Asuhan Keperawatan pada Luka Bakar

Luka bakar merupakan cedera paling berat yang mengakibatkan permasalahan yang kompleks, tidak hanya menyebabkan kerusakan kulit namun juga seluruh sistem tubuh (Nina,2008)...

Materi Intepretasi EKG Normal

Elektrokardiografi adalah ilmu yg mempelajari aktivitas listrik jantung sedangkan Elektrokardigram ( EKG ) adalah suatu grafik yg menggambarkan rekaman listrik jantung...

Liburan Murah Bersama Alam di Hutan Pinus Pandaan

Pasuruan merupakan salah satu kabupaten yang memiliki puluhan destinasi wisata yang menarik. Banyak para pelancong yang akhirnya melabuhkan hatinya di Pasuruan...

Mahasiswa FKp Satu-Satunya Delegasi Keperawatan pada Kompetisi Riset Dunia

Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga mengirimkan satu tim delegasi untuk mengikuti Hokkaido Indonesian Student Association Scientific Meeting-14 (HISAS-14) di Hokkaido...

Kisah Inspiratif Dua Pedagang Keren

assalamualaikum wr.wb para pembaca yang budiman. Sudah lama ane gak posting-posting lagi. Hari ini izinkan ane berbagi pengalaman kepada pembaca semua...

Apa yang Membuat Saya Rindu Kampung Halaman?

Pembaca yang budiman, mungkin di antara kita banyak yang sedang atau pernah menyandang status sebagai perantau kota besar. Entah karena studi...

السَّلاَÙ…ُ عَÙ„َÙŠْÙƒُÙ…ْ ÙˆَرَØ­ْÙ…َØ©ُ اللهِ ÙˆَبَرَÙƒَاتُÙ‡ُ ...... Selamat datang di BLOG RIO CRISTIANTO. Dukung Blog ini dengan like fanspage "Rio Cristianto". Thank you, Happy Learning... ^_^

Tuesday, 30 May 2017

Tanya Jawab tentang Puasa Ramadhan : Niat

Assalamualaikum wr. wb para Pembaca yang budiman. Tidak terasa bulan yang penuh berkah dan keutamaan yaitu bulan Ramdhan telah datang. Bulan yang dimuliakan oleh Allah yang yang senantiasa disambut oleh umat muslim dengan suka cita dan hati berbunga-bunga dan kemudian mengiringinya dengan semangat untuk beribadah, Insya Allah. Alhamdulillah Allah masih mempertemukan kita dengan bulan Ramadhan, yang berarti oleh Allah kita telah diberikan kesempatan untuk meminta ampun kepada-Nya agar dihapuskan dosa-dosa kita, dan dibukakan jalan untuk mendekatkan diri kepada-Nya, serta dilapangkan kemudahan untuk mengumpulkan pahala sebanyak-banyaknya demi menggapai ridha-Nya.

Di bulan Ramdhan ini ada ibadah istimewa yang Allah wajibkan kepada seluruh umat Islam yaitu berpuasa. Sebagaimana yang tercantum dalam Surat Al Baqarah ayat 183 : “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”

Pembaca yang budiman, seringkali Saya menemui pertanyaan-pertanyaan perihal berpuasa yang membuat hati Saya galau merana. Misal pertanyaan seperti bagaimana niat berpuasa yang benar, bagaimana peraturan mengganti puasa yang ditinggalkan, hal-hal apa saja yang membatalkan puasa, seperti apa udzur yang diperbolehkan untuk tidak berpuasa dan pertanyaan lainnya. Mungkin bukan hanya Saya, barangkali Pembaca sekalian juga mendapati pertanyaan-pertanyaan tersebut masih menjadi tanda tanya.

Pembaca yang budiman, pada artikel ini Saya ingin menuliskan tentang pertanyaan-pertanyaan yang sering ditanyakan tentang puasa dan mencoba memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut. Tentu saja jawaban dan ulasan atas pertanyaan tersebut bukan opini Saya pribadi yang masih perlu banyak belajar ini, tetapi Saya ambil dari sebuah buku yang alhamdulillah berhasil memberikan pencerahan atas kegalauan hati Saya. Buku tersebut ditulis oleh Al Ustadz Ahmat Sarwat, LC. MA, berjudul “60 Tanya Jawab Seputar Puasa dan Ramadhan” diterbitkan oleh Yayasan Dana Sosial Al Falah (YDSF). Semoga artikel ini bermanfaat dan dapat memberikan sedikit informasi dan pengetahuan khususnya tentang puasa dan Ramdhan. Untuk artikel pertama Saya ingin menuliskan pertanyaan-pertanyaan tentang niat.

  1. Apakah kita wajib niat berpuasa sejak malam hari?
Jumhur ulama sepakat bahwa niat untuk berpuasa fardhu harus sudah dilakukan sejak sebelum memulai puasa. Dan puasa wajib itu tidak sah bila tidak berniat sebelum waktu fajar itu.
Dalam fiqih, hal seperti ini diistilahkan dengan tabyit an-niyah yaitu memabitkan niat. Maksudnya, niat itu harus sudah dipasang sejak semalam, batas akhirnya ketika fajar shubuh hampir terbit. Dasarnya adalah sabda Rasulullah SAW :
Dari Hafshah ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang tidak berniat sebelum fajar, maka tidak ada puasa untuknya.” (HR. Tirmidzy, An Nasa’I, Ibnu Majah, dan Ahmad)
Namun, untuk puasa sunnah tidak harus dipasang niat sejak malam. Jadi dapat dilakukan saat siang hari, atau tiba-tiba berniat puasa pada tengah hari asalkan masih belum melakukan hal-hal yang membatalkan puasa.

  1. Apakah tiap malam harus ada niat tersendiri? Bolehkah niatnya digabung untuk sebulan ke depan?
Menurut jumhur ulama, niat itu harus dilakukan pada setiap malam yang besoknya kita akan berpuasa secara satu per satu. Satu niat tidak dapat digunakan untuk niat satu bulan. Hal ini karena masing-masing hari merupakan ibadah yang terpisah-pisah dan bukan merupakan satu paket yang menyatu. Buktinya, seseorang dapat berniat puasa di suatu hari dan dapat pula berniat tidak berpuasa di hari yang lain. Oleh karena itu jumhur ulama mensyaratkan harus ada niat di setiap hari sebelum melaksanakan puasa meskipun tidak dilafadzkan.
Sedangkan kalangan fuqaha dari Al Malikiyah mengatakan bahwa tidak ada dalil nash yang mewajibkan hal itu. Bahkan bila mengacu pada ayat Al Qur’an , jelas sekali bahwa niat berpuasa Ramadhan itu untuk satu bulan secara langsung dan tidak diniatkan secara hari per hari. Ayat yang dimaksud adalah :
“…Siapa diantara kalian yang menyaksikan Bulan (Ramadhan), maka berpuasalah…” (QS. Al Baqarah: 185)

  1. Apakah niat itu harus dilafazkan dengan “Nawaitu shauma ghadin”?
Para ulama sepakat bahwa seseorang yang sekedar melafadzkan niat seperti di atas maka hukumnya belum sampai kepada niat itu sendiri. Sebab niat tersebut baru sampai pada lisan saja padahal hakikatnya niat itu berasal dari dalam hati. Sehingga pada dasarnya niat itu tidak harus dilafadzkan.

Demikian ulasan mengenai pertanyaan-pertanyaan tentang puasa dan Ramadhan yang sering ditanyakan tentang niat. Semoga artikel ini berguna dan bermanfaat. Di artikel berikutnya, Saya akan membahas tentang pertanyaan-pertanyaan seputar puasa dan Ramdhan yang lain. Insya Allah…
Terima kasih   

Tuesday, 23 May 2017

Daftar Diagnosa Keperawatan Internasional Berdasarkan NANDA 2015-2017

Daftar Diagnosa Keperawatan Internasional Berdasarkan NANDA 2015-2017

 (*) diagnosa keperawatan yang sering saya gunakan selama kuliah maupun praktek klinik
No.
Nursing Diagnoses
Code
Domain 1 : Health Promotion
Class 1 : Health Awareness
1
Deficient diversional activity
00097
2
Sedentary lifestyle
00168
Class 2 : Health Management
1
Frail elderly syndrome
00257
2
Risk for frail elderly syndrome
00231
3
Deficient community health
00215
4
Risk-prone health behaviour
00118
5
Ineffective health maintenance
00099
6
Ineffective health management
00078
7
Readiness for enhanced health management
00162
8
Ineffective family health management
00080
9
Noncompliance
00079
10
Ineffetive protection
00043
Domain 2 : Nutrition
Class 1 : Ingestion
1
Insufficient breast milk
00216
2
Ineffective breastfeeding*
00104
3
Interrupted brestfeeding
00105
4
Readiness for enhanced breastfeeding
00106
5
Ineffective infant feeding pattern*
00107
6
Imbalaced nutrition: less than body requirements*
00002
7
Readiness for enhanced nutrition
00163
8
Obesity*
00232
9
Overweight*
00233
10
Risk for overweight
00234
11
Impaired swallowing*
00103
Class 2 : Digestion

None at this time

Class 3 : Absorption

None at this time

Class 4 : Metabolism
1
Risk for unstable blood glucose level*
00179
2
Neonatal jaundice*
00194
3
Risk for neonatal jaundice
00230
4
Risk for impaired liver function
00178
Class 5 : Hydration
1
Risk for electrolyte imbalance*
00195
2
Readiness for enhanced fluid balance
00160
3
Deficient fluid volume*
00027
4
Risk for deficient fluid volume*
00028
5
Excess fluid volume*
00026
6
Risk for imbalanced fluid volume*
00025
Domain 3 : Elimination and Exchange
Class 1 : Urinary function
1
Impaired urinary elimination*
00016
2
Readiness for enhanced urinary elimination
00166
3
Functional urinary incontinence*
00020
4
Overflow urinary incontinence
00176
5
Reflex urinary incontinence
00018
6
Stress urinary incontinence
00017
7
Urge urinary incontinence
00019
8
Risk for urge urinary incontinence
00022
9
Urinary retention*
00023
Class 2 : Gastrointestinal function
1
Constipation*
00011
2
Risk for constipation*
00015
3
Chronic functional constipation
00236
4
Risk for chronic functional constipation
00236
5
Perceived constipation
00012
6
Diarrhea*
00013
7
Dysfunctional gastrointestinal motility
00196
8
Risk for dysfunctional gastrointestinal motility
00197
9
Bowel incontinence
00014
Class 3 : Integumentary function

None at this time

Class 4 : Respiratory function
1
Impaired gas exchange*
00030

Domain 4 :  Activity/Rest
Class 1 : Sleep/rest
1
Insomnia*
00095
2
Sleep deprivation
00096
3
Readiness for enhanced sleep
00165
4
Disturbed sleep pattern*
00198
Class 2 : Activity/exercise
1
Risk for disuse syndrome
00040
2
Impaired bed mobility
00091
3
Impaired physical mobility*
00085
4
Impaired wheelchair mobility
00089
5
Impaired sitting
00237
6
Impaired standing
00238
7
Impaired trensfer ability
00090
8
Impaired walking*
00088
Class 3 : Energy balance
1
Fatigue*
00093
2
Wandering
00154
Class 4 : Cardiovascular/pulmonary responses
1
Activity intolerance*
00092
2
Risk for activity intolerance
00094
3
Ineffective breathing pattern*
00032
4
Decreased cardiac output*
00029
5
Risk for decreased cardiac output*
00240
6
Risk for impaired cardiovascular function
00239
7
Risk for ineffective gastrointestinal perfusion
00202
8
Risk for ineffective renal perfusion*
00203
9
Impaired spontaneous ventilation
00033
10
Risk for decreased cardiac tissue perfusion
00200
11
Risk for ineffective cerebral tissue perfusion*
00201
12
Ineffective peripheral tissue perfusion*
00204
13
Risk for ineffective peripheral tissue perfusion
00228
14
Dysfunctional ventilatory weaning response
00034
Class 5 : Self-care
1
Impaired home maintenance
00098
2
Bathing self-care deficit*
00108
3
Dressing self-care deficit
00109
4
Feeding self-care deficit
00102
5
Toileting self-care deficit*
00110
6
Readiness for enhanced self-care
00182
7
Self-neglect
00193
Domain 5 :  Perception/Cognition
Class 1 : Attention
1
Unilateral neglect
00123
Class 2 : Orientation

None at this time

Class 3 : Sensation/perception

None at this time

Class 4 : Cognition
1
Acute confusion
00128
2
Risk for acute confusion
00173
3
Chronic confusion
00129
4
Labile emotional control
00251
5
Ineffective impulse control
00222
6
Deficient knowledge*
00126
7
Readiness for enhanced knowledge
00161
8
Impaired memory
00131
Class 5 : Communication
1
Readiness for enhanced communication
00157
2
Impaired verbal communication*
00051
Domain 6 : Self-perception
Class 1 : Self-concept
1
Readiness for enhanced hope
00185
2
Hopelessness
00124
3
Risk for compromised human dignity
00174
4
Disturbed personal identity
00121
5
Risk for disturbed personal identity
00225
6
Readiness for enhanced self-concept
00167
Class 2 : Self-esteem
1
Chronic low self-esteem
00119
2
Risk for chronic low esteem
00224
3
Situational low self-esteem*
00120
4
Risk for situational low self-esteem
00153
Class 3 : Body image
1
Disturbed body image
00118
Domain 7 : Role Relationships
Class 1 : Caregiving roles
1
Caregiver role strain
00061
2
Risk for caregiver role strain
00062
3
Impaired parenting*
00056
4
Readiness for enhanced parenting
00164
5
Risk for impaired parenting
00057
Class 2 : Family relationships
1
Risk for impaired attachment
00058
2
Dysfunctional family processes*
00063
3
Interrupted family process
00060
4
Readiness for enhanced faamily processes
00159
Class 3 : Role performance
1
Ineffective relationship*
00223
2
Readiness for enhanced relationship
00207
3
Risk for ineffective relationship
00229
4
Parental role conflict
00064
5
Ineffective role performance
00055
6
Impaired social interaction*
00052
Domain 8 : Sexuality
Class 1 : Sexual identity

None at this time

Class 2 : Sexual dysfunction
1
Sexual dysfunction*
00059
2
Ineffective sexuality pattern
00065
Class 3 : Reproduction
1
Ineffective childbearing process
00221
2
Readiness for enhanced childbearing process
00208
3
Risk for ineffective childbearing process
00227
4
Risk for disturbed maternal-fetal dyad
00209
Domain 9 : Coping/Stress Tolerance
Class 1 : Post-trauma responses
1
Post-trauma syndrome
00141
2
Risk for post-trauma syndrome
00145
3
Rape-trauma syndrome
00142
4
Relocation stress syndrome
00114
5
Risk for relocation stress syndrome
00149
Class 2 : Coping responses
1
Ineffective activity planning
00199
2
Risk for ineffective activity planning

3
Anxiety*
00146
4
Defensive coping
00071
5
Ineffective coping
00069
6
Readiness for enhanced coping
00158
7
Ineffective community coping
00077
8
Readiness for enhanced community coping
00076
9
Compromised family coping
00074
10
Disable family coping
00073
11
Readiness for enhanced family coping
00075
12
Death anxiety*
00147
13
Ineffective denial
00072
14
Fear*
00148
15
Grieving*
00136
16
Complicated grieving
00135
17
Risk for complicated grieving
00172
18
Impaired mood regulation
00241
19
Readiness for enhanced power
00187
20
Powerlessness
00125
21
Risk for powerlessness
00152
22
Impaired resilience
00211
23
Chronic sorrow
00137
24
Stress overload
00177
Domain 10 : Life Principles
Class 1 : Values

None at this time

Class 2 : Beliefs
1
Readiness for enhanced spiritual well-being
00068
Class 3 : Value/belief/action congruence
1
Readiness for enhanced decision making
00184
2
Decisional conflict
00083
3
Impaired emancipated decision making
00242
4
Readiness for enhanced emancipated decision making
00243
5
Risk for impaired emancipated decision making
00244
6
Moral distress
00175
7
Impaired religiosity*
00171
8
Risk for impaired religiosity
00170
9
Spiritual distress*
00066
10
Risk for spiritual distress
00067
Domain 11 : Safety/Protection
Class 1 : Infection
1
Risk for infection*
00004
Class 2 : Physical injury
1
Ineffective airway clearence *
00031
2
Risk for aspiration*
00039
3
Risk for bleeding*
00206
4
Risk for dry eye
00219
5
Risk for falls*
00155
6
Risk for injury*
00035
7
Risk for corneal injury
00245
8
Risk for perioperative positioning injury
00087
9
Risk for termal injury
00220
10
Risk for urinary tract injury
00250
11
Impaired dentition
00048
12
Impaired oral mucous membrane
00045
13
Risk for impaired oral mucous membrane

14
Risk for peripheral neurovascular dysfunction
00086
15
Risk for pressure ulcer
00249
16
Risk for shock
00205
17
Impaired skin integrity*
00046
18
Risk for impaired skin integrity*
00047
19
Risk for sudden infant death syndrome
00156
20
Risk for suffocation
00036
21
Delayed surgical recovery
00100
22
Risk for delayed surgical recovery
00246
23
Impaired tissue integrity*
00044
24
Risk for impaired tissue integrity*
00248
25
Risk for trauma
00038
26
Risk for vascular trauma
00213
Class 3 : Violence
1
Risk for other directed violence
00138
2
Risk for self directed violence
00140
3
Self mutilation
00139
4
Risk for self mutilation
00139
5
Risk for suicide
00150
Class 4 : Environmental hazard
1
Contamination
00181
2
Risk for contamination
00180
3
Risk for poisoning
00037
Class 5 : Defensive Processes
1
Risk for adverse reaction to iodinated contrast media
00218
2
Risk for allergy response
00217
3
Latex allergy response
00041
Class 6 : Thermoregulation
1
Risk for imbalanced body temperature
00005
2
Hyperthermia*
00007
3
Hypothermia*
00006
4
Risk for hypothermia
00253
5
Risk for perioperative hypothermia
00254
6
Ineffective thermoregulation*
00008

Thursday, 18 May 2017

Materi Penyuluhan : Perawatan Pasien Penyakit Jantung Koroner di Rumah + Leaflet

  1. Penyakit Jantung
  1. Pengertian Penyakit Jantung
Penyakit jantung adalah kondisi ketika pembuluh darah jantung mengalami kerusakan akibat penumpukan lemak atau kolesterol di pembuluh darah jantung. Akibatnya, jantung mengeras dan menyempit sehingga menyumbat aliran darah sehingga jantung tidak mendapat oksigen dan makanan yang diperlukan untuk berfungsi secara normal.
  1. Tanda dan Gejala
  1. Nyeri dada sebelah kiri saat beraktivitas
  2. Pusing dan sakit kepala
  3. Sesak nafas
  4. Kehilangan kesadaran

3.  Siapa saja yang bisa terkena penyakit jantung?
  1. Lansia
Semakin tua usia seseorang maka kekenyalan pembuluh darah pun juga akan berkurang.

  1. Perokok
Bahan dalam asap rokok yang membahayakan kesehatan jantung adalah nikotin dan karbon. Tiap batang rokok yang dibakar akan menghasilkan 3-6% karbonmonoksida dan sekitar 0,5 mg nikotin. Kadar karbon dalam darah seorang perokok dapat mencapai 5%. Keadaan ini akan menyebabkan penebalan dinding pebuluh darah. Akibatnya perokok memiliki risiko 3x lebih besar terkena penyakit jantung dibandingkan denganorang yang tidak merokok (Wiryowidagdo, 2002)

  1. Orang yang memiliki kadar kolesterol tinggi
Timbunan lemak jahat atau biasa disebut dengan kolesterol yang terlalu tinggi akan menumpuk pada dinding pembuluh darah dan akan membentuk plak. Hal ini membuat pembuluh darah menjadi lebih sempit sehingga menghambat aliran darah ke otot jantung yang mengganggu kerja jantung.

  1. Orang dengan hipertensi/ tekanan darah tinggi
Tkanan darah yang tinggi akan menyebabkan tumpukan plak pada dinding pembuluh darah terlepas sehingga akan menyumbat daerah pembuluh darah yang lebih sempit. Jika plak menyumbat pembuluh darah pada jantung akan menyebabkan menurunnya atau bahkan terhentinya suplai oksigen dan nutrisi ke bagian organ jantung sehingga akan terjadi penyakit jantung.

  1. Penderita Diabetes Mellitus atau kencing manis
Penderita diabetes saat kadar gula arah tinggi akan menyebabkan pengerasan dan kekakuan pada pembuluh darah. Pada kondisi lebih parah pembuluh darah yang memasok oksigen dan nutrisi untuk tubuh akan mati.

  1. Obesitas/ kegemukan
Pada orang obesitas, beban kerja jantung bertambah untuk mengalirkan darah keseluruh tubuh.

  1. Orang dengan stressor tinggi/ sering stress
  2. Kurang berolahraga
  3. Memiliki riwayat keturunan penyakit jantung
Hal ini bergantung pada gen yang diwariskan dari orang tua yang rentan terkena kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi, ataupun diabetes. Selain itu kesamaan gaya hidup juga menentukan, misalnya gaya hidup merokok dan gemar makan makanan tinggi lemak.

  1. Penanganan awal
Hal yang harus dilakukan orang awam jika menemukan orang yang mengalami serangan penyakit jantung sampai di bawa ke RS maka berikan pertolongan petama sebelum membawa ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan medis. Pertolongan petama dikenal dengan sebutan CPR (cardiopulmonary resuscitation) atau RJP (resusitasi jantung paru). Hal ini hnya dilakukan untuk orang yang mengalami henti nafas dan henti jantung. Segeralah memanggil pertolongan dan membawa ke rumah sakit untuk medapt petolongan medis (Hermawati, 2014).

  1. Manajemen Pembatasan Cairan
  1. Kebutuhan cairan dan elektrolit
Kebutuhan cairan dan elektrolit merupakan suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon terhadap stressor fisiologis dan lingkungan. Cairan dan elektrolit saling berhubungan, ketidakseimbangan yang berdiri sendiri jarang terjadi dalam bentuk kelebihan atau kekurangan.

  1. Kebutuhan Cairan Tubuh Bagi Manusia
Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia secara fisiologis, yang memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh, hampir 90% dari total berat badan tubuh. Secara keseluruhan, kategori persentase cairan tubuh berdasarkan umur adalah: bayi baru lahir 75% dari total berat badan, pria dewasa 57% dari total berat badan, wanita dewasa 55% dari total berat badan dan dewasa tua 45% dari total berat badan. Persentase cairan tubuh bervariasi, bergantung pada faktor usia, lemak dalam tubuh dan jenis kelamin. Wanita dewasa mempunyai jumlah cairan tubuh lebih sedikit dibanding pria karena pada wanita dewasa jumlah lemak dalam tubuh lebih banyak dibanding pada pria. Kebutuhan air berdasarkan umur dan berat badan:
Umur
Jumlah air dalam 24 jam
Fungsi ml/kg berat badan
3 hari
250-300
80-100
1 tahun
1150-1300
120-135
2 tahun
1350-1500
115-125
4 tahun
1600-1800
100-110
10 tahun
2000-2500
70-85
14 tahun
2200-2700
50-60
18 tahun
2200-2700
40-50

Kebutuhan cairan manusia berdasarkan usia
(Asmadi, 2008)
Dewasa
2400-2600
20-30


  1. Manajemen Cairan
  1. Prinsip Diet
Terapi gizi bagi pasien-pasien jantung, khususnya pada pasien gagal jantung harus berfokus pada kesimbangan status cairan dan elektrolit.

  1. Pemantauan kadar kalium, jika pasien mendapatkan terapi diuretik, pada hipokalemia, kalium dapat diberikan dalam bentuk makanan yang banyak mengandung kalium, seperti air kacang hijau atau suplemen kalium.
  2. Pembatasan asupan garam (natrium) hingga 2-3 gr natrium perhari (konsumsi garam yang berlebihan dan menyebabkan retensi cairan sehingga menambah berat gejala edema yang biasa terjadi pada dekompensasi jantung).
  3. Penyesuaian pembatasan cairan dilakukan menurut:
  1. Respon pasien terhadap pengobatan.
  2. Kepatuhan terhadap pembatasan natrium.
  3. Intensitas/progresivitas penyakit
  4. Cairan: dibatasi, bila ada edema paru keseimbangan cairan harus negatif, cairan yang masuk (infus & minuman/makanan) lebih sedikit dari pada cairan yang keluar (Urine & IWL)
  5. Vitamin, mineral & elektrolit
  1. Natrium dibatasi: 1500 – 2000 mg/hari
  2. Kalium: 2000 – 6000 mg/hari
  3. Magnesium: 300 – 350 mg/hari
Pedoman praktis untuk pasien gagal jantung juga mendemonstrasikan untuk restriksi diet sodium. Pembatasan konsumsi sodium 2-3 gram per hari direkomendasikan, berdasarkan konsensus ahli, untuk pasien gagal jantung simtomatis dengan terapi medis optimal termasuk diuretik. Diet tinggi sodium dikaitkan dengan keluaran pada populasi sehat, termasuk insiden hipertensi dan terkait dengan keluaran stroke dan gagal jantung. The Dietary Reference Intake merekomendasikan sodium untuk dewasa sehat (usia 14-50 tahun ) yaitu 1.5 gram/ hari dan intake terbanyak yang masih bisa ditoleransi sebesar 2.3 gram/ hari.

Pemantauan berat badan harian merupakan bagian yang penting dari manajemen diri- sendiri. Pasien harus mengukur berat badan harian, pada jam dan alat ukur yang sama, dan merespon apabila terdapat penambahan berat badan mendadak >2 kilogram dalam 3 hari. Tidak disarankan adanya restriksi cairan rutin pada pasien stabil dengan gagal jantung ringan hingga sedang. Restriksi cairan sebesar 1,5-2 liter/hari dapat dipertimbangkan pada pasien dengan gejala berat. Dari literatur disebutkan bahwa kepatuhan terhadap pemantauan berat badan ≥6 dari 7 hari akan menurunkan angka hospitalisasi dan kunjungan ke bagian emergensi terkait gagal jantung.
  1. Tujuan
Asupan cairan harus dibatasi, tidak lebih dari 8 gelas per hari. Ini mencakup semua jenis cairan yang diminum, pada saat makan dan antara waktu makan. Jika natrium darah berada pada tingkat yang rendah, pasien mungkin harus secara drastis mengurangi asupan cairan agar tubuh dapat mengimbangi kadar natrium darah. 

Pembatasan asupan air pada penderita penyakit jantung sangat perlu dilakukan. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya edema. Air yang masuk ke dalam tubuh dibuat seimbang dengan air yang keluar, baik melalui urin maupun Insensible Water Lass. Dengan konsumsi bahwa air yang keluar melalui Insensible Water Lass antara 500-800 ml/hari (sesuai dengan luas permukaan tubuh) maka air yang masuk dianjurkan 500-800 ml ditambah jumlah urin. (Sudoyo dkk, 2006)

  1. Manajemen Diet
Terapi nutrisi pada pasien jantung harus ditujukan kepada hal-hal berikut ini:
  1. Kurangi asupan kolesterol dan lemak jenuh, seperti daging merah, jeroan, otak sapi, kuning telur, keju dan lain-lain.
  2. Tingkatkan asupan serat seperti buah pir, pepaya, oatmeal, roti gandum untuk mengikat kolesterol yang dihasilkan oleh tubuh sendiri dalam bentuk garam empedu sehingga kolesterol tidak diserap kembali oleh usus. Ganti konsumsi daging merah dengan daging putih seperti ayam kampung dan ikan atau dengan protein nabati seperti tempe atau tahu (kedelai mengandung soya-lecithine dan isoflavon yang dapat menurunkan kadar kolesterol).
  3. Perbanyak minum air putih. Orang dengan sakit jantung harus banyak mengkonsumsi serat dan air agar menghindari sembelit dan mengejan. Sebab, mengejan dapat berefek buruk. Jika ada pembekuan darah, mengejan dapat menyebabkan bekuan darah lepas dan akhirnya menyumbat pembuluh darah di jantung. Akibatnya peredaran darah ke jantung berhenti dan memicu terjadinya serangan berulang pada jantung. Namun, tidak semua pasien dengan penyakit jantung harus banyak minum, ada juga yang harus dibatasi minumnya karena ada indikasi penumpukan cairan dalam tubuh seperti penumpukan cairan di paru ataupun bengkak.
  4. Tingkatkan konsumsi ikan, khususnya ikan laut yang kaya akan asam lemak omega-3, paling tidak 2-3kali seminggu.
  5. Sering mengkonsumsi buah dan sayuran.
  6. Jangan menggoreng makanan dengan banyak minyak atau dengan jelantah. Gunakan minyak dalam jumlah sedikit sekali pakai. Kalau bisa pilih minyak tak jenuh tunggal seperti minyak zaitun.
  7. Gunakan susu skim, susu kedelai, atau yogurt non-fat dari pada susu fullcream.
  8. Lebih baik gunakan bumbu seperti kunyit, bawang putih,dll untuk memepes ikan daripada menggorengnya dengan mentega atau margarine.

  1. Manajemen Aktivitas
Seringkali penderita jantung yang di rawat di rumah sakit dianjurkan agar lebih banyak melakukan aktivitas di tempat tidur sehingga untuk urusan buang air kecil maupun buang air besar dilakukan juga di tempat tidur. Tujuan pasien dianjurkan untuk melakukan aktivitasnya di tempat tidur adalah, dimana dengan melakukan pemenuhan aktivitas ditempat tidur diharapkan pasien menghindari aktivitas berlebih. Jika pasien melakukan aktivitas berlebih sementara jantung pasien dalam keadaan ‘kurang’ baik maka bisa berakibat jantung bekerja semakin keras dan akhirnya berakibat fatal. Aktivitas seperti mengangkat beban, mandi bahkan berjalan merupakan aktivitas yang biasa bagi orang kebanyakan tapi aktivitas yang terlihat ‘mudah’ itu akan terlihat berbeda jika dilakukan pasien jantung. Jika pada orang kebanyakan jantung dapat dengan mudah berkompensasi terhadap aktivitas yang dilakukan maka pada pasien jantung (terjadi pembesaran jantung, kematian jaringan pada jantung, kelainan katub dan lain-lain) hal ini susah untuk dilakukan karena ‘kelainan’ pada jantung yang akan memaksa jantung untuk bekerja ektra keras untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Aktivitas tadi akan membuat jantung penderita berdetak lebih kencang yang mana detakan ini tidak dilakukan dengan sempurna sehingga kebutuhan oksigen yang kaya akan nutrisi yang mengalir melalui darah akan menjadi berkurang atau terhambat ke jantung. Hal inilah yang menyebabkan aktivitas berlebih mesti dihindari oleh pasien jantung karena bukan hanya nyeri dada saja yang dirasakan, tapi bisa juga berujung kematian.

Setelah tahap pemulihan, untuk menjaga agar tubuh selalu dalam kondisi fit, olahraga yang teratur memang sangat diperlukan. Aktivitas fisik ini tidak saja bermanfaat bagi yang sehat, tetapi juga bagi mereka yang mempunyai masalah penyakit jantung. Tetapi khusus penderita sakit jantung, olahraga dapat diibaratkan buah simalakama. Dilakukan salah, tidak dilakukan justru dapat berakibat lebih buruk. Menurut spesialis bedah jantung, paru dan pembuluh darah dari MRCCC Siloam, Yanto Sandy Tjang, bagi mereka yang sudah divonis sakit jantung, olahraga tetap harus dilakukan tetapi intensitasnya harus dikurangi.  Pasien juga harus memilih olahraga ringan untuk menghindari beban kerja jantung yang terlalu berat. Dengan berolahraga 30 menit tiap hari dapat memperbaiki kesehatan jantung dan memberi manfaat efektif bagi kesehatan, misalnya jalan pagi.



DAFTAR PUSTAKA
Asmadi 2008, Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien, Salemba Medika, Jakarta
Bhupathiraju S.N. & Tucker K. L 2011, Coronary heart disease prevention: Nutrients, foods, and dietary patterns. Clinica Chimica Acta; International Journal of Clinical Chemistry 412 (17-18):1493-1514
British Nutrition Foundation 2005, Cardiovascular disease: Diet, nutrition and E merging Risk factor, Blackwell Publishing, UK
Hermawati R. 2014, Berkat herbal penyakit jantung koroner kandas. FMedia, Jakarta
Hidayat A.A.A. 2006, Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta
Mulyaningsih F. 2008, Penderita Jantung Menjadi Bugar melalui Olahraga, UNY, Yogyakarta
Wiryowidagdo 2002, Tanaman obat untuk penyakit jantung, darah tinggi, dan kolesterol. Argomedia Pustaka, Jakarta



-- Leaflet --



Wednesday, 17 May 2017

Tips Mengambil Darah Intravena dan Intraarteri

Assalamualaikum Wr.Wb

Hai Sob, kali ini saya akan mengajak kalian semua para calon perawat hebat mengenali tip-tips bagaimana sih caranya agar berhasil saat mengambil darah untuk pemeriksaan darah lengkap, serum elektrolit, faal hati, kimia klinik, analisa gas darah dan sebaginya. Yuk sob langsung saja


  1. Persiapkan alat dengan lengkap, jangan lupa bengok dan nampan untuk tempat peralatan kita. Umumnya peralatan yang dibutuhkan sih ini: Perlak, Tourniquet, Spuit dan Jarum, Alkohol Swabs, Plester. Jangan lupa APD nya ya sob
  2. Carilah vena yang perifer artinya menonjol. Bila arteri, rabalah arteri yang paling keras berdenyut mulai arteri radialis, brachialis, yang terakhir femoralis.
  3. Yakinkan hati bahwa kamu akan berhasil mengambilnya sob
  4. Pasang peralatan sesuai urutannya
  5. Bila akan mengambil darah intravena, posisikan tangan senyaman mungkin, juga posisikan siku lurus jangan sampai tertekuk (rasional: membuat pembuluh darah semakin terangkat ke perifer), lalu pelan-pelan saja sob yang penting tenang, konsentrasi, jangan terburu-buru. Terus juga biarkan tourniquet membendung vena yang kalian tuju sekitar 1 menit, pokoknya jangan terburu-buru ya. Bila akan mengambil darah intraarteri, kamu hanya perlu mencari nadi yang paling keras berdenyut karena itu artinya pada bagian itu arteri paling perifer (gak mungkin kan sob seluruh tubuh kedalamannya sama :D). Nah, jangan hanya sekali dua kali kalian meraba arterinya sob (kecuali kalo udah mahir dan hafal posisi mana yang paling perifer), cobalah meyakinkan posisi itu dengan membandingkan denyutannya dengan denyut-denyut lain di sekitarnya (ingat anatomi pembuluh darah ya sob).
  1. Setelah kamu yakin dengan tempat yang udah kalian tentukan, mulailah untuk menginsersikan jarum spuit itu, dengan memperhatikan dan ini ‘feeling’ kalian di sini penting sekali sob. Untuk pengambilan intravena ambil dengan posisi jarum 15-30o. Pada penambilan darah vena, kalau sudah mendapatkan posisinya (tandanya keluar darah di spuit), tahan spuit dengan menempelkan pada kulit biasa (tenang sob, karena vena gak akan pecah, dia akan lentur mengikuti jarum, ini tujuannya biar jarum kalian gak keluar posisi), setelah ditahan/ fiksasi, lalu tarik ujung spuit secara perlahan (jangan terlalu cepat karena bisa membuat komponen darah di dalamnya lisis, mempengaruhi nilai Hb, Eritrosit dan Hematocrit). Kalau intraarteri kalian perlu memberi susut 90o. Nah, khusus intrarteri ini kalian jangan langsung memasukkan ke kedalaman yang kalian perkirakan, pelan pelan, dan beri jeda setiap perjalanan jarum tersebut, jadi misalkan saya gambarkan, seperti ini sob. Alasannya karena kedalaman arteri itu biasanya tidak terduga, makanya kita perlu melihat spuit kita setiap kita sedikit memasukkan jarum tersebut.

  1. Nah, kalau sudah, kalian segera memasukkan pada tabung yang sudah disediakan ya guys, sesuai keperluan. Kalau darah lengkap: tabung ungu, serum elektrolit: kuning, Faal Hemostasis: Biru, Kimia darah: merah, dsb. Karena tabung tabung sekarang merupakan tabung vakum, kalian tidak perlu mendorong isinya sob, kalian hanya perlu menusukkan pada karet tabung, dan taraaa darah otomatis akan masuk sendiri ke dalam tabungnya. Hehe

Sekian ya Sob, semoga bermanfaat. Wassalamualaikum wr.wb

(Oleh: Farikhah Mahdalena S.Kep)


Antara Sayur dan Aku

Ada yang masa kanak-kanaknya seringkali dibuatkan masakan sayur daun kelor oleh ibu? Maka Anda perlu besyukur, karena ternyata sayur kelor sangat banyak manfaatnya. Kelor mengandung Vit. A, C, Calcium, Pottasium, Zat Besi dan Protein. Tentunya ketika zat-zat ini masuk ke dalam tubuh, maka dapat membantu proses pertumbuhan dan perkembangan sel dengan baik apalagi pada masa anak-anak sangat diperlukan makanan yang memiliki kadar tinggi protein agar pertumbuhan sel dapat berjalan dengan baik.

Lain dari pada itu saya akan membahas bagaimana sayur bermanfaat bagi tubuh kita. Kenapa sih harus sayur? Kenapa sayur penting? Bagaimana membuat sayur yang sehat? Jadi kenapa setiap manusia membutuhkan sayur mayur bagi tubuh?
  1. Sayur sebagai sumber vitamin
  2. Sayur sebagai sumber serat
  3. Sayur sebagai pelengkap dari seluruh kebutuhan yang harus dipenuhi

Ketiga hal di atas setidaknya adalah beberapa manfaat utama sayur bagi tubuh kita, selebihnya masih banyak manfaat lain dari sayuran bagi tubuh kita. Lalu bagaimana cara memasak sayur yang baik? Jangan sampai salah pengertian, saat Anda memiliki anak bayi atau adek bayi saja Anda memasak masakan dengan baik dan sehat? Bukan, tapi sepanjang usia kita membutuhkan makan, dan selama itulah tubuh kita beregenerasi atau mengganti sel yang sudah tua dengan sel baru, dan proses itu membutuhkan banyak nutrisi baik yang dibutuhkan tubuh. Mari kita simak tips membuat sayur yang sehat
  1. Masak dengan kematangan cukup, artinya ketika sayur tersebut tidak sampai berubah warna. Misal: sayur bayam mentah berwarna hijau berubah menjadi kuning saat dimasak. Masaklah sayur-sayuran sejenis bayam, brokoli, kangkung, kacang panjang hanya dengan waktu 3-4 menit saja
  2. Kurangi porsi minyak baik itu minyak goreng maupun santan. Karena ketika sayuran dimasak dengan porsi minyak terlalu banyak dapat mengurangi nutrisi penting yang ada dalam sayur.
  3. Masak sayur dengan variasi, artinya semakin kaya warna dan variatif menu sayur maka kompleksitas nutrisi yang didapat juga akan semakin banyak.
  4. Hindari penggunaan MSG dan sejenisnya. Karena MSG merupakan bahan kimia tambahan yang bertujuan untuk menguatkan rasa asli dari makanan tersebut, jadi sebenarnya tanpa MSG pun rasa sayur tersebut sudah ada, hanya karena lidah yang terbiasa dengan MSG tidak akan lagi mampu mengenali rasa alami dari sayur tersebut. Terkadang itulah yang jadi patokan ibu-bu muda untuk tidak memberikan MSG saat membuatkan bayinya makanan pendamping ASIP, padahal sampai dewasa maupun tua pun masih dianjurkan seperti itu.
  5. Gunakan takaran garam dan gula yang sesuai. Tanyakan pada ahli gizi anda berapakah takaran garam dan gula yang diperbolehkan bagi tubuh kita. Hal ini berkaitan dengan kekuatan tubuh kita dalam mentoleransi bahan yang berlebihan dalam tubuh, seperti jika kebanyakan gula akan membuat Diabetes, apakah benar? Ya, memang begitu adaya, mereka yang memiliki penyakit Diabetes Mellitus tidak jarang yang memiliki riwayat konsumsi gula dalam jumlah banyak, oleh karena itu kita perlu membatasi diri.
  6. Makanlah sayuran yang dibuat dalam sekali pengolahan. Jangan makan sayur sisa yang dihangatkan, selain karena nutrisinya berkurang, juga karena sayur yang dihangatkan akan meningkatkan kadar natrium di dalamnya, bila Anda memiliki darah tinggi Hipertensi) Anda perlu menghindari hal ini.
Semoga bermanfaat ya, semoga kita jadi lebih hoby makan sayuran, dan dapat mengolahnya dengan tepat untuk mencukupi kebutuhan gizi kita sekeluarga setiap hari. 

(Oleh: Farikhah Mahdalena S.Kep)