- Pengertian Infeksi Nosokomial atau HAIs
Health-care Associated Infections (HAIs)
adalah penyakit infeksi yang pertama muncul (penyakit infeksi yang
tidak berasal dari pasien itu sendiri) dalam waktu antara dua sampai
empat hari setelah pasien masuk rumah sakit atau tempat pelayanan
kesehatan lainnya yang berasal dari proses penyebaran di sumber
pelayanan kesehatan baik melalui pasien, petugas kesehatan, pengunjung,
maupun sumber lainnya dan mulai menunjukkan suatu gejala selama
seseorang itu dirawat atau setelah selesai dirawat.
Infeksi
yang terjadi dirumah sakit atau dalam sistem pelayanan kesehatan yang
berasal dari proses penyebaran disumber pelayanan kesehatan, baik
melalui :
- Pasien
Pasien
merupakan unsur pertama yang dapat menyebarkan infeksi kepada pasien
lainnya, petugas kesehatan, pengunjung, atau benda dan alat kesehatan
yang lainnya.
- Petugas kesehatan
Petugas kesehatan dapat menyebarkan infeksi melalui kontak langsung yang dapat menularkan berbagai kuman ke tempat lain.
- Pengunjung
Pengunjung
dapat menyebarkan infeksi yang didapat dari luar ke dalam lingkungan
rumah sakit, atau sebaliknya yang dapat dari dalam rumah sakit keluar
rumah sakit.
- Sumber lainnya
Sumber
lain yang dimaksud disini adalah lingkungan rumah sakit yang meliputi
lingkungan umum atau kondisi kebersihan rumah sakit atau alat yang ada
dirumah sakit yang dibawa oleh pengunjung atau petugas kesehatan kepada
pasien dan sebaliknya.
- Rantai Penularan Infeksi
Menurut
Potter & Perry (2005) proses terjadinya infeksi seperti rantai yang
saling terkait antar berbagai faktor yang mempengaruhi, Proses tersebut
melibatkan beberapa unsur diantaranya:
- Agen infeksi (infectious agent) adalah mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi. Pada manusia dapat berupa bakteri, virus, ricketsia, jamur dan parasit.
- Reservoir atau
tempat dimana agen infeksi dapat hidup, tumbuh, berkembang biak dan
siap ditularkan kepada orang. Reservoir yang paling umum adalah manusia,
binatang, tumbuh-tumbuhan, tanah, air dan bahan-bahan organik lainnya.
Pada manusia: permukaan kulit, selaput lendir saluran nafas atas, usus
dan vagina
- Port of exit (pintu keluar) adalah
jalan darimana agen infeksi meninggalkan reservoir. Pintu keluar
meliputi : saluran pernafasan, saluran pencernaan, saluran kemih dan
kelamin, kulit dan membran mukosa, transplasenta dan darah serta cairan
tubuh lain.
- Transmisi (cara penularan)
adalah mekanisme bagaimana transport agen infeksi dari reservoir ke
penderita (yang suseptibel). Ada beberapa cara penularan yaitu :
- Kontak (contact transmission):
- Langsung/direct: kontak badan ke badan pada saat pemeriksaan fisik, memandikan pasien.
- Tidak langsung/indirect: kontak melalui objek (benda/alat) perantara: melalui instrumen, jarum, kasa, tangan yang tidak dicuci.
- Droplet:
partikel droplet > 5 μm melalui batuk, bersin, bicara, jarak
penyebaran pendek, tidak bertahan lama di udara, “deposit” pada mukosa
konjungtiva, hidung, mulut contoh: Difteria, Pertussis, Mycoplasma, Haemophillus influenza type b (Hib), virus Influenza, mumps, rubella.
- Airborne: partikel kecil ukuran < 5 μm, bertahan lama di udara, jarak penyebaran jauh, dapat terinhalasi, contoh: Mycobacterium tuberculosis, virus campak, Varisela (cacar air), spora jamur.
- Vehikulum
: Bahan yang dapat berperan dalam mempertahankan kehidupan kuman
penyebab sampai masuk (tertelan) pada pejamu yang rentan. Contoh: air,
darah, serum, plasma, tinja, makanan.
- Vektor :
Artropoda (umumnya serangga) atau binatang lain yang dapat menularkan
kuman penyebab cara menggigit pejamu yang rentan atau menimbun kuman
penyebab pada kulit pejamu atau makanan. Contoh: nyamuk, lalat,
pinjal/kutu, binatang pengerat.
- Port of entry (Pintu masuk)
adalah tempat dimana agen infeksi memasuki pejamu (yang suseptibel).
Pintu masuk bisa melalui: saluran pernafasan, saluran pencernaan,
saluran kemih dan kelamin, selaput lendir, serta kulit yang tidak utuh
(luka).
- Pejamu rentan (suseptibel) adalah
orang yang tidak memiliki daya tahan tubuh yang cukup untuk melawan
agen infeksi serta mencegah infeksi atau penyakit. Faktor yang
mempengaruhi: umur, status gizi, status imunisasi, penyakit kronis, luka
bakar yang luas, trauma atau pembedahan, pengobatan imunosupresan.
Sedangkan faktor lain yang mungkin berpengaruh adalah jenis kelamin, ras
atau etnis tertentu, status ekonomi, gaya hidup, pekerjaan dan
herediter.
- Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi (PPI)
Proses
terjadinya infeksi bergantung kepada interaksi antara suseptibilitas
pejamu, agen infeksi (patogenesis, virulesi dan dosis) serta cara
penularan. Identifikasi faktor resiko pada penjamu dan pengendalian
terhadap infeksi tertentu dapat mengurangi insiden terjadinya infeksi (HAIs), baik pada pasien ataupun pada petugas kesehatan. (Depertemen Kesehatan, 2009).
- Elemen yang Berperan Dalan PPI
- Petugas kesehatan
- Pasien
- Keluarga pasien
- Pengunjung Rumah Sakit
- Setiap orang yang datang ke rumah sakit
- Hal Penting tentang PPI yang Harus Diketahui Oleh Pasien dan Keluarga Pasien:
- Cuci tangan dengan cara yang benar di saat yang tepat
Tangan
merupakan media transmisi patogen tersering di RS. Menjaga kebersihan
tangan dengan cuci tangan dengan baik dan benar dapat mencegah penularan
mikroorganisme dan menurunkan frekuensi infeksi nosokomial. Teknik yang
digunakan adalah teknik cuci tangan 6 langkah. Dapat memakai sabun dan
air mengalir atau handrub berbasis alkohol.
Kapan Mencuci Tangan?
- Sebelum kontak dengan pasien
- Sebelum melakukan tindakan aseptik dan bersih
- Setelah terpapar cairan tubuh pasien
- Setelah kontak dengan pasien
- Setelah terpapar dengan benda-benda disekitar pasien
Alternatif Kebersihan Tangan
Handrub berbasis alkohol 70%:
- Pada tempat dimana akses wastafel dan air bersih terbatas
- Tidak mahal, mudah didapat dan mudah dijangkau
- Dapat dibuat sendiri (gliserin 2 ml dan 100 ml alkohol 70 %)
- Jika tangan terlihat kotor, mencuci tangan air bersih mengalir dan sabun harus dilakukan
- Handrub
antiseptik tidak menghilangkan kotoran atau zat organik, sehingga jika
tangan kotor harus mencuci tangan sabun dan air mengalir
- Setiap 5 kali aplikasi Handrub harus mencuci tangan sabun dan air mengalir
- Mencuci tangan sabun biasa dan air bersih mengalir sama efektifnya mencuci tangan sabun antimikroba
- Sabun biasa mengurangi terjadinya iritasi kulit
Enam langkah kebersihan tangan:
Langkah 1 : Gosokkan kedua telapak tangan
Langkah 2 : Gosok punggung tangan kiri dengan telapak tangan kanan, dan lakukan sebaliknya
Langkah 3 : Gosokkan kedua telapak tangan dengan jari-jari tangan saling menyilang
Langkah 4 : Gosok ruas-ruas jari tangan kiri dengan ibu jari tangan kanan dan lakukan sebaliknya
Langkah 5 : Gosok Ibu jari tangan kiri dengan telapak tangan kanan secara memutar, dan lakukan sebaliknya
Langkah 6 : Gosokkan semua ujung-ujung jari tangan kanan di atas telapak tangan kiri, dan lakukan sebaliknya
Untuk mencuci tangan :
- Lepaskan perhiasan ditangan dan pergelangan.
- Basahi tangan dengan air bersih dan mengalir.
- Gosok
kedua tangan dengan kuat menggunakan sabun biasa atau yang mengandung
anti septik selama 10-15 detik (pastikan sela-sela jari digosok
menyeluruh). Tangan yang terlihat kotor harus dicuci lebih lama.
- Bilas tangan dengan air bersih dan mengalir.
- Biarkan
tangan kering dengan cara diangin-anginkan atau dikeringkan dengan
kertas tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
- Menerapkan etika batuk yang benar
- Penggunaan masker
Masker
harus dikenakan bila diperkirakan ada percikan atau semprotan dari
darah atau cairan tubuh ke wajah. Selain itu, masker mencegah penularan
kuman patogen melalui mulut dan hidung.
Masker
harus cukup besar untuk menutupi hidung, mulut, bagian bawah dagu, dan
rambut pada wajah (jenggot). Masker yang dipakai dengan tepat terpasang
pas nyaman di atas mulut dan hidung sehingga kuman patogen dan cairan
tubuh tidak dapat memasuki atau keluar dari sela-selanya.
Langkah-langkah penggunaan masker:
- Ambil bagian atas masker (biasanya sepanjang tepi tersebut ada stip motal yang tipis).
- Pegang masker pada 2 tali atau ikatan bagian atas belakang kepala dengan tali melewati atas telinga.
- Ikatkan dua tali bagian bawah masker sampai ke bawah dagu.
- Dengan lembut jepitkan pita motal bagian atas pada batang hidung.
- Membuang sampah pada tempat sampah yang tersedia
Sampah
Rumah Sakit atau disebut juga limbah padat Rumah Sakit adalah sesuatu
yang tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang harus dibuang
yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia, dan
umumnya bersifat padat (Azwar, 1990).
Limbah
padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit yang berbentuk padat
akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah medis padat dan non
medis.
- Limbah
non medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan di luar
medis seperti botol bekas, plastik bekas, kertas, bungkus makan.
Penyimpanannya pada tempat sampah berplastik hitam.
- Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari :
- limbah infeksius dan limbah patologi, penyimpanannya pada tempat sampah berplastik kuning.
- limbah farmasi (obat kadaluarsa), penyimpanannya pada tempat sampah berplastik coklat.
- limbah sitotoksis adalah limbah berasal dari sisa obat pelayanan kemoterapi. Penyimpanannya pada tempat sampah berplastik ungu.
- Limbah
medis padat tajam seperti pecahan gelas, jarum suntik, pipet dan alat
medis lainnya. Penyimpanannya pada safety box/container.
- Limbah
radioaktif adalah limbah berasal dari penggunaan medis ataupun riset di
laboratorium yang berkaitan dengan zat-zat radioaktif. Penyimpanannya
pada tempat sampah berplastik merah.
- Mematuhi aturan Rmah Sakit
- Tidak merokok di lingkungan Rumah Sakit
Rokok
diketahui menyebabkan kanker paru-paru, penyakit pernapasan. Perokok
cenderung memiliki masalah kesehatan lainnya yang terkait dengan risiko
jantung, termasuk kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi dan diabetes.
Selain itu para peneliti juga menemukan seorang perokok memungkinkan
untuk meninggal dalam 6 bulan setelah serangan jantung dibandingkan
dengan seseorang yang tidak merokok.
Kawasan
Tanpa Rokok (KTR) adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang
untuk kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi, menjual, mengiklankan,
dan/atau mempromosikan produk tembakau. Fasilitas pelayanan kesehatan
termasuk dalam Kawasan Tanpa Rokok.
Sasaran Kawasan Tanpa Rokok di Rumah Sakit
- Pimpinan/penanggung jawab/pengelola fasilitas pelayanan kesehatan.
- Pasien.
- Pengunjung.
- Tenaga medis dan non medis.
- Berkunjung sesuai waktu yang ditentukan
Tidak
mungkin seseorang yang hanya sakit ringan diharuskan di inapkan di RS.
Bila seseorang sampai diharuskan di inapkan di RS berarti orang tersebut
menderita suatu penyakit yang cukup serius. Dan seperti anda tahu, hal
yang menunjang penyembuhan bukanlah obat semata, istrahat yang cukup
juga menunjang penyembuhan. Dengan berkunjung hanya jam besuk, anda
memberikan waktu istrahat yang cukup bagi pasien untuk memulihkan
kesehatannya.
- Lebih baik tidak berkunjung ke Rumah Sakit bila dalam keadaan sakit
- Tidak membawa anak <12 tahun untuk berkunjung/ menginap di Rumah Sakit
Anak-anak memiliki kekebalan
tubuh yang belum sempurna, sehingga perlindungan tubuh terhadap paparan
bakteri, virus dan kuman-kuman lain yang ada dirumah sakit tidak sebaik
pada mereka para orang tua yang memiliki imunitas tubuh lebih baik.
Itulah sebabnya anak kecil biasanya mudah sakit karena lebih rentan
untuk tertular penyakit.
Membawa
anak, selain risiko tertular penyakit, kerugian lain yang mungkin
didapat adalah timbulnya trauma pada anak sehingga jika suatu saat anak
sakit akan sulit/takut di bawa ke dokter atau rumah sakit. Trauma itu
timbul karena kesan menyeramkan dan menakutkan kadang-kadang masih
terdapat dibeberapa rumah sakit khusunya rumah sakit daerah dengan
bangunan-bangunan tua peninggalan belanda. Penyebab ketakutan/trauma
lainnya bisa juga akibat anak melihat pasien yang berdarah-darah pada
kasus kecelakaan lalu lintas, atau melihat pasien yang sedang merintih
kesakitan, hingga mereka yang sedang mengalami sakaratul maut. Bagi anak
hal-hal semacam itu dapat selalu terngiang didalam pikiran mereka,
sehingga membuat mereka menjadi antipati/ phobia terhadap rumah sakit.
Selain menyebabkan dampak kerugian pada anak, membawa anak ke rumah sakit
dikhawatirkan akan mengganggu istirahat pasien. Seperti kita tahu anak
sering mudah rewel/ menangis, lari ke sana kemari, teriak-teriak sambil
bermain. Hal semacam itu kelihatan sepele, namun dapat mempengaruhi
kondisi penyembuhan pasien.
- Pengunjung tidak boleh makan minum di ruangan pasien
- Pengunjung tidak diperbolehkan meludah sembarangan di area Pelayanan Kesehatan
Air liur atau ludah adalah cairan
tubuh yang terdapat di mulut. Sebenarnya cairan ini sangat bermanfaat
bagi metabolisme tubuh karena membantu mulut tetap lembap dan membantu
pencernaan. Selain itu, air liur juga berfungsi untuk membersihkan
makanan dari lapisan mulut dan membantu menumbuhkan lapisan gigi yang
rusak.
Meski
demikian, dalam kondisi tertentu air liur atau ludah juga ternyata bisa
menularkan penyakit. Ada beberapa bakteri atau virus penyakit yang
betah hidup di air liur misalnya influenza, batuk, tuberculosis (TBC),
herpes, hingga hepatitis B.
Anda
perlu berhati-hati jika menemukan orang yang meludah sembarangan.
Jangan sampai ludah orang lain mengenai kita atau sebaliknya, karena
bisa saja bakteri atau virus penyebab jenis jenis penyakit ada di dalamnya.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, A, 1990, Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan, Jakarta, Yayasan. Mutiara. Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta
Brooker, C. 2008. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta: EGC.
Depkes RI. 2010. Pusat Promosi Kesehatan Pedoman Pengembangan Kawasan Tanpa Rokok: Jakarta: Kemenkes RI
Depkes RI. 2009. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasiltas Pelayanan Kesehatan Lainnya. SK Menkes No 382/Menkes/2007. Jakarta: Kemenkes RI
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses &. Praktek. Edisi 4. Vol 1. Jakarta : EGC
http://web.rshs.or.id/limbah-rumah-sakit/
http://www.kompasiana.com/dr_wahyutriasmara/jangan-ajak-anak-anak-ke-rumah-sakit_5520423aa333112745b65a6b
--- Flip chart ---