Asuhan Keperawatan pada Luka Bakar

Luka bakar merupakan cedera paling berat yang mengakibatkan permasalahan yang kompleks, tidak hanya menyebabkan kerusakan kulit namun juga seluruh sistem tubuh (Nina,2008)...

Materi Intepretasi EKG Normal

Elektrokardiografi adalah ilmu yg mempelajari aktivitas listrik jantung sedangkan Elektrokardigram ( EKG ) adalah suatu grafik yg menggambarkan rekaman listrik jantung...

Liburan Murah Bersama Alam di Hutan Pinus Pandaan

Pasuruan merupakan salah satu kabupaten yang memiliki puluhan destinasi wisata yang menarik. Banyak para pelancong yang akhirnya melabuhkan hatinya di Pasuruan...

Mahasiswa FKp Satu-Satunya Delegasi Keperawatan pada Kompetisi Riset Dunia

Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga mengirimkan satu tim delegasi untuk mengikuti Hokkaido Indonesian Student Association Scientific Meeting-14 (HISAS-14) di Hokkaido...

Kisah Inspiratif Dua Pedagang Keren

assalamualaikum wr.wb para pembaca yang budiman. Sudah lama ane gak posting-posting lagi. Hari ini izinkan ane berbagi pengalaman kepada pembaca semua...

Apa yang Membuat Saya Rindu Kampung Halaman?

Pembaca yang budiman, mungkin di antara kita banyak yang sedang atau pernah menyandang status sebagai perantau kota besar. Entah karena studi...

السَّلاَÙ…ُ عَÙ„َÙŠْÙƒُÙ…ْ ÙˆَرَØ­ْÙ…َØ©ُ اللهِ ÙˆَبَرَÙƒَاتُÙ‡ُ ...... Selamat datang di BLOG RIO CRISTIANTO. Dukung Blog ini dengan like fanspage "Rio Cristianto". Thank you, Happy Learning... ^_^

Saturday, 28 May 2016

Jenis-Jenis Kontrasepsi

Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi fertilitas. (Prawirorahardjo, 2006)

Jenis metode KB pasca persalinan
  1. Non hormonal
  1. Metode Amenore Laktasi (MAL)
  2. Kondom
  3. Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)
  4. Kontrasepsi mantap (tubektomi dan vasektomi)
  1. Hormonal
  1. Progestin : pil, injeksi dan implan
  2. Kombinasi : pil dan injeksi

NON-HORMONAL
  1. Metode Amenore Laktasi (MAL)
Metode Amenorea Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan ataupun minuman apa pun lainnya. Syarat untuk dapat menggunakan: Menyusui secara penuh (full breast feeding), lebih efektif bila pemberian lebih dari 8 kali sehari.
Cara kerja: Penundaan/ penekanan ovulasi
Efek samping: Tidak ada

Keuntungan kontrasespsi :
  1. Efektivitas tinggi (keberhasilan 98% pada enam bulan pascapersalinan).
  2. Segera efektif.
  3. Tidak mengganggu senggama.
  4. Tidak ada efek samping secara sistemik.
  5. Tidak perlu pengawasan medis.
  6. Tidak perlu obat atau alat.
  7. Tidak berbiaya.
Keuntungan non kontrasepsi :
  1. Untuk Bayi:
  1. Mendapatkan kekebalan pasif (mendapatkan antibodi perlindungan lewat ASI)
  2. Sumber asupan gizi yang terbaik dan sempurna untuk tumbuh kembang bayi yang optimal
  3. Terhindar dari keterpaparan terhadap kontaminasi dari air, susu lain atau formula, atau alat minum yang dipakai
  1. Untuk Ibu:
  1. Mengurangi pendarahan pascapersalinan
  2. Mengurangi risiko anemia
  3. Meningkatkan hubungan psikologik ibu dan bayi
Keterbatas MAL :
  1. Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui dalam 30 menit pasca persalinan.
  2. Mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi sosial.
  3. Efektifitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau sampai dengan 6 bulan.
  4. Tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis B/HBV dan HIV/AIDS

  1. Kondom
Kondom merupakan selubung/sarung karet sebagai salah satu metode kontrasepsi atau alat untuk mencegah kehamilan dan atau penularan penyakit kelamin pada saat bersenggama.

Cara kerja :
  1. Menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara mengemas sperma di ujung selubung karet yang dipasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah ke dalam saluran reproduksi perempuan.
  2. Mencegah penularan mikroorganisme (IMS termasuk HBV dan HIV/AIDS) dari satu pasangan kepada pasangan yang lain (khusus kondom yang terbuat dari lateks dan vinil)
Keuntungan kontrasepsi :
  1. Efektif mencegah kehamilan bila digunakan dengan benar
  2. Tidak mengganggu produksi ASI
  3. Tidak mengganggu kesehatan klien
  4. Tidak mempunyai pengaruh sistemik
  5. Murah dan dapat dibeli secara umum
  6. Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus
  7. Metode kontrasepsi sementara bila metode kontrasepsi lainnya harus ditunda
Keuntungan non kontrasepsi :
  1. Membantu mencegah terjadinya kanker serviks (mengurangi iritasi bahan karsinogenik eksogen pada serviks)
  2. Mencegah penularan IMS, HIV
  3. Memberi dorongan kepada suami untuk ikit ber-KB
  4. Mencegah ejakulasi dini
  5. Saling berinteraksi sesama pasangan
  6. Mencegah imuno infertilitas
Keterbatasan kondom :
  1. Cara penggunaan sangat mempengaruhi keberhasilan kontrasepsi
  2. Agak mengganggu hubungan seksual (mengurangi sentuhan langsung)
  3. Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual
  4. Malu membeli kondom di tempat umum
  5. Pembuangan kondom bekas mungkin menimbulkan masalah dalam hal limbah

  1. AKDR
Alat kontrasepsi yang dipasang dalam rahim dengan menjepit kedua saluran yang menghasilkan indung telur sehingga tidak terjadi pembuahan, terdiri dari bahan plastik polietilena, ada yang dililit oleh tembaga dan ada yang tidak
Cara kerja :
Mencegah terjadinya fertilisasi, tembaga pada AKDR menyebabkan reaksi inflamasi steril, toksik buat sperma sehingga tidak mampu untuk fertilisasi.

Keuntungan kontrasepsi :
  1. Efektivitas tinggi, 99,2-99,4% ( 0,6 –0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama)
  2. Dapat efektif segera setelah pemasangan
  3. Metode jangka panjang
  4. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat
  5. Tidak mempengaruhi  hubungan  sosial
  6. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu  takut untuk hamil
  7. Tidak ada efek samping hormonal
  8. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
  9. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi infeksi)
  10. Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir)
  11. Tidak ada interaksi dengan obat-obat
  12. Membantu mencegah kehamilan ektopik
Keterbatasan :
  1. Tidak mencegah Infeksi Menular Seksual (IMS)
  2. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering berganti pasangan
  3. Diperlukan prosedur medis termasuk pemeriksaan pelvis
  4. Klien tidak dapat melepas AKDR sendiri
  5. Klien harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu. Untuk melakukan ini perempuan harus memasukkan jarinya ke dalam vagina, sebagian perempuan tidak mau melakukan ini.

  1. Kontrasepsi mantap (Tubektomi dan vasektomi)
TUBEKTOMI
Tubektomi (Metode Operasi Wanita/ MOW) adalah metode kontrasepsi mantap yang bersifat sukarela bagi seorang wanita bila tidak ingin hamil lagi dengan cara mengoklusi tuba falupii (mengikat dan memotong atau memasang cincin), sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum.

Waktu penggunaan :
  1. Idealnya dilakukan dalam 48 jam pasca persalinan
  2. Dapat dilakukan segera setelah persalinan atau setelah operasi sesar
  3. Jika tidak dapat dikerjakan dalam 1 minggu setelah persalinan, ditunda 4-6 minggu.
Manfaat kontrasepsi :
  1. Efektivitasnya tinggi 99,5% (0,5 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama penggunaan)
  2. Tidak mempengaruhi proses menyusui
  3. Tidak bergantung pada faktor sanggama
  4. Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi risiko kesehatan yang serius.
  5. Tidak ada efek samping dalam jangka panjang
  6. Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual
Manfaat non kontrasepsi :
  1. Berkurangnya risiko kanker ovarium
Keterbatasan :
  1. Harus dipertimbangkan sifat permanen kontrasepsi ini (tidak dapat dipulihkan kembali, kecuali dengan operasi rekanalisasi)
  2. Dilakukan oleh dokter yang terlatih

VASEKTOMI
Vasektomi (Metode Operasi Pria/MOP) adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan cara mengoklusi vasa deferensia sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi (penyatuan dengan ovum) tidak terjadi.

Jenis :
  1. Insisi
  2. Vasektomi Tanpa Pisau (VTP)
Waktu : Bisa dilakukan kapan saja

Keuntungan :
  1. Efektivitas tinggi 99,6-99,8%
  2. Sangat aman, tidak ditemukan efek samping  jangka panjang
  3. Morbiditas dan mortalitas jarang
  4. Hanya sekali aplikasi dan efektif dalam jangka panjang
  5. Tinggi tingkat rasio efisiensi biaya dan lamanya penggunaan kontrasepsi
Keterbatasan vasektomi :
  1. Tidak efektif segera, WHO menyarankan kontrasepsi tambahan selama 3 bulan setelah prosedur (kurang lebih 20 kali ejakulasi)
  2. Teknik tanpa pisau merupakan pilihan mengurangi perdarahan dan nyeri dibandingkan teknik insisi

HORMONAL
  1. Hormon progestin
Hormon Progestin adalah metode kontrasepsi dengan menggunakan progestin, yaitu bahan tiruan dari progesteron
Jenis : pil, injeksi/suntikan, implan

PIL PROGESTIN

Keuntungan :
  1. Efektif jika diminum setiap hari di waktu yang sama (0,05-5 kehamilan / 100 perempuan  dalam 1 tahun pertama)
  2. Tidak diperlukan pemeriksaan panggul
  3. Tidak mempengaruhi  ASI
  4. Tidak mengganggu hubungan seksual
  5. Kembalinya fertilitas segera jika pemakaian dihentikan
  6. Mudah digunakan dan nyaman
  7. Efek samping kecil
Keterbatasan :
  1. Harus digunakan setiap hari dan pada waktu yang sama
  2. Bila lupa satu pil saja, kegagalan menjadi lebih besar
  3. Risiko kehamilan ektopik, tetapi risiko ini lebih rendah jika dibandingkan dengan perempuan yang tidak menggunakan minipil
  4. Efektifitas menjadi rendah bila digunakan bersamaan dengan obat tuberkulosis atau obat epilepsi
  5. Tidak mencegah IMS

INJEKSI PROGESTIN

Keuntungan :
  1. Sangat efektif (0,3 kehamilan per 100 perempuan dalam 1 tahun pertama
  2. Pencegahan kehamilan jangka panjang
  3. Tidak berpengaruh pada hubungan suami isteri
  4. Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah
  5. Tidak mempengaruhi ASI
  6. Sedikit efek samping
  7. Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai perimenopause
  8. Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik
  9. Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara
  10. Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul
  11. Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sicle cell)
Keterbatasan :
  1. Klien sangat tergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan (harus kembali sesuai jadwal suntikan)
  2. Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikut
  3. Tidak mencegah IMS
  4. Terlambat kembalinya kesuburan setelah penghentian pemakaian

IMPLAN PROGESTIN
Implan adalah alat kontrasepsi bawah kulit yang mengandung progestin yang dibungkus dalam kapsul silastik silikon polidimetri

Keuntungan kontrasepsi:
  1. Sangat efektif (kegagalan 0,2 -1,0 kehamilan per 100 perempuan)
  2. Daya guna tinggi.
  3. Perlindungan jangka panjang(sampai 5 tahun).
  4. Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan.
  5. Tidak memerlukan pemeriksaan dalam.
  6. Bebas dari pengaryh estrogen.
  7. Tidak mengganggu kegiatan sanggama.
  8. Tidak mengganggu ASI.
Keuntungan nonkontrasepsi :
  1.  Menguranginyeri haid.
  2. Mengurangi jumlah darah haid.
  3. Mengurangi/memperbaiki anemia.
  4. Melindungi terjadinya kanker endometrium.
  5. Menurunkan angka kejadian kelainan jinak payudara.
  6. Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang panggul.
  7. Menurunkan angka kejadian endometriosis.
Keterbatasan :
  1. Membutuhkan tindak pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan.
  2. Tidak mencegah infeksi menular seksual
  3. Klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi, akan tetapi harus pergi ke klinik untuk pencabutan
  4. Efektivitas menurun bila menggunakan obat tuberkulosis atau obat epilepsi

  1. Hormon kombinasi
Hormon Kombinasi adalah metode kontrasepsi dengan menggunakan kombinasi hormon mengandung hormon esterogen dan progesteron
Jenis : pil , injeksi/suntikan

PIL KOMBINASI

Keuntungan
  1. Efektivitas yang tinggi (1 kehamilan per 100 perempuan dalam tahun pertama penggunaan)
  2. Risiko terhadap kesehatan sangat kecil
  3. Tidak mengganggu hubungan seksual
  4. Mudah dihentikan setiap saat
  5. Kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil dihentikaN
  6. Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat
  7. Dpat digunakan sejak usia remaja hingga menopause
  8. Membantu mencegah kehamilan ektopik, kanker ovarium, kanker endometrium, kista ovarium, penyakit radang panggul, kelainan jinak pada payudara, dismenore atau akne
Keterbatasan
  1. Membosankan karena harus menggunakannya setiap hari
  2. Tidak boleh diberikan kepada perempuan menyusui
  3. Tidak mencegah IMS

SUNTIKAN KOMBINASI

Keuntungan kontrasepsi
  1. Sangat efektif (0,1 -0,4 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama penggunaan)
  2. Risiko terhadap kesehatan kecil.
  3. Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri.
  4. Tidak diperlukan pemeriksaan dalam.
  5. Efek samping sangat kecil.
Keuntungan nonkontrasepsi
  1. Mengurangi jumlah perdarahan.
  2. Mengurangi nyeri saat haid.
  3. Mencegah anemia.
  4. Khasiat pencegahan terhadap kanker ovarium dan kanker endometrium.
  5. Mengurangi penyakit payudara jinak dan kista ovarium.
  6. Mencegah kehamilan ektopik.
  7. Melindungi klien dari jenis-jenis tertentu penyakit radang panggul.
  8. Pada keadaan tertentu dapat diberikan pada perempuan usia perimenopause.
Kerugian suntikan kombinasi
  1. Pola haid tidak teratur, perdarahan bercak atau perdarahan sela sampai 10 hari.
  2. Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan, dan keluhan seperti ini akan hilang setelah suntikan kedua atau ketiga.
  3. Ketergantungan klien terhadap pelayanan kesehatan. Klien harus kembali setiap 30 hari untuk mendapatkan suntikan.
  4. Efektivitasnya berkurang bila digunakan bersamaan dengan obat-obat epilepsi (Fenitoin dan Barbiturat) atau obat tuberculosis (Rifampisin).
  5. Penambahan barat badan.
  6. Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular Seksual, hepatitis B virus, atau infeksi virus HIV.
  7. Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah penghentian pemakaian.

Sumber:
Pedoman Pelayanan Keluarga Berencana Pasca Persalinan di Fasilitas Kesehatan (BKKBN dan Kemenkes R.I., 2012)
Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Edisi Ketiga 2011

Thursday, 19 May 2016

Contoh Leaflet dan PPT Penyuluhan Diabetes Mellitus

Ketika kita akan melakukan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat, kita memerlukan media untuk mendukung penyuluhan tersebut agar peserta penyuluhan dapat menerima materi penyuluhan dengan baik. Tidak diragukan lagi bahwa media merupakan sarana yang harus ada untuk mendukung penyuluhan. Beberapa media yang biasanya digunakan dalam penyuluhan adalah Slide Powerpoint (PPT), dan leaflet. Berikut ane bagikan contoh PPT dan leaflet untuk penyuluhan kesehatan tentang Diabetes Mellitus (DM). PPT dan leaflet ini ane gunakan sewaktu menjalani KKN di Bojonegoro. Semoga dapat menjadi referensi dan isnpirasi bagi pembaca yang budiman yang sedang mempersiapkan media penyuluhan. Semoga bermanfaat!

Bagi pembaca yang ingin sekaligus mengadakan cek kesehatan, jangan lupa mempersiapkan kartu pemeriksaan ya, sebagai dokumentasi hasil pemeriksaan untuk peserta. Ini contoh kartu pemeriksaannya, semoga bermanfaat.

berikut adalah contoh PPT peyuluhan kesehatan Diabetes Mellitus (DM)
Download

Konsep Mutu Pelayanan Keperawatan

  1. Konsep Mutu Pelayanan
  1. Pelayanan kesehatan
Pelayanan adalah produk yang  dihasilkan  oleh  suatu organisasi  dapat  menghasilkan  barang atau  jasa.  Jasa diartikan juga  sebagai  pelayanan  karena  jasa  itu menghasilkan  pelayanan  (Supranto, 2006). Kotler (1997)  dan  Tjiptono  (2004), menjelaskan  karakteristik  dari  pelayanan sebagai berikut :
  1. Intangibility (tidak  berwujud),  yaitu  suatu  pelayanan  mempunyai sifat tidak berwujud, tidak dapat dirasakan atau dinikmati, tidak dapat dilihat, didengar dan dicium sebelum dibeli oleh konsumen. Misalnya :  pasien  dalam  suatu  rumah  sakit  akan  merasakan  bagaimana pelayanan  keperawatan  yang  diterimanya  setelah  menjadi  pasien rumah sakit tersebut.
  2.  Inseparibility  (tidak  dapat  dipisahkan),  yaitu  pelayanan  yang dihasilkan  dan  dirasakan  pada  waktu  bersamaan  dan  apabila dikehendaki  oleh  seseorang  untuk  diserahkan  kepada  pihak  lainnya, dia akan tetap merupakan bagian dari pelayanan tersebut. Dengan kata lain, pelayanan  dapat  diproduksi  dan  dikonsumsi/dirasakan  secara bersamaan.  Misalnya  :  pelayanan  keperawatan  yang  diberikan  pada pasien dapat langsung dirasakan kualitas pelayanannya.
  3. Variability  (bervariasi),  yaitu  pelayanan  bersifat  sangat  bervariasi karena  merupakan  non  standardized  dan  senantiasa  mengalami perubahan  tergantung  dari  siapa  pemberi  pelayanan,  penerima pelayanan  dan  kondisi  di  mana  serta  kapan    pelayanan  tersebut diberikan.  Misalnya  :  pelayanan  yang  diberikan  kepada  pasien  di ruang rawat inap kelas VIP berbeda dengan kelas tiga.
  4. Perishability (tidak  tahan  lama),  dimana  pelayanan  itu  merupakan komoditas yang tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan. Misalnya : jam  tertentu  tanpa  ada  pasien  di  ruang  perawatan,  maka  pelayanan yang  biasanya  terjadi  akan  hilang  begitu  saja  karena  tidak  dapat disimpan untuk dipergunakan lain waktu.

Definisi pelayanan kesehatan menurut Depkes RI (2009) adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan atupun masyarakat.

Menurut Donabedian (1988) aspek pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut:
  1. Struktur, sarana fisik, perlengkapan, dan perangkat organisasi dan manajemen mulai dari keuangan, SDM, dan sumber daya lainnya
  2. Proses, semua kegiatan medis yang dilakukan oleh tenaga kesehatan mulai dari dokter, perawat, apoteker dan professional lainnya dalam berinteraksi dan berkomuniksi dengan klien.
  3. Output, hasil akhir kegiatan dan pelayanan professional yang telah diberikan kepada klien dalam meningkatkan derjat kesehatan dan kepuasan klien

  1. Pelayanan Keperawatan
Herderson  (1966,  dalam  Kozier  et  al,  1997)  menjelaskan  pelayanan keperawatan  sebagai  kegiatan  membantu  individu  sehat  atau  sakit  dalam  melakukan upaya  aktivitas  untuk  membuat individu  tersebut sehat  atau  sembuh  dari sakit atau meninggal dengan tenang (jika tidak dapat disembuhkan), atau membantu  apa  yang  seharusnya  dilakukan  apabila  ia  mempunyai  cukup kekuatan,  keinginan,  atau  pengetahuan.

Berdasarkan kebijakan Depkes RI (1998), mutu pelayanan keperawtan adalah pelayanan kepada pasien yang berdasarkan standar keahlian untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pasien, sehingga pasien dapat memperoleh kepuasan dan akhirnya dapat meningkatkan kepercayaan kepada rumah sakit, serta dapat menghasilkan keunggulan kompetitif melalui pelayanan yang bermutu, efisien, inovatif dan menghasilkan customer responsiveness.

Standar praktek keperawatan telah disahkan oleh MENKES Rl dalam Surat Keputusan Nomor : 660/Menkes/SK/IX/1987. Kemiidian diperbaruhi dan disahkan berdasarkan SK DIRJEN YANMED Rl No : 00.03.2.6.7637, tanggal 18 Agustus 1993. Kemudian pada tahun 1996,DPP PPNI menyusun standar profesi keperawatan SK No : 03/DPP /SKI/1996 yang terdiri dari standar pelayanan keperawatan, praktek keperawatan, standar pendidikan keperawatan dan standar pendidikan keperawatan berkelanjutan.
Mutu pelayanan  keperawatan  dapat  merupakan  suatu pelayanan  keperawatan  yang komprehensif  meliputi  bio-psiko-sosio-spiritual  yang  diberikan  oleh  perawat profesional  kepada  pasien  (individu,  keluarga  maupun  masyarakat)  baik  sakit maupun  sehat,  dimana  perawatan  yang  diberikan  sesuai  dengan  kebutuhan  pasien dan  standar  pelayanan.  Namun  pada  dasarnya,  definisi  mutu  pelayanan keperawatan  itu  dapat  berbeda-beda  tergantung  dari  sudut  pandang  mana  mutu tersebut  dilihat. (Rakhmawati, 2009)
Berbagai  sudut  pandang  mengenai  definisi  mutu  pelayanan keperawatan tersebut diantaranya yaitu :
  1. Sudut Pandang Pasien (Individu, Keluarga, Masyarakat)
Meishenheimer  (1989)  menjelaskan  bahwa  pasien  atau  keluarga  pasien mendefinisikan  mutu  sebagai  adanya  perawat  atau  tenaga  kesehatan  yang memberikan  perawatan  yang  terampil  dan  kemampuan  perawat  dalam memberikan  perawatan.  Sedangkan  Wijono  (2000)  menjelaskan  mutu pelayanan  berarti  suatu  empati,  respek  dan  tanggap  akan  kebutuhannya, pelayanan harus sesuai dengan kebutuhan mereka, diberikan dengan cara yang ramah  pada  waktu  mereka  berkunjung.  Pada  umumnya  mereka  ingin pelayanan  yang  mengurangi gejala secara efektif dan mencegah penyakit, sehingga pasien beserta  keluarganya  sehat  dan  dapat  melaksanakan tugas mereka sehari-hari tanpa gangguan fisik.

Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka dapat  dikatakan bahwa mutu pelayanan  keperawatan didefinisikan oleh pasien  (individu,  keluarga, masyarakat)  sebagai  pelaksanaan  pelayanan  keperawatan  yang  sesuai  dengan kebutuhannya  yang berlandaskan rasa empati, penghargaan, ketanggapan, dan keramahan  dari  perawat  serta  kemampuan  perawat  dalam  memberikan pelayanan.  Selain  itu  melalui  pelayanan  keperawatan  tersebut,  juga  dapat menghasilkan peningkatan derajat kesehatan pasien.

  1. Sudut Pandang Perawat
Mutu berdasarkan sudut pandang perawat sering diartikan dengan memberikan pelayanan  keperawatan sesuai yang dibutuhkan pasien agar menjadi mandiri atau terbebas dari sakitnya  (Meishenheimer, 1989). Pendapat lainnya dikemukakan oleh Wijono (2000), bahwa mutu  pelayanan berarti bebas melakukan segala sesuatu secara  profesional untuk meningkatkan derajat kesehatan pasien dan masyarakat sesuai dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan  yang  maju,  mutu  pelayanan  yang  baik  dan  memenuhi  standar yang  baik.  Dengan  demikian  dapat  dikatakan  bahwa  perawat  sebagai  tenaga profesional  yang  memberikan  pelayanan  keperawatan  terhadap  pasien mendefinisikan  mutu  pelayanan  keperawatannya  sebagai  kemampuan melakukan  asuhan  keperawatan  yang  profesional  terhadap    pasien  (individu, keluarga,  masyarakat)  dan  sesuai  standar  keperawatan,  perkembangan  ilmu pengetahuan dan teknologi.

  1. Sudut Pandang Manajer Keperawatan
Mutu pelayanan difokuskan pada pengaturan staf, pasien dan masyarakat yang baik dengan menjalankan supervisi, manajemen keuangan dan logistik dengan baik  serta  alokasi  sumber  daya  yang  tepat  (Wijono,  2000).  Pelayanan keperawatan  memerlukan  manajemen  yang  baik  sehingga  manajer keperawatan  mempunyai  peranan  penting  dalam  meningkatkan  mutu pelayanan  keperawatan  dengan  melaksanakan  fungsi-fungsi  manajemen dengan  baik  yang  memfokuskan  pada  pengelolaan  staf  keperawatan  dan pasien sebagai  individu, keluarga dan masyarakat. Selain  itu pengelolaan pun mencakup pada manajemen keuangan dan logistik.

  1. Sudut Pandang Institusi Pelayanan
Meishenheimer  (1989)  mengemukakan  bahwa  mutu  pelayanan  diasumsikan  sebagai kemampuan untuk bertahan, pertimbangan penting mencakup tipe dan kualitas  stafnya    untuk  memberikan  pelayanan,  pertanggungjawaban  intitusi terhadap  perawatan  terhadap  pasien  yang  tidak  sesuai,  dan  menganalisis dampak  keuangan  terhadap  operasional  institusi.  Sedangkan  Wijono  (2000) menjelaskan  bahwa  mutu  dapat  berarti  memiliki  tenaga  profesional  yang bermutu  dan  cukup.  Selain  itu  mengharapkan  efisiensi  dan  kewajaran penyelenggaraan  pelayanan,  minimal  tidak  merugikan  dipandang  dari berbagai  aspek  seperti  tidak  adanya  pemborosan  tenaga,  peralatan,  biaya, waktu dan sebagainya.

  1. Sudut Pandang Organisasi Profesi
Badan  legislatif  dan  regulator  sebagai  pembuat  kebijakan  baik  lokal  maupun nasional  lebih  menekankan  pada  mendukung  konsep  mutu  pelayanan  sambil menyimpan  uang  pada  program  yang  spesifik.  Dan  selain  itu  juga menekankan  pada  institusi-institusi  pelayanan  keperawatan  dan  fasilitas pelayanan keperawatan. Badan akreditasi dan sertifikasi menyamakan kualitas dengan  mempunyai  seluruh  persyaratan  administrasi  dan  dokumentasi  klinik yang  lengkap  pada  periode  waktu  tertentu  dan  sesuai  dengan  standar  pada level  yang  berlaku.  Sertifikat  mengindikasikan  bahwa  institusi  pelayanan keperawatan  tersebut  telah  sesuai  standar  minimum  untuk  menjamin keamanan  pasien.  Sedangkan  akreditasi  tidak  hanya  terbatas  pada  standar pendirian  institusi  tetapi  juga  membuat  standar  sesuai  undang-undang  yang berlaku (Meishenheimer , 1989).

Persatuan  Perawat  Nasional  Indonesia  (PPNI)  sebagai  organisasi  profesi mempunyai  tanggung  jawab  dalam  meningkatkan  profesi  keperawatan. Sehingga  untuk  meningkatkan  mutu  pelayanan  keperawatan,  organisasi profesi  tersebut  membuat  dan  memfasilitasi  kebijakan  regulasi  keperawatan yang  mencakup  sertifikasi,  lisensi  dan  akreditasi.  Dimana  regulasi  tersebut diperlukan untuk meyakinkan masyarakat bahwa pelayanan keperawatan yang diberikan  telah  berdasarkan  kaidah  suatu  profesi  dan  pemberi  pelayanan keperawatan telah memenuhi standar kompetensi yang telah ditetapkan.

Tujuan standar keperawatan merrnrut Gilies (1989) adalah:
  1. Meningkatkan asuhan keperawatan.
  2. Mengurangi biaya asuhan keperawatan
  3. Melindungi perawat dan kelalaian dalam melaksanaka tugas danmelindungi pasien dan tindakan yang tidak terapeutik.

Standar pelavanan keperawatan menurut Depkes Rl 1996 adalahmeliputi:
  1. Startdar 1        : falsafah keperawatan
  2. Standar 2         : tujuan asuhan keperawatan.
  3. Standar 3         : pengkajian keperawatan
  4. Standar 4         : diagnosa keperawatan.
  5. Standar 5         : perencanaan keperawatan.
  6. Standar 6         : intervensi keperawatan
  7. Staridar 7        : evaluasi keperawatan.
  8. Standar 8         : catatan asuhan keperawatan.

  1. Mutu pelayanan
Pengertian mutu pelayanan kesehatan bersifat multi-dimensional yang berarti mutu dilihat dari sisi pemakai pelayanan kesehatan dan penyelenggara pelayanan kesehatan (Azwar, 1996)
  1. Dari pihak pemakai jasa pelayanan, mutu berhubungan erat dengan ketanggapan dan keterampilan petugas kesehatan dalam memenuhi kebutuhan klien. komunikasi, keramahan dan kesungguhan juga termasuk didalamnya.
  2. Dari pihak penyelenggara pelayanan kesehatan, mutu berhubungan dengan dokter, paramedis, derajat mutu pemakaian dan playanan yang sesuai dengan perkembangan teknologi.
Menurut Departemen Kesehatan RI (1998), mutu pelayanan didefinisikan sebagai suatu hal yang menunjukkan kesempurnaan pelayanan kesehatan, yang dapat menimbulkan kepuasan klien sesuai dengan tingkat kepuasan penduduk, serta pihak lain, pelayanan yang sesuai dengan kode etik dan standard pelayanan yang professional yang telah ditetapkan. Tappen  (1995)  menjelaskan  bahwa  mutu adalah  penyesuaian  terhadap  keinginan  pelanggan  dan  sesuai  dengan  standar yang berlaku serta tercapainya tujuan  yang diharapkan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa mutu pelayanan kesehatan sesuatu hal yang dapat meningkatkan kepuasan dan kenyamanan klien dengan menyelenggarakan sebuah pelayanan yang optimal sesuai dengan kode etik dan standard pelayanan professional yang berlaku serta selalu menerapkan pelayanan yang dinamis berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

  1. Dimensi mutu pelayanan
Lima dimensi mutu pelayanan (Service Quality), terdiri dan:
  1. Wujud nyata (tangibles) adalah wujud Iangsung yang meliputi fasilitas fisik, yang mencakup kemutahiran peralatan yang digunakan, kondisi sarana, kondisi SDM perusahaan dan keselarasan antara fasilitas fisik dengan jenis jasa yang diberikan.
  2. Kehandalan (reliability) adalah aspek-aspek keandalan system pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa yang meliputi kesesuaian pelaksanaan pelayanan dengan rencana kepedulian perusahaan kepada permasalahan yang dialami pasien, keandalan penyampaian jasa sejak awal, ketepatan waktu pelayanan sesuai dengan janji yang dibenikan,keakuratan penanganan.
  3. Ketanggapan (responsiveness) adalah keinginan untuk membantu dan menyediakan jasa yang dibutuhkan konsumen. Hai ini meliputi kejelasan informasi waktu penyampaian jasa, ketepatan dan kecepatan dalam pelayanan administrasi, kesediaan pegawai dalam membantu konsumen, keluangan waktu pegawai dalam menanggapi permintaan pasien dengan cepat.
  4. Jaminan (assurance) adalah adanya jaminan bahwa jasa yang ditawarkan memberikan jaminan keamanan yang meliputi kemampuan SDM, rasa aman selama berurusan dengan karyawan, kesabaran karyawan, dan dukungan pimpinan terhadap staf. Dimensi kepastian atau jaminan ini merupakan gabungan dari dimensi :
  1. Kompetensi (Competence), artinya keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki oleh para karyawan untuk melakukan pelayanan
  2. Kesopanan (Courtesy), yang meliputi keramahan, perhatian dan sikap para karyawan
  3. Kredibilitas (Credibility), meliputi hal-hal yang berhubungan dengan kepercayaan kepada perusahaan, seperti reputasi, prestasi dan sebagainya.
  1. Empati (empathy), berkaitan dengan memberikan perhatian penuh kepada konsumen yang meliputi perhatian kepada konsumen, perhatian staf secara pribadi kepada konsumen, pemahaman akan kebutuhan konsumen, perhatian terhadap kepentingan, kesesuaian waktu pelayanan dengan kebutuhan konsumen. Dimensi emphaty ini merupakan penggabungan dari dimensi :
  1. Akses (Acces), meliputi kemudahan untuk memafaatkan jasa yang ditawarkan
  2. Komunikasi (Communication), merupakan kemapuan melaukan komunikasi untuk menyampaikan informasi kepada pelanggan atau memperoleh masukan dari pelanggan
  3. Pemahaman kepada pelanggan (Understanding the Customer), meliputi usaha perusahaan untuk mengetahui dan memahami kebutuhan dan keinginan pelanggan

  1. Penilaian mutu pelayanan
Penilaian  terhadap  mutu  dilakukan  dengan  menggunakan  pendekatan-pendekatan yang dikelompokkan dalam tiga komponen, yaitu :
  1. Struktur (Input)
Donabedian  (1987,  dalam  Wijono  2000)  mengatakan  bahwa  struktur merupakan  masukan  (input)  yang  meliputi  sarana  fisik perlengkapan/peralatan,  organisasi,  manajemen,  keuangan,  sumber  daya manusia dan sumber daya  lainnya dalam fasilitas  keperawatan. Baik tidaknya struktur sebagai input dapat diukur dari jumlah besarnya mutu, mutu struktur, besarnya  anggaran  atau  biaya,  dan  kewajaran.  Penilaian  juga  dilakukan terhadap  perlengkapan-perlengkapan  dan  instrumen  yang  tersedia  dan dipergunakan  untuk  pelayanan.  Selain  itu  pada  aspek  fisik, penilaian  juga mencakup  pada  karakteristik  dari  administrasi  organisasi  dan  kualifikasi  dari profesi kesehatan.

Pendapat  yang  hampir  sama  dikemukakan  oleh  Tappen  (1995),  yaitu  bahwa struktur  berhubungan  dengan  pengaturan  pelayanan  keperawatan  yang diberikan  dan  sumber  daya  yang  memadai. Aspek  dalam  komponen  struktur dapat  dilihat  melalui  :  1)  fasilitas,  yaitu  kenyamanan,  kemudahan  mencapai pelayanan  dan  keamanan;  2)  peralatan,  yaitu  suplai  yang  adekuat,  seni menempatkan  peralatan;  3)  staf,  meliputi  pengalaman,  tingkat  absensi,  rata-rata turnover, dan rasio pasien-perawat; dan 4) Keuangan, yaitu meliputi gaji, kecukupan dan sumber keuangan. 

Berdasarkan  kedua  pendapat  di  atas,  maka  pendekatan  struktur  lebih difokuskan pada hal-hal yang menjadi masukan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan,  diantaranya  yaitu  :  1)  fasilitas  fisik,  yang  meliputi  ruang perawatan  yang  bersih,  nyaman  dan  aman,  serta  penataan  ruang  perawatan yang  indah;  2)  peralatan,  peralatan  keperawatan  yang  lengkap,  bersih,  rapih dan  ditata  dengan  baik;  3)  staf  keperawatan  sebagai  sumber  daya  manusia, baik  dari  segi  kualitas  maupun  kuantitas;  4)  dan  keuangan,  yang  meliputi bagaimana mendapatkan sumber dan alokasi dana. Faktor-faktor yang menjadi masukan ini memerlukan manajemen yang baik, baik manajemen sumber daya manusia, keuangan maupun logistik.

  1. Proses (Process)
Donabedian  (1987,  dalam  Wijono  2000)  menjelaskan  bahwa  pendekatan  ini merupakan  proses  yang  mentransformasi  struktur  (input)  ke                                 dalam  hasil  (outcome).  Proses  adalah  kegiatan  yang  dilaksanakan  secara profesional  oleh  tenaga  kesehatan  (perawat)  dan  interaksinya  dengan  pasien. Dalam kegiatan ini mencakup diagnosa, rencana perawatan, indikasi tindakan, prosedur dan  penanganan  kasus.  Dengan kata  lain  penilaian  dilakukan terhadap perawat  dalam  merawat  pasien.  Dan  baik  tidaknya  proses  dapat diukur dari relevan tidaknya proses bagi pasien, fleksibelitas/efektifitas, mutu proses  itu  sendiri  sesuai  dengan  standar  pelayanan  yang  semestinya,  dan kewajaran (tidak kurang dan tidak berlebihan).

Tappen (1995) juga menjelaskan bahwa pendekatan pada proses dihubungkan dengan aktivitas nyata yang ditampilkan oleh pemberi pelayanan keperawatan. Hal ini termasuk perawatan fisik, intervensi psikologis seperti pendidikan dan konseling, dan aktivitas kepemimpinan. Penilaian dapat melalui observasi atau audit dari dokumentasi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa  pendekatan ini  difokuskan  pada  pelaksanaan  pemberian  pelayanan  keperawatan  oleh perawat  terhadap  pasien  dengan  menjalankan  tahap-tahap  asuhan keperawatan.  Dan  dalam  penilaiannya  dapat  menggunakan  teknik  observasi maupun  audit  dari  dokumentasi  keperawatan.  Indikator  baik  tidaknya  proses dapat  dilihat  dari  kesesuaian  pelaksanaan  dengan  standar  operasional prosedur, relevansi tidaknya dengan pasien dan efektifitas pelaksanaannya. 

  1. Hasil (Outcome)
Pendekatan  ini  adalah  hasil  akhir  kegiatan  dan  tindakan  perawat  terhadap pasien.  Dapat  berarti  adanya  perubahan  derajat  kesehatan  dan  kepuasan  baik positif maupun negatif. Sehingga baik tidaknya hasil dapat diukur dari derajat kesehatan  pasien  dan  kepuasan  pasien  terhadap  pelayanan  perawatan  yang telah  diberikan  (Donabedian,  1987  dalam  Wijono  2000).  Sedangkan  Tappen (1995) menjelaskan bahwa outcome berkaitan dengan hasil dari aktivitas yandiberikan  oleh  petugas  kesehatan.  Hasil  ini  dapat  dinilai  dari  efektifitas  dari aktivitas pelayanan  keperawatan  yang ditentukan  dengan tingkat  kesembuhan dan kemandirian. Sehingga dapat dikatakan bahwa fokus pendekatan ini  yaitu pada  hasil  dari  pelayanan  keperawatan,  dimana  hasilnya  adalah  peningkatan derajat  kesehatan  pasien  dan  kepuasan  pasien.  Sehingga  kedua  hal  tersebut dapat dijadikan indikator dalam menilai mutu pelayanan keperawatan. 

Pendekatan-pendekatan  di  atas  dapat  digunakan  sebagai  indikator  dalam melakukan  penilaian  terhadap  mutu.  Namun  sebagai  suatu  sistem  penilaian  mutu sebaiknya dilakukan pada ketiga unsur dari sistem tersebut yang meliputi struktur, proses dan hasil. Dan setelah didapatkan hasil penilaiannya, maka dapat dilakukan strategi  yang  tepat  untuk  mengatasi  kekurangan  atau  penilaian negatif  dari  mutu pelayanan  tersebut.  Namun  seiring  berjalannya  waktu,  strategi  peningkatan  mutu mengalami  perkembangan  yang  dapat  menjadi  wacana  kita  mengenai  strategi mana  yang  tepat  dalam melakukan  upaya  yang  berkaitan  dengan  mutu  pelayanan keperawatan.  Oleh  karena  itu  pada  sub  bab  berikutnya  akan  dibahas  mengenai strategi dalam mutu pelayanan keperawatan.

  1. Strategi mutu
  1. Quality Assurance (Jaminan Mutu)
Quality  Assurance  mulai  digunakan  di  rumah  sakit  sejak  tahun  1960-an implementasi  pertama  yaitu  audit  keperawatan.  Strategi  ini  merupakan program  untuk  mendesain  standar  pelayanan  keperawatan  dan  mengevaluasi pelaksanaan standar tersebut (Swansburg, 1999). Sedangkan menurut Wijono (2000),  Quality  Assurance  sering  diartikan  sebagai  menjamin  mutu  atau memastikan  mutu  karena Quality Assurance berasal  dari  kata to assure  yang artinya  meyakinkan  orang,  mengusahakan  sebaik-baiknya,  mengamankan atau  menjaga.  Dimana  dalam  pelaksanaannya  menggunakan  teknik-teknik seperti  inspeksi,  internal  audit  dan  surveilan  untuk  menjaga  mutu  yang mencakup dua tujuan yaitu : organisasi mengikuti prosedur pegangan kualitas, dan efektifitas prosedur tersebut untuk menghasilkan hasil yang diinginkan. 

Dengan  demikian  quality  assurance  dalam  pelayanan  keperawatan  adalah kegiatan  menjamin  mutu    yang  berfokus  pada  proses  agar  mutu pelayanan keperawatan  yang  diberikan  sesuai  dengan  standar.  Dimana  metode  yang digunakan  adalah  :  audit  internal  dan  surveilan  untuk  memastikan  apakah proses pengerjaannya (pelayanan keperawatan  yang diberikan kepada pasien) telah  sesuai  dengan  standar  operating  procedure  (SOP);  evaluasi  proses; mengelola  mutu;    dan  penyelesaian  masalah.  Sehingga  sebagai  suatu  sistem (input,  proses,  outcome),  menjaga  mutu  pelayanan  keperawatan  difokuskan hanya  pada  satu  sisi  yaitu  pada  proses  pemberian  pelayanan  keperawatan untuk menjaga mutu pelayanan keperawatan.

  1. Continuous  Quality  Improvement  (Peningkatan  Mutu  Berkelanjutan)
Continuous  Quality  Improvement  dalam  pelayanan  kesehatan  merupakan perkembangan  dari  Quality  Assurance  yang  dimulai  sejak  tahun  1980-an. Continuous  Quality  Improvement  (Peningkatan  mutu  berkelanjutan)  sering diartikan sama dengan Total Quality Management karena semuanya mengacu pada  kepuasan  pasien  dan  perbaikan  mutu  menyeluruh.  Namun  menurut Loughlin  dan  Kaluzny  (1994,  dalam  Wijono  2000)  bahwa  ada  perbedaan sedikit  yaitu  Total  Quality  Management dimaksudkan  pada  program  industri sedangkan  Continuous  Quality  Improvement  mengacu  pada  klinis.  Wijono (2000)  mengatakan  bahwa  Continuous  Quality  Improvement  itu  merupakan upaya peningkatan mutu secara terus menerus yang dimotivasi oleh keinginan pasien.  Tujuannya  adalah  untuk  meningkatkan  mutu  yang  tinggi  dalam pelayanan  keperawatan  yang  komprehensif  dan  baik,  tidak  hanya  memenuhi harapan aturan yang ditetapkan standar yang berlaku. 

Pendapat  lain  dikemukakan  oleh  Shortell  dan  Kaluzny  (1994) bahwa  Quality Improvement  merupakan  manajemen  filosofi  untuk  menghasilkan  pelayanan yang baik. Dan Continuous Quality Improvement sebagai filosofi peningkatan mutu  yang berkelanjutan  yaitu proses  yang dihubungkan dengan memberikan pelayanan  yang  baik  yaitu  yang  dapat  menimbulkan  kepuasan  pelanggan (Shortell,  Bennett  &  Byck,  1998)

Sehingga  dapat  dikatakan  bahwa  Continuous  Quality  Improvement  dalam pelayanan  keperawatan  adalah  upaya  untuk  meningkatkan  mutu  pelayanan keperawatan  secara  terus  menerus  yang  memfokuskan  mutu  pada perbaikan mutu secara keseluruhan dan kepuasan pasien. Oleh karena itu perlu dipahami mengenai  karakteristik-karakteristik  yang  dapat  mempengaruhi  mutu  dari outcome yang ditandai dengan kepuasan pasien.

  1. Total quality manajemen (TQM)
Total Quality Manajemen (manajemen kualitas menyeluruh) adalah suatu cara meningkatkan performansi secara terus menerus pada setiap level operasi atau proses,  dalam  setiap  area  fungsional  dari  suatu  organisasi,  dengan menggunakan  semua  sumber  daya  manusia  dan  modal  yang  tersedia  dan berfokus pada kepuasan pasien dan perbaikan mutu menyeluruh


Daftar Pustaka :

Azwar,  A.  (1996).  Menuju  pelayanan  kesehatan  yang  lebih  bermutu.  Jakarta:  Yayasan Penerbitan Ikatan Dokter Indonesia.
Gillies, D.A. (1994). Nursing management, a system approach. Third Edition. Philadelphia : WB Saunders.
Kozier, Erb & Blais. (1997). Profesional nursing practice : concept & perspectives. Third Edition. California : Addison Wesley Publishing.Inc
Meisenheimer, C.G. (1989). Quality Assurance for Home Health  Care. Maryland:  Aspen Publication.
Rakhmawati, Windy. (2009). Pengawasan Dan Pengendalian  Dalam Pelayanan Keperawatan (Supervisi, Manajemen Mutu & Resiko). http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/03/pengawasan_dan_pengendalian_dlm_pelayanan_keperawatan.pdf, diakses 4 November 2015
Swansburg, R.C. & Swansburg, R.J. (1999). Introductory management and leadership for nurses. Canada : Jones and Barlett Publishers.
Tappen (1995). Nursing leadership and management : Concepts & Practice. Philadelphia : F.A. Davis Company.
Tjiptono, F. (2004). Prinsip-prinsip total quality service (TQS). Yogyakarta : Andi Press
Wijono,  D.  (2000).  Manajemen  mutu  pelayanan  kesehatan.  Teori,  Strategi  dan  Aplikasi. Volume.1. Cetakan Kedua. Surabaya : Airlangga Unniversity Press

Kisah Inspiratif Dua Pedagang Keren

assalamualaikum wr.wb para pembaca yang budiman. Sudah lama ane gak posting-posting lagi. Hari ini izinkan ane berbagi pengalaman kepada pembaca semua. Semoga pengalaman ane ini bisa menjadi pelajaran untuk kita semua. Aamiin
Ane ingin  menceritakan dua orang sosok yang keren dan patut menjadi contoh. Kisah kali ini sekaligus menunjukkan bahwa teladan itu tidak hanya dapat kita temukan pada tokoh-tokoh publik, orang-orang tenar yang sering naik mimbar, orang-orang yang sering memotong pita peresmian, tetapi teladan bisa kita temukan pada orang-orang sekitar kita, bahkan orang-orang yang tidak kita duga-duga.
Suatu sore, sepulang kerja sampingan, ane mencari jus buah untuk melepas dahaga yang mendera (alay dikit). Tetapi karena penjual jus langganan tutup, ane akhirnya pulang. Di perjalanan terlihat bapak-bapak menjaga gerobak es bubur kacang hijau di samping jalan. Wah lumayan untuk obat haus pikirku. Akhirnya ane mampir ke bapak tersebut. Ane perhatikana ada yang berbeda dengan bapak penjual bubur ini. Ane langsung kagum di pandangan pertama. Yang membuat ane kagum dengan si Bapak penjual bubur kacang hijau ini adalah beliau begitu ramah dengan pelanggan. Senyumnya selalu merekah kepada setiap pelanggan yang datang membeli. Dan yang membuat ane kagum untuk kesekian kalinya, bapak ini tak lupa mendoakan pelanggannya ketika hendak pergi setelah menerima bungkusan es bubur kacang hijaunya. “Semoga lelah dan capeknya hilang semua ya mas!”. So sweet sekali bapak ini. Bagaimana gak bahagia pelanggannya kalau didoakan begini. Kedua kalinya ane kesana, keramahan itu lagi-lagi sukses menawan hati ane. Hanya pada pengalaman kedua ini adalagi yang membuat kekaguman ane bertambah. Beliau ternyata tidak meninggalkan shalat seklipun sedang berdagang. Noh, keren gak tuh? “Mas, ini tadi mau tak tinggal shalat, Masnya datang tepat waktu” Masya Allah… Ini nih pedagang sejati. Gak lupa agama walau lagi sibuk mencari nafkah.
Masih di hari yang sama, ba’da menunaikan shalat maghrib usai mengajar di TPQ (Taman Pendidiakn al Qur’an). Ane mau pulang. Di serambi masjid ane lihat ada gerobak. Seperti gerobak jajanan anak-anak. Seorang lelaki paruh baya keluar dari masjid datang menghampirinya. Kemudian mendorongnya keluar dari masjid. Yang ane perhatikan bukan gerobaknya, tapi mas-mas yang sedang mendorong gerobak tersebut. Ane perhatikan, subhanallah… baliau berdizikir. Mulutnya tak henti berkomat-kamit di setiap langkah ia beranjak menjemput rizki di tempat yang ingin beliau tuju, entah dimana itu. Luar biasa sekali.
Hal ini kemudia menjadi bahan pembelajaran kepada ane pribadi. Seringkali ketika kita bekerja, kita lupa akan adanya Allah. Sehingga kita mementingkan pekerjaan selesai tepat waktu dengan hasil yang memuaskan ketimbang shalat tepat waktu dengan khusyu’. Mementingkan dandanan modis dan rapi ketimbang bertilawah dan berdzikir terlebih dahulu sebelum bertemu atasan atau pelanggan. Bahkan mementingkan kepentingan gaji dan upah dan mengabaikan hak-hak orang lain. Naudzubillah…
Dunia adalah satu dari sekian banyak hal yang seringkali membelenggu kita dalam lingkaran kesibukan yang membuat kita hanya berorientasi pada dunia. Sedangkan Agama yang menjadi oase, mata air serta pelita yang menyegarkan, menyelamatkan dan menerangi kita dari kehausan dan kebutaan akan dunia yang melahirkan keinginan dan hasrat yang tidak pernah tertuntaskan, seringkali dinomorduakan. Akhirnya ya, korupsi walau jabatan sudah sangat bergengsi, mencuri walau sudah dimanjakan gaji, timbul kerja-kerja yang tidak berkualitas yang hanya menghamburkan uang anggaran, pelayanan yang jauh dari kata memuaskan, sehingga ada istilah, “Gaji serius, kerja main-main”. Tataran yang lebih rendah, ada pedagang-pedagang curang, rela dagang dengan mengorbankan waktu ibadah, seolah-olah agama hanya menghambat aktivitas untuk mencari rizki. Bukankah yang memberi rizki adalah Allah, bukan pekerjaan kita. Bekerja hanya perantara kita untuk menjemput rizki-Nya, tapi kalau yang punya rizki gak ridha, sebaik apapun perantara kita, mau apa? Ibarat kita mau nego harga tanah, kita sewa negosiator handal yang berkompeten, kalau yang empunya tanah ga ridha ngelepas tanahnya, mau apa? Tanah gak dapet, gigit jari yang iya, keluar uang lagi buat nyewa negosiator, nah.. tuh bagaimana ceritanya kalau udah begitu?
Dari dua sosok luar biasa tadi semoga kita dapat mengambil pelajaran, bahwa yang membuat kita bahagia bukanlah uang dari kerja-kerja kita. Kebahagiaan itu datangnya dari Allah. Maka salah kalau kita cari uang tapi melupakan Allah, karena uang hanya secuil dibandingkan kebahagiaan dan nikmat yang Allah curahkan untuk kita. Ketika kita bisa selalu bersyukur, saat itulah kita bisa bekerja sepenuh hati dengan Allah bersama kita, membersamai ikhtiyar kita mencari rizki.
“Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian rizki-Nya. Dan hanya kepada-Nya lah kamu kembali setelah dibangkitkan” (QS. Al Mulk : 15)