BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Anatomi dan Fisiologi Kelenjar Hipofisis
Suatu
sistem vaskular, yaitu sistem portal hipotalamo-hipofisis, juga
menghubungkan hipotalamus dengan bagian anterior kelenjar hipofisis.
Terdapat jaringan sinus kapiler yang luas mengelilingi sel-sel hipofisis
anterior, sebagian besar darah yang masuk ke sinus-sinus ini mula-mula
mengaliri plekus kapiler lain di bagian bawah hipotalamus atau eminensia
mediana (John E., 2010). Darah dari pleksus kapiler eminensia mediana
berasal dari arteri hipofisialis superior dan mengalir melalui pembuluh
porta hipotalamus-hipofisis di tangkai hipofisis untuk membasuh sel-sel
adenohipofisis (John E., 2010). Melaui sistem vaskular ini, hormon
pelepasan dari hipotalamus dapat mencapai sel-sel kelenjar untuk
mempermudah pelepasan hormon.
2.1.1 Hipofisis Anterior/Adenohipofisis
Bagian
anterior kelenjar hipofisis mempunyai banyak fungsi dan kemampuan dalam
mengatur fungsi-fungsi dari kelenjar-kelenjar endokrin lain, sehingga
disebut dengan master of gland(Sylvia & Lorraine, 2006).
Sel-sel hipofisis anterior merupakan sel-sel yang khusus yang
menyekresikan tujuh macam hormon yaitu adenocorticotropic hormone (ACTH), melnocyte stimulating hormone (MSH), thyroid stimulating hormone (TSH), folicle stimulating hormone (FSH), luteinizing hormone (LH), growth hormone (GH) dan prolactin
(PRH). Hormon yang termasuk polipeptida adalah ACTH, MSH, GH dan
prolaktin), sedangkan hormon yang termasuk glikoprotein adalah TSH, FSH,
dan LH (Sylvia & Lorraine, 2006).GH, prolakitin dan MSH mempunyai
pengaruh metabolik langsung pada jaringan sasaran. Sebaliknya, ACTH,
TSH, FSH dan LH fungsi utamanya adalah mengatur sekresi
kelenjar-kelenjar endokrin lainnya, oleh karena itu dikenal sebagai
hormon-hormon tropik.
Tabel 1. Sel adenohopofisis dan Hormon-hormonnya
Sel
|
Hormon
|
Efek fisiologis
|
Kortikotrop
|
Hormon adenokortikotropik (kortikotropin; ACTH)
|
Merangsang
pembentukan glukokortikoid dan androgen oleh korteks adrenal;
mempertahankan ukuran zona fasikulata dan zona retikularis korteks
adrenal
|
Tirotrop
|
Thyroid-stimulating hormone(TSH; tirotropin)
|
Merangsang produksi hormon tiroid oleh sel folikel tiroid; mempertahnkan sel folikel
|
Gonadotrop
|
Follicle-stimulating hormone (FSH)
Luteiizing hormone (LH)
|
Merangsang perkembangan folikel ovarium; mengatur spermatogenesis di testis
Menyebabkan
ovulasi dan pembentukan korpus liteum di ovarium; merangsang produksi
estrogen dan progesteron ole ovarium; merangsang pembentukan testosteron
oleh testis
|
Mamotrop, laktotrop
|
Prolaktin (PRL)
|
Merangsang sekresi dan produksi susu
|
Somatotrop
|
Hormon pertumbuhan (somatotropin; GH)
|
Meragsang
pertumbuhan tubuh; meragsang pengeluaran insulin-like growth factor-1
(IGF-1); merangsang lipolisis; menGHambat kerja insulin pada metabolisme
karbohidrat dan lemak
|
Sumber: John E. Hall (2010)
Hormon
hipofisiotropik adalah hormon pelepas dan penghambat yang mengontrol
sekresi hormon hipofisis anterior. Meskipun akson dari neuro
magnoselular nukleus supraoptikus dan paraventrikel berakhir di kelejar
hipofisis posterior, serat-serat saraf dari badan sel hipotalamus yang
mensintesis hormon hipofisiotropik mengarah ke eminensia mediana dan
disimpan dalam granula sekretorik di terminal saraf (John E., 2010).
Jika sel-sel neuroendokrin hipotalamus mengalami rangsangan, neurohormon
dibebaskan ke dalam pleksus kapiler eminensia mediana untuk kemudian
mengalir melalui pembulu darah porta hipotalamus-hipofisis dan mencapai
sinusoid di sekitar sel-sel adenohipofisis (John E., 2010).
Sel
hipofisis anterior berespon terhadap hormon hipofisiotropik dengan
meningkatkan atau menurunkan sitesis dan sekresi hormon-hormon
adenohipofisis. Jika hormon tropik dari kelenjar hipofisi anterior
merangsang jaringan dan kelenjar endokrin sasaran, maka terjadi
perubahan pada hormon kelenjar sasaran dan substrat metabolik di darah
perifer menimbulkan kontrol umpan balik negatif pada sekresi hormon
hipofisis anterior melelaui efek langsung pada sel adenohipofisis dan
melalui efek tak langsung di tingkat hipotalamus untuk mengubah
pegeluaran hormon-hormon hipofisiotropik (John E., 2010).
2.2Growth Hormone
GH
atau hormon somatotropin mempunyai pengaruh metabolik utama baik pada
anak-anak maupun orang dewasa. Pada anak-anak, hormon ini diperlukan
untuk pertumbuhan somatik dan pada orang dewasa untuk mempertahankan
ukuran orang dewasa normal serta berperan dalam pengaturan sisntesis
protein dan pembuangan zat makanan (Sylvia & Lorraine, 2006). GH
memproduksi faktor pertumbuhan mirip insulin (IGF-1) yang memperantarai
efek perangsang pertumbuhan. Tanpa IGF-1, GH tidak dapat merangsang
pertumbuhan (Sylvia & Lorraine, 2006). Sekresi GH diatur oleh growth
hormone releasing hormone (GHRH) dari hipotalamus dan oleh
somatostatin, suatu hormon penGHambat. Pelepasan GH dirangsang oeh
hipoglikemia dan oleh asam amio seperti arginin, serta stres dan latihan
berat.
2.2.1 Efek Fisiologis
Menurut John E. Hall (2010), GH memiliki berbagai efek di seluruh tubuh, yaitu:
a. Meningkatkan pertumbuhan linier
GH
merangsang kartilago hipofisis atau lempeng pertumbuhan tulang-tulang
panjang. Di bawah pengaruh GH, kondrosit di lempeng pertumbuhan
terangsang sehingga sel-sel ini berproliferasi dan megendapkan tulag
rawan baru yang diikuti oleh perubahan tulang rawan ini menjadi tulang.
Proses ini memperpajang batang tulang pajang. Pada akhir masa remaja,
ketika tidak ada lagi tulang rawan epifisi (penutupan epifis), GH tidak
lagi dapat memperpanjang tulang panjang. GH juga meningkatkan aktivitas
osteoblas, sehingga masssa tulang total akan meningkat oleh GH meskipun
epifisi telah menutup.
b. Mendorong pengendapan protein di jaringan
GH
adalah suatu hormon anabolik protein dan menyebabkan keseimbangan
nitrogen positif. Hormon ini meningkatkan penyerapan asam amino di
sebagian besar sel dan sintesis asam amino menjadi protein.
c. Mendorong pemakaian lemak untuk energi
GH
menyebabkan mobilisasi asam lemak dan meningkatkan kecenderungan
pemakaian asam lemak bebas untuk energi. Efek GH tersebut bersama dengan
efek anabolik proteinnya, menyebabkan peningkatan lean body mass (masa
tubuh tanpa lemak). Efek lipolitik GH memerlukan waktu beberapa jam
untuk muncul. Paling tidak sebagian dari efek ini disebabkan oleh efek
GH yang menimbulkan gangguan penyerapan glukosa ke dalam sel lemak.
Karena menigkatnya kadar asam lemak bebas dan ketoasid dalam plasma, GH
bersifat ketogenik.
d. Mengganggu pemakaian karbohidrat untuk energi
GH
menurunkan penyerapan dan pemakaian glukosa oleh banyak sel
peka-insulin, misalnya otot dan jaringan lemak. Akibatnya, konsentrasi
glukosa darah cenderung meningkat dan sekresi insulin juga meningkat
untuk mengompensasi terjadinya resistensi insulin yang dipicu oleh GH.
Oleh karea itu, GH bersifat diabetogenik.
2.2.2 Somatomedin dan Efek AnabolikGH
Efek
GH pada pertumbuhan linier dan metabolisme protein bersifat tak
langsung dan diperantarai melalui pembentukan polipeptida yang dinamai
somatomedin atau faktor pertumbuhan mirip insulin (IGF). Somatomedin
disekresikan oleh hati dan jaringan lain. Somatomedin C atau IGF-1
adalah suatu protein 70 asam amino yang dihasilkan oleh hati dan
mencerminkan kadar GH plasma (John E., 2010). Efek pemicu pertumbuhan GH
disebabkan oleh somatomedin yang diproduksi baik secara lokal maupun
sirkular di tulang rawan dan otot, somatomedin yang diproduksi secara
lokal bekerja secara otokrin atau parakrin untuk merangsang pertumbuhan.
2.2.3 Rangsangan Metabolik Sekresi Hormon Pertumbuhan
Sekresi
hormon pertumbuhan berada di bawah pengaruh suatu hormon pelepas (GHRH)
hipotalamus dan inhibiting hormon (somatostatin) hipotalamus (John E.,
2010) . Regulasi umpan balik sekresi GH diperantarai oleh somatomedin C
darah melalui kerja di hipotalamus dan hipofisis. Kadar somatomedin C
yang tinggi di plasma akan menurunkan pelepasan GH dengan menigkatkan
sekresi somatostatin dari hipotalamus dan dengan bekerja langsung pada
hipofisis untuk mengurangi kepekaan terhadap GHRH.
Sekresi
hormon pertumbuhan paling tinggi selama masa pubertas dan berkurang
pada masa dewasa (John E., 2010) . Hal ini mungkin ikut berperan
menurunkan massa tubuh non lemak dan meningkatkan massa lemak yang khas
bagi usia lanjut. Menurut John E. Hall (2010) terdapat tiga kategori
umum rangsangan yang menigkatkan sekresi GH, yaitu:
- Berpuasa, kekurangan protein kronik, atau keadaan lain dengan penurunan mendadak substrat-substrat metabolik, misalnya glukosa dan asam lemak bebas dalam plasma.
- Meningkatkan kadar asam amino plasma, seperti terjadi setelah megkonsumsi makanan berprotein.
- Olahraga dan rangsangan stres, misalnya nyeri dan demam.
2.3 Dwarfisme
2.3.1 Definisi
Dwarfisme
adalah gangguan pertumbuhan akibat gangguan pada fungsi hormon.
Dwarfisme atau kekerdilan adalah gangguan genetis bawaan dimanatulang
tulang panjang misalnya tulang lengan dan kaki tidak tumbuh dengan baik
(K. Lyen dkk, 2003).Hasil akhirnyaadalah orangkecil yangproporsional,
karena tinggisertapertumbuhan semuastruktur lainindividumengalami
penurunan (Beer et al, 2004). Dwarfisme adalah perawakan pendek
yang dicirikan oleh tinggi dewasa kurang dari 147 cm (58″) pada
laki-laki atau ketinggian berdiri di bawah persentil ketiga untuk
usianya.Dwarfisme tidak sama dengan kretinisme.
2.3.2 Klasifikasi
Hipopituitarisme pada anak menimbulkan gejala cebol (dwarfism). Kupperman (1963) membagi dwarfisme dalam 2 jenis, yaitu:
- Pituitary dwarfism
Pada
penyakit ini penderita-selain kekurangan somatotropin juga kekurangan
ACTH, TSH dan gonadotropin. Karena itu mereka sering pula mempunyai
gejala-gejala dari hipoadrenalisme, hipotiroidisme dan hipogonadisme.
Pemeriksaan dengan foto rontgen menunjukkan penutupan epifisis-epifisis
terlambat dibandingkan dengan umur kronologis.
- Primordial dwarfism
Dalam hal ini yang kekurangan adalah hanya somatotropin
Mereka tidak kekurangan hormon-hormon hipofisis lain. Pada pemeriksaan tulang di temukan penutupan epifisis dari tulang-tulang tidak terlambat dan cocok dengan umur kronologis.
Mereka tidak kekurangan hormon-hormon hipofisis lain. Pada pemeriksaan tulang di temukan penutupan epifisis dari tulang-tulang tidak terlambat dan cocok dengan umur kronologis.
2.3.3 Etiologi
Seseorang dapat menjadi individu dwarfisme disebabkan oleh beberapa hal, antara lain :
- Defisiensi seluruh sekresi kelenjar hipofisis anterior (panhipopituitary) selama masa kanak-kanak (Guyton & Hall, 1997).
- Terlalu sedikitnya hormon hipofisis sehingga menyebabkan tubuh yang kerdil (Atkinson, 1994)
- Mutasi genetik yang berlangsung secara spontan yang terjadi pada sel telur atau pada sel sperma. Dalam beberapa kasus, kedua orang tua yang memiliki ukuran tubuh normal sekalipun dapat memiliki anak dengan struktur tubuh yang kecil (Nicholson, 2005).
Hipopituitarisme pada
anak menimbulkan gejala cebol (dwarfism). Dwarfisme dapat disebabkan
oleh defisiensi GRH, defisiensi IGF-I, atau penyebab lainnya. Beberapa
kasus dwarfisme disebabkan oleh defisiensi seluruh sekresi kelenjar
hipofisis anterior atau disebut panhipopituitarisme selama masa
anak-anak. Pada umumnya, pertumbuhan bagian-bagian tubuh sesuai satu
sama lain, tetapi kecepatan pertumbuhannya sangat berkurang. Defisiensi
hormon pertumbuhan biasanya disebabkan oleh defisiensi GRH. Pada keadaan
ini, respons hormon pertumbuhan terhadap GRH tetap normal, tetapi
sebagian penderita mengalami kelainan pada sel-sel pensekresi hormon pertumbuhan. Etiologi dwarfisme yang lain yaitu:
- Tumor Otak
Kebanyakan kasus hipopituitari disebabkan adenoma hipofisis menekan jaringan normal di kelenjar, dan jarang lainnya tumor otak luar kelenjar-chraniopharyngioma, meningioma, Chordoma, ependymoma, glioma atau metastasis dari kanker di tempat lain di tubuh.
- Infeksi, perandangan, dan infiltrasi otak
Pituitary juga dapat dipengaruhi oleh infeksi
pada otak (abses otak, meningitis, ensefalitis) atau kelenjar itu
sendiri, atau mungkin disusupi oleh sel-sel yang abnormal
(neurosarcoidosis, histiocytosis) atau besi yang berlebihan (hemochromatosis).
- Cedera Fisik
Penyebab fisik eksternal untuk
hipopituitari termasuk cedera otak traumatis, perdarahan subarachnoid,
bedah saraf, dan radiasi pengion (misalnya terapi radiasi untuk tumor
otak sebelumnya).
- Bawaan / Keturunan
Bawaan hipopituitari (hadir sejak lahir) mungkin
hasil komplikasi persalinan sekitar, atau mungkin hasil pembangunan
tidak cukup (hipoplasia) dari kelenjar, kadang-kadang dalam konteks
kelainan genetic tertentu.Mutasi dapat menyebabkan salah perkembangan
cukup kelenjar atau penurunan fungsi.
2.3.4 Manifestasi Klinis
- Ukuran badan pendek dan gemuk, namun proporsional.
- Bentuk muka dan suara imatur (tampak seperti anak kecil).
- Terdapat penipisan tulang.
- Pematangan tulang terlambat.
- Bentuk kepala mikrochepal.
- Lipolisis (proses pemecahan lemak tubuh) berkurang.
- Ada kemungkinan dislokasi sendi.
- Terdapat peningkatan kolesterol total / LDL.
- Biasanya terdapat hipoglikemia.
- Biasanya intelegensia / IQ tetap normal kecuali sering terkena serangan hipoglikemia berat yang berulang.
Dwarfisme
sering dipandang sama dengan penyakit Kretinisme, namun sebenarnya
kedua penyakit tersebut berbeda.Dwarfisme disebabkan oleh defisiensi
growth hormone (GH) yang berdampak pada terganggunya pertumbuhan fisik
dalam penyakit ini dimanifestasikan dengan tubuh pendek.Sedangkan
Kretinisme yaitu tubuh menjadi pendek karena terhambatnya pertumbuhan
tulang dan otot disertai kemunduran mental karena sel sel otak kurang
berkembang.Kretinisme disebabkan oleh defisiensi hipotiroid
(hipotiroidisme). Berikut akan dijabarkan lebih spesifik perbedaan
gejala yang ditimbulkan dari dwarfisme dan kretinisme antaralain :
Gejala yang ditimbulkan Dwarfisme
|
Gejala yang ditimbulkan Kreatinisme
|
|
|
2.3.5Patofisiologi
Secara
umum, dwarfisme disebabkan oleh kondisi defisiensi GHRH, sehingga
kelenjar hipofisis anterior tidak dapat mensekresi GH dan terjadilah
defisiensi hormon pertumbuhan. Hal tersebut akan menyebabkan defisiensi
IGF-1 dan somatomedin, sehingga tubuh tidak mengalami perkembangan
tulang dan otot. Oleh karena itu, seseorang dengan dwarfisme memiliki
proporsi tubuh kecil atau tidak sesuai dengan tinggi badan orang pada
umumnya pada usia yang sama. Seorang anak yang berumur 10 tahun dapat
mempunyai pertumbuhan tubuh seorang anak yang berumur 4 tahun sampai 5
tahun, sedangkan bila orang yang sama mencapai umur 20 tahun dapat
mempunyai pertumbuhan tubuh seorang anak yang berumur 7 sampai 10 tahun
(Guyton, 2008). Namun demikian, meskipun defisiensi hormon pertumbuhan
biasanya disebabkan oleh defisiensi GHRH, pada keadaan lain dapat
terjadi pula suatu kodisi dimana respons hormon pertumbuhan terhadap
GHRH masih normal, namun sebagian penderita mengalami kelainan pada
sel-sel pensekresi hormon pertumbuhan yaitu pada kelenjar hipofisis
anterior. Penyebab hipofungsi hipofise dapat bersifat primer dan
sekunder. Primer jika gangguannya terdapat pada kelenjar hipofise itu
sendiri, dan sekunder bila gangguan ada pada hipotalamus.
Pasien
dwarfisme panhipopituitarisme tidak melewati masa pubertas dan pasien
tersebut tidak pernah dapat menyekskresi hormon gonadotropin dalam
jumlah yang cukup guna pertumbuhan fungsi seksual dewasa. Apabila
hipopituitarisme berlanjut pada saat dewasa, gejala utama ditandai
dengan efek defisiensi gonadotropin. Pada wanita biasanya terjadi
amenore dan infertilitas sedangkan pada pria biasanya terjadi
infertilitas dan impotensi defisiensi tirotropin dan kortikotropin yang
dapat mengakibatkan atropi tiroid dan korteks adrenal.Akan tetapi
sepertiga pasien dwarfisme hanya mengalami defisiensi hormon pertumbuhan
saja; pasien seperti ini mengalami pematangan seksual dan adakalanya
dapat juga bereproduksi (Guyton, 2008).
2.3.6Pemeriksaan Diagnostik
Berikut adalah pemeriksaan diagnosis untuk menegakkan diagnosis dwarfisme (Corwin, 2009) :
- Riwayat dan pemeriksaan fisik yang baik akan membantu mendiagnosis defisiensi hormon pertumbuhan.Anamnesis yang cermat untuk mengetahui riwayat sakit dan pemeriksaan fisik yang cermat, termasuk pengkajian terhadap ketajaman visus serta lapang pandang.
- Pemeriksaan darah yang mengukur penurunan kadar GH akan mendukung diagnosis kondisi tersebut.
- Pemeriksaan pencitraan saraf untuk mengidentifikasi tumor hipofisis dapat memperbaiki diagnosis (Pemeriksaan CT scan dan MRI untuk mendiagnosis ada serta luasnya tumor hipofisis)
- Pengukuran kadar hormone hipofisis dalam serum (Kurang responsif terhadap provokasi GH akan membantu memastikan defisiensi GH). Pengukuran kadar hormone hipofisis dalam serum dapat dilakukan bersama pemeriksaan hormone dari berbagai target organ untuk membantu mendiagnosis.
2.3.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
dwarfisme terdiri atas penatalaksanaan psikologis dan pemantauan medis
secara kontinu, untuk penatalaksanaan medis yaitu memerhatikan kesehatan
umum dan nutrisi, dan dukungan psikologis. Apabila keterlambatan
pertumbuhan disertai dengan harga diri rendah, banyak ahli menyarankan
pemberian terapi hormone. Testosterone dalam dosis yang telah diatur
secara teliti telah terbukti efektif pada beberapa kasus. Hormone
pertumbuhan mampu meningkatkan tinggi badan dan digunakan untuk terapi
defisiensi hormone pertumbuhan(Wong et al, 2008). Namun
demikian, penggunaan hormone pertumbuhan pada anak-anak yang mengalami
keterlambatan konstitusional sangat controversial.
Penatalaksanaan
psikososial meliputi penggunaan obat untuk mengubah perilaku anak
adalah kontroversial. Pengaruhnya pada perilaku dipengaruhi oleh
kematangan sistem saraf pusat dan lingkungan (penderita dan orang
tua).Apabila telah ditentukan bahwa psikopatologi ada pada anak maka
rencana untuk terapi dapat dipilih. Terapi yang dapat diberikan kepada
anak adalah terapi dinamik, yaitu dirancang untuk memahami motivasi
psikologis anak, dan terapi perilaku, yakni terapi yang digunakan untuk
mengubah perilaku-perilaku spesifik melalui pemberian penguatan positif
secara konsisten. Selain itu, terdapat pula terapi yang diberikan untuk
keluarga. Hal ini guna untuk menanamkan pengertian keluarga terhadap
anak (Behrman et al, 2000).
2.3.8 Komplikasi
Komplikasi
yang mungkin terkait dengan perawakan pendek adalah bervariasi sesuai
dengan penyebab dwarfisme. Komplikasinya antara lain adalah sebagai
berikut :
- Stenosis spinal
Seseorang dengan
achondroplasia (salah satu jenis kelainan genetik yang umumnya
merupakan penyebab dwarfisme), kanal tulang belakang lebih kecil dari
pada rata-rata. Penyempitan ini dapat memampatkan saraf tulang belakang
dan dapat mengakibatkan komplikasi neurologis yang serius. Hal ini
penting untuk belajar mengenali beberapa gejala stenosis tulang
belakang: inkontinensia, refleks tendon berlebihan, gemetar, mati rasa
atau kesemutan di kaki, pincang, dan kelemahan otot.Masalah ini umumnya
terjadi pada akhir masa remaja. Jika stenosis tulang belakang tidak
diobati, dapat menyebabkan kelumpuhan progresif dan masalah kontrol
kandung kemih.
- Infeksi telinga dan gangguan pendengaran
Telinga bagian tengah, yang berisi
tulang dan tabung eustachius, seringkali lebih kecil dan sedikit cacat
pada anak-anak dengan dwarfisme.Anak-anak lebih rentan terhadap infeksi
bakteri pada telinga, yang sering memblokir tabung Eustachio dan
menyebabkan infeksi telinga.
- Nyeri sendi dan osteoarthritis
Beberapa jenis dwarfisme dapat
meninggalkan tubuh yang sangat cacat.Seringkali, dua bagian dari
anggota tubuh yang sama (misalnya kaki dan paha) tidak sejajar. Tungkai
yang cacat tersebut bisa menyakitkan dan dapat membuat berjalan sulit.
- Palate sumbing dan malformasi dari gigi dan rahang
Gigi anak-anak dengan beberapa jenis
dwarfisme, seperti sindrom Seckel, dapat tumbuh di tempat yang abnormal.
Rahang atas anak-anak dengan sindrom Turner atau Seckel, berkembang
lebih lambat dari rahang bawah. Rahang bawah, biasanya tidak
terpengaruh, kadang-kadang bergerak kedepan. Pada sindrom Kniestatau
diastrophic displasia dapat terjadi bibir sumbing yang dapat
mempengaruhi rahangatas. Cacat ini dapat dikoreksi melalui pembedahan.
- Masalah Pernapasan
Sleep apnea terdiri dari pernafasan sangat singkat jeda selama tidur. Ditemukant erutama pada bayi dengan achondroplasia, sleep apnea adalah umums elama tahun pertama bayi. Hal ini disebabkan oleh foramen magnum stenosis: Ketika pembukaan di dasar tengkorak dimana tulang belakang lewat (foramen magnum) terlalu kecil, serabut saraf mengontrol fungsi pernafasan dan denyut jantung mengalami kompresi. Jika ada stenosis, operasi dapat dilakukan pada 4 sampai 6 bulan.
- Masalah neuropsikologi
Dwarfisme tidak menyebabakan penurunan
IQ, tetapi pada kondisi tertentu misalnya pada kasus hipoglikemi yang
berulang yang terjadi pada pasien dwarfisme dapat terjadi penurunan IQ.
- Kehamilan
Sebuah persalinan
sesar hampir selalu diperlukan karena ukuran dan bentuk panggul tidak
memungkinkan untuk melahirkan per vagina.Umumnya pasien melahirkan
dengan sectio caesarea antara 35 dan 37 minggu (M. Hakim, 2010).
Seringkali janinya cukup besar, sekitar 2,6 gram.
2.3.9 Prognosis
Prognosis
untuk setiap jenis dwarfisme bervariasi.Dwarfisme panhipopituitarisme
tidak melewati terjadinya awal perkembangan seksual dewasa (pubertas)
dan tidak pernah menghasilkan cukup hormon gonadotropik untuk
mengembangkan fungsi seksual dewasa.Orang-orang ini juga memiliki
beberapa kondisi medis lainnya.Dwarfisme karena hanya kekurangan hormon
pertumbuhan memiliki prognosis yang berbeda.Jika individu yang hanya
kekurangan hormon pertumbuhan maka pertumbuhan terapi penggantian hormon
dapat diberikan.Keberhasilan pengobatan dengan hormon pertumbuhan
bervariasi namun, peningkatan ketinggian 10-15 cm dapat terjadi pada
tahun pertama pengobatan.Setelah tahun pertama ini, respon terhadap
hormon tersebut tidak berhasil.Oleh karena itu, jumlah hormon
pertumbuhan diberikan harus tiga kali lipat untuk mempertahankan tingkat
ini.Penggunaan jangka panjang dianggap berhasil jika individu tumbuh
setidaknya 2 cm per tahun lebih dari mereka akan tanpa hormon.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN DWARFISME (KONSEP)
- Pengkajian
a. Anamnesa
- Identitas
Nama , umur, jenis kelamin, alamat , agama, suku bangsa , no registrasi
- Riwayat Kesehatan
- Keluhan Utama
Keluhan utama meliputi :
- Pertumbuhan lambat
- Ukuran otot dan tulang kecil
- tanda-tanda seks sekunder tidak berkembang; tidak ada rambut pubis, tidak ada rambut aksila, payudara tidak tumbuh, penis tidak tumbuh, tidak mendapat haid.
- Infertilitas
- Impotensi
- libido menurun
- nyeri senggama pada wanita.
- Riwayat penyakit sekarang
Tidak bertambahnya ukuran tinggi tubuh dan seks sekunder yang tidak berkembang
- Riwayat penyakit dahulu
Seperti adanya factor resiko potensi penyakit yang lain, seperti tumor, kanker, osteoporosis, dll
- Riwayat trauma kepala.
Adakah penyakit atau trauma pada kepala yang pernah diderita pasien, serta riwayat adanya terkena radiasi.
- Sejak kapan keluhan dirasakan.
Dampak defisiensi GH mulai tampak pada masa balita sedangkan defisiensi gonadotropin nyata pada masa pra remaja.
- Riwayat keluarga
- Tinggi badan kedua orangtuanya
- Usia pubertas kedua orangtuanya
- Riwayat keluarga dengan perawakan pendek
- Riwayat keluarga dengan kelambatan pertumbuhan dan pubertas
- Riwayat keluarga dengan endokrinopati atau penyakit sistemik yang mempengaruhi pertumbuhan
- Riwayat anak
- Kapan mulai terjadi kelambatan pertumbuhan
- Pengaruh psikologik terhadap perawakan pendeknya
- Riwayat perinatal
- Komplikasi kehamilan dan kelahiran
- Berat badan lahir
- Petunjuk potensial kearah etiologi
- Hipopituitarisme: Hipoglikemia, ikterus lama, mikropenis
- Sindroma Turner: lympedema
- Sindrom Prader Willi atau Down: hipotonia
- Riwayat konsumsi obat-obatan
mengkonsumsi obat-obatan bukan dari dokter atau suplemen makanan
- Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
- Pertumbuhan
- Kenaikan BB karena umur 1 –3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg (rata-rata 2 kg), TB 6-10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun.
- Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun kedua dan seterusnya.
- Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan gigi taring, seluruhnya berjumlah 14 – 16 buah
- Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring.
- Perkembangan
- Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud.
Fase anal :
Pengeluaran
tinja menjadi sumber kepuasan libido, memulai menunjukan kekuatannya,
cinta diri sendiri/ egoistic, mulai kenal dengan tubuhnya, tugas
utamanya adalah latihan kebersihan, perkembangan bicra dan bahasa
(meniru dan mengulang kata sederhana, hubungan interpersonal, bermain).
- Tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson.
Autonomy vs Shame and doundt
Perkembangn ketrampilan
motorik dan bahasa dipelajari anak toddler dari lingkungan dan
keuntungan yang ia peroleh dari kemampuannya untuk mandiri. Melalui
dorongan orang tua untuk makan, berpakaian, BAB sendiri, jika orang tua
terlalu over protektif menuntut harapan yanag terlalu tinggi maka anak
akan merasa malu dan ragu-ragu seperti juga halnya perasaan tidak mampu
yang dapat berkembang pada diri anak (Hull et al, 2008).
- Gerakan kasar dan halus, bacara, bahasa dan kecerdasan, bergaul dan mandiri : Umur 2-3 tahun :
- Berdiri dengan satu kaki tanpa berpegangan sedikitpun 2 hitungan
- Meniru membuat garis lurus
- Menyatakan keinginan sedikitnya dengan dua kata
- Melepaskan pakaian sendiri
b. Pemeriksaan Fisik
- Inspeksi : Amati bentuk, ukuran tubuh, ukur berat dan tinggi badan, amati bentuk dan ukuran buah dada, pertumbuhan rambut aksil dan pubis dan pada klien pria amati pertumbuhan rambut di wajah (jenggot dan kumis).
- Palpasi : kulit pada wanita biasanya kering dan kasar.
- Diagnosa
- Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur dan fungsi tubuh akibat defisiensi ganodotropin dan defisiensi hormon pertumbuhan.
- Disfungsi seksual berhubungan dengan perkembangan seks sekunder terganggu
- Harga diri rendah kronis berhubungan dengan perubahan penampilan tubuh.
- Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan kronisitas kondisi penyakit.
- Intervensi
1) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur dan fungsi tubuh
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam Klien dapat menerima kondisinya
Kriteria Hasil : Klien percaya diri dan berkomunikasi dengan temannya
Klien dapat bermain dengan temannya
Intervensi
|
Rasional
|
Dorong anak untuk mengeksprsikan perasaannya. | Agar anak mampu mengungkapkan perasaannya. |
Dorong anak untuk bertanya mengenai masalah yang dihadapinya | Anak mampu mengenal masalah kesehatan yang dihadapinya |
Kolaborasi : pemberian hormon pertumbuhan sintetis (eksogen). |
2) Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan penampilan tubuh
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam klien menunjukkan interaksi sosial
Kriteria hasil : An. P kooperatif saat menjalani program terapi
An. P dapat berinteraksi dengan orang lain
An. P tidak malau lagi untuk bermain dengan temannya
Intervensi
|
Rasional
|
Bantu anak dalam membina saling hubungan percaya antara klien dengan perawat | Agar anak mampu membina hubungan saling percaya antara klien dan perawat. |
Bantu anak dalam hal berinteraksi social | Agar anak mampu berinteraksi social |
Bantu anak untuk meningkatkan harga dirinya kembali dengan mendukung segala tindakan, harapan, dan keinginan pasien | Agar anak mampu mendiskusikan perasaannya |
3) Ketidakefektifan koping individu b.d tingkat percaya diri yang tidak adekuat
Tujuan : setelah dilakukan perawatan selama 4x24 jam An.P menunjukan merasa lebih percaya diri
Kriteria Hasil : An.P mau bermain dengan teman sebayanya,
An.P tidak malu dengan kondisi fisiknya.
Intervensi
|
Rasional
|
Nilai kesesuaian pasien terhadap perubahan gambaran diri, sesuai dengan indikasi | .mengetahui tingkat percaya diri pasien |
Fasilitasi pasien untuk mengenal kelompok yang mendukungnya , memberi pelayanan kesehatan yang lainya. | Membantu pasien untuk saling sharing dengan sesama penderita |
Bantu pasien dalam mengidentifikasi respon positif dari orang lain | Membantu pasien untuk melakukan interaksi sosial. |
Daftar Pustaka
Guyton. 2008. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta: EGC.
Hakim, M. 2010. Ilmu Kebidanan: Patologi dan Fisiologi Persalinan. Yogyakarta : ANDI dan Yayasan Esentia Medika.
Hall, John E. 2010. Guyton & Hall Buku Saku Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: EGC
Kenneth, Lyen dkk. 2003. Merawat Balita. Jakarta: Ikrar Mandiri
Lyen, K,dll. 2003. Apa yang ingin Anda Ketahui tentang Merawat Balita. Jakarta: Gramedia
Price, Sylvia A. dan Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Vol. 2 Ed. 6. Jakarta: EGC
Tambayong Jan. 2010. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.
http://www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/psychology/2009/Artikel_10504110.pdf (diakses pada 15 september 2014 pukul 14.40 WIB
0 comments:
Post a Comment
Mari kita budayakan berkomentar yang baik dan santun ya sobat.