogen maupun progesteron)
- Metroragia
Suatu
perdarahan vagina antara periode menstruasi teratur merupakan bentuk
disfungsi disfungsi menstruasi yang paling signifikan karena hal itu
dapat menunjukkan adanya kanker, tumor jinak uterus, dan masalah-masalah
psikologi lainnya. Kondisi ini menegakkan diagnosa dan pengobatan dini.
Meskipun pendarahan antara periode menstruasi pada wanita yang
menggunakan kontraseptif oral biasanya bukan masalah yang serius, namun
perdarahan tak teratur pada wanita yang mendapat terapi penggantian
hormon harus dievaluasi lebih lanjut.
- Dismenorea
Terapi medis untuk klien disminorea diantaranya :
- Pemberian obat analgesik
- Terapi hormonal
- Terapi dengan obat nonsteroid antiprostaglandin
- Dilatasi kanalis serviksalis (dapat memberikan keringanan karena memudahkan pengeluaran darah haid dan prostaglandin di dalamnya)
- Komplikasi yang sering timbul adalah syok dan penurunan kesadaran
h. PMS (Sindrom Premenstruasi)
- Kurangi asupan makanan manis, garam, kopi, teh, cokelat, minuman bersoda, lemak hewan, susu, keju, mentega, dan utamakan istirahat
- Untuk mengurangi retensi natrium dan cairan, maka selama 7-10 hari sebelum haid penggunaan garam di batasi dan minum sehari-hari dikurangi
- Tingkatkan asupan vitamin B dan sayur-sayuran hijau
- Pemberian obat diuretik
- Progesteron sintetik dapat diberikan selama 8-10hari sebelum haid untuk mengimbangi kelebihan relatif dari estrogen
- Pemberian testosteron dalam bentuk methiltestosteron dapat diberikan dalam mengurangi kelebihan estrogen.
- WOC
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 KASUS
Nona
J, 21 tahun datang ke rumah sakit dengan mengeluh lemas, letih, dan
lesu serta nyeri hebat pada bagian perut ketika haid, sampai tidak mampu
melakukan aktivitas karena nyeri abdomen akan bertambah. Pasien juga
mengeluh mual, muntah, dan pusing.Pada pemeriksaan TTV didapatkan TD =
90/60 mmHg, N = 80x/menit, S = 37oC, RR = 21x/menit.
- Pengkajian
- Identitas :
Nama : Nn. J
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 21 tahun
Status : Belum menikah
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Sidoarjo
Suku : Indonesia
- Keluhan Utama :
Pasien mengeluh nyeri hebat pada bagian perut
- Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien merasakan nyeri ketika haid, badan lemas, mual, dan muntah
- Riwayat Penyakit Dahulu :
Tidak ada
- Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada
- Riwayat Menstruasi :
Menarche : umur 13 tahun Siklus : teratur ( √ ) Banyaknya : 1 hari 3x pembalut Lamanya : 7 hari
Keluhan : nyeri haid
- Pemeriksaan Fisik :
Head To Toe :
Kepala, mata, kuping, hidung dan tenggorokan :
- Kepala:
Bentuk : Normal, tidak ada pembengkakan
Keluhan : Tidak ada keluhan
- Mata:
Kelopak mata : Kulit kelopak mata normal
Gerakan mata : Deviasi normal dan mistagmus
Konjungtiva : Normal
Sklera : Normal
Pupil : Reflek cahaya normal
- Hidung:
Reaksi alergi : Tidak ada alergi
Sinus : Tidak ada nyeri tekan sinus
- Mulut dan Tenggorokan:
Gigi geligi : Normal
Kesulitan menelan : Tidak ada
- Dada dan Axilla
Mammae : Membesar ( ) ya ( √ ) tidak
Areolla mammae : Normal
Papila mammae : Normal
Colostrum : -
- Pernafasan
Jalan nafas : Normal
Suara nafas : Normal
Menggunakan otot-otot bantu pernafasan: -
- Sirkulasi jantung
Kecepatan denyut apical: Takikardi
Irama : normal teratur
Kelainan bunyi jantung: -
- Abdomen
Mengecil : -
Linea & Striae : -
Luka bekas operasi: -
Kontraksi : -
Lainnya sebutkan : Nyeri pada abdomen
- Genitourinary
Perineum : Normal
Vesika urinaria : Oliguri
- Ekstremitas ( Integumen/Muskuloskletal )
Turgor kulit : Normal
Warna kulit : Normal
Kontraktur pada persendian ekstremitas: Tidak ada
Kesulitan dalam pergerakan: Tidak ada kesulitan
Pemeriksaan Abdomen
Abdomen lunak tanpa adanya rangsangan peritoneum atau suatu keadaan patologik yang terlokalisir. Bising usus normal
Pemeriksaan Pelvis
Pada kasus dismenore primer, pemeriksaan pelvis adalah normal.
- Analisa Data
No.
|
Data
|
Etiologi
|
Masalah Keperawatan
| ||||||
1`
|
- Data subjektif :
Klien mengeluh nyeri pada bagian perut.
- Data objektif :
Keringat banyak, klien memegang daerah yang sakit, menangis.
|
Haid
Peningkatan produksi prostaglandin
Kontraksi uterus
Terjadi hipersensitivitas saraf nyeri uterus
Nyeri
|
Nyeri
| ||||||
2
|
- Data subjektif:
Klien mengeluh mual dan muntah
- Data objektif:
Berat badan menurun, klien tampak lemas
|
Produksi prostaglandin berlebih
Respon inflamasi sistemik
Spasme otot uterus
Gangguan gastrointestinal
Mual, muntah
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
|
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
| ||||||
3
|
- Data subjektif:
Klien mengeluh pusing, lemas, letih, lesu. Klien mengatakan tidak mampu melakukan aktivitas
- Data objektif:
Klien terlihat lemas, pucat, konjungtiva anemi
|
Menstruasi
Nyeri haid
Kelemahan
Intoleransi aktivitas
|
Intoleransi aktivitas
| ||||||
4
|
- Data subjektif : Pucat
- Data objektif :
Klien tampak gelisah
|
Menstruasi
Nyeri haid
Kurang pengetahuan
Ansietas
|
Ansietas
|
3.4 Diagnosa Keperawatan
- Nyeri berhubungan dengan meningkatnya kontraktilitas uterus, hipersensitivitas, dan saraf nyeri uterus
- Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan adanya mual dan muntah
- Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat nyeri abdomen
- Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan penyebab nyeri abdomen
3.5 Intervensi Keperawatan
- Diagnosa: Nyeri berhubungan dengan. Meningkatnya kontraktilitas uterus, hipersensitivitas, dan saraf nyeri uterus
Tujuan:dalam waktu 1x24 jam nyeri dapat berkurang
Kriteria hasil: Skala nyeri 0-1, pasien tampak rileks
No.
|
Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri
| ||
1
|
Pantau/catat karakteristik nyeri, kaji lokasi dan intensitas nyeri
|
Untuk mendapatkan indikator dan skala nyeri
|
2
|
Hangatkan bagian perut
|
Dapat menyebabkan terjadinya vasodilatasi dan mengurangi kontraksi spasmodik uterus
|
3
|
Masase daerah perut yang terasa nyeri
|
Mengurangi nyeri karena adanya stimulus sentuhan terapeutik
|
4
|
Lakukan latihan ringan
|
Dapat memperbaiki aliran darah ke uterus dan tonus otot
|
5
|
Lakukan teknik relaksasi
|
Mengurangi tekanan untuk mendapatkan rileks
|
6
|
Berikan diuresis natural (vitamin) tidur dan istirahat
|
Mengurangi kongesti
|
Kolaborasi
| ||
7
|
Pemberian analgetik (aspirin, fenasetin, kafein)
|
Diperlukan untuk mengurangi rasa nyeri agar dapat istirahat
|
8
|
Terapi diometasin, ibuprofen, naprosen
|
Biasanya digunakan untuk menormalkan produksi prostaglandin
|
- Diagnosa: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan adanya mual dan muntah
Tujuan: Setelah diberikan askep selama 1×24 jam diharakan pasien menunjukkan perbaikan nutrisi
Kriteria hasil: Mual muntah teratasi
No.
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Timbang BB setiap hari
|
Agar dapat mengetahui perubahan berat badan setiap harinya
|
2
|
Jelaskan pentingnya nutrisi adekuat
|
Nutrisi yang adekuat dapat meningkatkan berat badan.
|
3
|
Beri suasana menyenangkan saat makan
|
Dapat meningkatkan nafsu makan
|
4
|
Beri porsi kecil tapi sering
|
Mengurangi rasa mual dan muntah yang timbul saat makan
|
5
|
Beri makanan dengan protein dan kalori yang tinggi
|
Meningkatkan asupan energi
|
- Diagnosa: Intoleransi aktivitas berhubungan dengan. Kelemahan akibat nyeri abdomen
Tujuan: Dalam waktu 1x24 jam pasien dapat beraktivitas seperti semula
Kriteria hasil:
Pasien dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang memperberat dan memperringan intoleransi aktivitas
Pasien mampu beraktivitas
No. | Intervensi | Rasional |
1 | Beri lingkungan yang tenang dan periode istirahat tanpa gangguan, dorong istirahat sebelum makan | Menghemat energi untuk aktivitas dan regenerasi seluler/ penyembuhan jaringan |
2 | Tingkatkan aktivitas secara bertahap | Tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan |
3 | Berikan bantuan sesuai kebutuhan | Menurunkan penggunaan energi dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen |
- Diagnosa: Ansietas berhubungan dengan. Kurang pengetahuan penyebab nyeri abdomen
Tujuan: Dalam waktu 1x24 jam pasien menunjukkan perasaan tenang
Kriteria hasil: Pasien menunjukkan relaksasi dan perilaku untuk mengatasi stress
No.
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Libatkan pasien/ orang terdekat dalam rencana perawatan
|
Keterlibatan akan membantu pasien merasa stress berkurang,memungkinkan energi untuk ditujukan pada penyembuhan
|
2.
|
Berikan lingkungan tenang dan istirahat
|
Memindahkan pasien dari stress luar meningkatkan relaksasi; membantu menurunkan ansietas
|
3
|
Bantu pasien untuk mengidentifikasi/ memerlukan perilaku koping yang digunakan pada masa lalu
|
Perilaku yang berhasil dapat dikuatkan pada penerimaan masalah stress saat ini, meningkatkan rasa control diri pasien
|
4
|
Bantu pasien belajar mekanisme koping baru, misalnya teknik mengatasi stress
|
Belajar cara baru untuk mengatasi masalah dapat membantu dalam menurunkan stress dan ansietas
|
DAFTAR PUSTAKA
Bedaiwy
Mohamed A, Liu James. 2010. Pathophysiology, diagnosis, and surgical
management of endometriosis: A chronic disease. SRM e-journal Vol. 8,
No. 3 , 18 september 2014.
Benson R.C & Martin L.P.2009.Buku Saku Obstetri & ginekologi edisi 9.jakarta : EGC. Hal.666.
Dr.
Salma. 14 Oktober 2010.
http://majalahkesehatan.com/5-jenis-gangguan-menstruasi-haid/ diakses
pada Sabtu, 13 September 2014 pukul 16.17 WIB.
Giudice Linda C. 2010. Endometriosis. N Engl J Med 2010;362:2389-98.
Heffner, Linda J. dan Danny J. Schust. 2008. At a Glance Sistem Reproduksi Edisi Kedua. Erlangga Medical Series: Jakarta.
Kursiman, Eny. 2011. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba Medika.
Manuaba, Ida B.G. 1998. Ilmu Kebidanan, Peyakit Kandungan & Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. EGC: Jakarta.
Priyatna, Andi. 2009. Be A Smart Teenager! For Boys and Girls. Jakarta : Elex Media Komputindo halaman 105
Prof.
Dr.Med. Ali Baziad, SpOG(K) Divisi Imuno Endokronologi - Departemen
Obstetri dan Ginekologi FKUI-RSCM Jakarta. 10 Mei 2012. Mengenal
Berbagai Gangguan Haid
http://www.anakku.net/mengenal-berbagai-gangguan-haid.html diakses pada
Sabtu, 13 September 2014 pukul 17.37
Schwartz, William M. 2005. Pedoman Klinis Pediatri. EGC: Jakarta.
Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri & Gynekologi. Jakarta : Widya Medika
Spero, F Leon. 2005. Clinical Gynecologic Endocrinology and Infertility. Philadelphia : Lippincot Williams & Wilkins.
Sylvia, Price A. dan Lorraine M. Wilson. 2004. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Vol. 2 Ed. 6. EGC: Jakarta.
Tambayong, Jan. 2012. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.
VitaHealth.
2007. Endometriosis : Informasi Lengkap untuk Penderita dan Keluarga.
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama halaman 19-21.
Werner, David, Carol Thuman, Jane Maxwell. 2010. Apa yang Anda kerjakan bila tidak ada Dokter. Yogyakarta : Andi halaman 332.
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/122/jtptunimus-gdl-itatrisian-6081-2-babii.pdf
( diakses pada 16 september 2014 pukul 18.21 WIB)
http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/4s1kedokteran/207311124/BAB%20II.pdf (diakses pada 16 september 2014 pukul 18.44 WIB)
terimakasih banyak untuk informasinya, sangat membantu sekali...
ReplyDeletehttp://obatasliindonesia.com/obat-herbal-nyeri-haid-terbaik/