BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Buzz Group
2.1.1 Definisi Buzz Group
Buzz
Group merupakan metode yang digunakan untuk membagi kelompok diskusi
besar menjadi kelompok-kelompok kecil. Sasaran dari kelompok kecil
langsung diberi permasalahan. Dalam buzz group permasalahan yang
diberikan dapat berbeda dengan kelompok lain. Setelah diberi
permasalahan setiap kelompok mendiskusikan masalahnya tersebut dan
selanjutnya membuat kesimpulan. Diskusi kelompok kecil (buzz group)
adalah salah satu cara yang digunakan untuk menyelesaikan masalah dengan
melihat berbagai macam aspek permasalahan dan dilakukan dengan bertukar
pikiran secara teratur dan terarah. Diskusi ini dapat diperoleh suatu
kesimpulan mengenai masalah tersebut (Efendi & makhfudli, 2013).
2.1.2 Karakteristik buzz group
Menurut Sastra (2011), diskusi kelompok kecil atau Buzz Group ini memiliki karakteristik sebagai berikut:
- Terdapat dua ketua yaitu sebagai fasilitator dan satunya sebagai moderator sekaligus berperan sebagai pemimpin diskusi dalam kelompok kecil.
- Melibatkan sejumlah orang yang terbagi dalam beberapa kelompok kecil yang beranggotakan 3-7 orang.
- Waktu terbatas, setiap kelompok kecil harus melakukan diskusi sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Sehingga saat waktu habis setiap kelompok telah siap dengan hasil diskusinya masing-masing.
- Memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai bersama, yakni ingin memecahkan suatu masalah yang sama dengan kerjasama antar kelompok.
- Berlangsung dalam situasi tidak terlalu formal. Artinya semua anggota kelompok atau peserta bisa saling mendengar dan beradu pandang serta berkomunikasi dengan yang lain.
- Pembicaraan tidak berurutan tapi dilakukan dengan spontanitas. Sehingga akan terdengar seperti dengungan-dengungan namun tetap berlangsung menurut proses yang teratur dan sistematis.
- Adanya istilah diskusi kecil dan diskusi besar atau evaluasi. Diskusi kecil merupakan diskusi antar anggota kelompok, sedangkan diskusi besar adalah suatu diskusi yang dipimpin oleh fasilitator dimana tiap juru bicara melaporkan hasil diskusinya dan terjadi sharing antar kelompok.
2.1.3 Prinsip pelaksanaan buzz group
Ada beberapa prinsip dasar Buzz Group yang harus dipenuhi menurut Sastra (2011), antara lain:
- Terdapat dua ketua, yaitu: ketua Buzz group yang bertugas memimpin diskusi besar dan ketua kelompok kecil (moderator) yang memimpin diskusi pada kelompok kecil.
- Anggota diskusi dibagi dalam kelompok-kelompok kecil untuk membahas masalah secara spesifik.
- Tiap kelompok melakukan diskusi sesuai waktu yang telah ditentukan.
- Penyatuan ide diperlukan untuk mendapat hasil yang maksimal.
2.1.4 Tahapan buzz group
Langkah-langkah penggunaan metode diskusi jenis Buzz Groups menurut Zaini, dkk (2007: 124) secara singkatnya adalah sebagai berikut:
- Langkah-langkah dan strategi ini biasanya dimulai dengan memilih orang yang akan melaporkan hasil diskusi atau juru bicara sekaligus memimpin diskusi.
- Kemudian meminta kepada setiap anggota kelompok untuk mengemukakan satu ide untuk menjawab pertanyaan atau memecahkan masalah yang didiskusikan.
- Akhirnya mereka harus menghasilkan satu ide yang disepakati bersama untuk dilaporkan ke kelas besar. Untuk strategi ini biasanya kelompok diberi batasan waktu seperti lima menit, sepuluh menit atau lebih tergantung kompleksitas masalahnya.
2.1.5 Jumlah peserta
Peserta
Buzz grou tidak terlalu banyak, agar ada rasa tanggung jawab anggota
kelompok akan berkurang. Sehingga pemecahannya tidak akan ditemukan.
Maka dari itu jumlah peserta dalam Buzz group adalah 3 atau 6 orang dan
paling banyak 10 orang.
2.1.6 Waktu
Waktu
dalam buzz group biasanya 45 menit sampai satu jam. Sebenarnya, waktu
maksimal yang dapat digunakan dalam Buzz Group adalah dua jam. Hal itu
juga tergantung pada kesuitan dari masalah yang dibahas.
2.1.7 Perencanaan Kegiatan Penyuluhan
Sebelum Kegiatan Penyuluhan dilakukan maka dilakukan perencanaan dan persiapan terlebih dahulu.
Kegiatan-kegiatan persiapan tersebut adalah:
- Fasilitator menyusun rancangan tindakan berupa silabus, satuan layanan, dan materi diskusi buzz group.
- Fasilitator mempersiapkan angket dan lembar observasi untuk masing-masing pembantu pelaksana.
- Fasilitator menetapkan moderator diskusi kecil buzz group.
- Fasilitator membagi peserta ke dalam kelompok kecil.
- Fasilitator melakukan pembagian moderator pada masing-masing kelompok.
- Fasilitator memberikan pengarahan kepada setiap moderator berkaitan dengan subbab topik yang akan didiskusikan dan mekanisme pelaksanaan diskusi buzz group agar diperoleh kesamaan persepsi antara moderator dengan peserta.
2.2 Konsep Pasangan Usia Subur
2.2.1 Definisi Pasangan Usia Subur
Pasangan
usia subur adalah pasangan suami istri dengan rentang usia antara 15-49
masih haid atau pasangan suami stri yang istri berumur kurang dari 15
tahun dan sudah haid atau istri sudah berumur 50 tahun, tetapi masih
haid (BKKBN, 2009 : 8).
Menurut
Pedoman Podes 2008, Definisi PUS adalah pasangan suami istri yang masih
berpotensi untuk mempunyai keturunan atau biasanya ditandai dengn belum
datangnya waktu menopause (terhenti menstruasi bagi istri).
2.2.2 Proses Belajar Orang Dewasa
Proses
belajar orang dewasa tentu sangat terkait dengan karakteristik usia
perkembangannya. Dewasa berdasar dimensi psikologis dapat dilihat dan
dibedakan dalam tiga kategori yaitu: dewasa awal (early adults) dari
usia 16 sampai dengan 20 tahun, dewasa tengah (middle adults) dari 20
sampai pada 40 tahun, dan dewasa akhir (late adults) dari 40 hingga 60
tahun (Kamil, tth).
Orang
dewasa sebagai peserta didik berbeda sekali dengan anak usia dini dan
remaja. Proses pembelajaran orang dewasa sangat unik karena proses
belajar akan berlangsung apabila mereka terlibat langsung, ide dapat
dihargai, dan materi ajar yang benar-benar dibutuhkan atau berkaitan
dengan profesi serta hal baru bagi mereka (Najamuddin, tth).
Menurut
Saraka tahun 2001 dalam (Kamil, tth), pada umumnya orang dewasa mereka
memiliki kemampuan membaca, menulis, menghitung, menguasai kemampuan
verbal dan kecakapan mengambil keputusan yang relevan dengan kebutuhan
pribadi serta tuntutan sosialnya. Karakteristik orang dewasa beragam
sekali. Oleh karena itu diperlukan juga pemahaman mengenai bagaimana
orang dewasa belajar untuk dapat mencapai hasil belajar yang optimal.
Menurut Pannen dan Malati (1994), proses belajar orang dewasa mempunyai beberapa tahapan, yaitu :
- Kesadaran, yaitu pengenalan terhadap materi yang dipelajari
- Pemahaman, mulai dapat memahami konsep atau prinsip bahan yang dipelajari
- Keterampilan, bila di dalam proses pembelajaran diberikan kesempatan untuk praktek, peserta akan dapat mencapai tahap penguasaan keterampilan
- Penerapan pengetahuan dan keterampilan
- Sikap, setelah menerapkan pengetahuan dan mempraktekkan peserta akan mempunyai sikap tertentu
Berdasarkan
tahapan tersebut, ketika memulai proses pembelajaran orang dewasa
tersebut harus menyadari betul kebutuhan belajarnya dan keterkaitan
materi yang dipelajari terhadap kebutuhan tersebut. Kesadaran ini akan
mendorong mereka untuk memahami pengetahuan dan menguasai keterampilan
yang harus dipelajari. Selanjutnya menerapkan pengetahuan dan
keterampilan dalam kehidupan sehari-hari. Konsekuensi dari pengalaman
setelah menerapkan tersebut, akan muncul sikap, baik positif maupun
negatif. Tentu saja ketika orang dewasa mendapatkan manfaat dari hal
yang dipelajari akan muncul sikap positif dan sebaliknya apabila mereka
tidak mendapatkan manfaat apapun, muncul sikap negatif.
Ada beberapa asumsi mengenai perilaku belajar orang dewasa menurut Lindeman (Knowles, 1990), antara lain :
- Orang dewasa selalu termotivasi untuk belajar sesuai dengan kebutuhan akan pengalaman dan minat bahwa belajar akan memuaskan. Oleh karena itu, hal ini merupakan salah satu cara untuk memulai mengorganisasikan aktivitas belajar orang dewasa.
- Orientasi belajar orang dewasa orang dewasa adalah berpusat pada kehidupan. Oleh karena itu unit belajar yang tepat untuk mengorganisasikan adalah situasi nyata, bukan hal yang bersifat imaginatif.
- Pengalaman merupakan sumber belaar yang paling kaya dalam belajar orang dewasa. Oleh karena itu, metode pendidikan untuk orang dewasa adalah analisis pengalaman.
- Orang dewasa mempunyai kebutuhan yang mendalam untuk mengarahkan diri sendiri. Dengan demikian peran instruktur/trainer adalah menghubungkan proses eksplorasi yang seimbang dengan mereka daripada hanya sekedar mentransfer pengetahuan.
- Perbedaan individu makin meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Untuk itu, pembelajaran orang dewasa seharusnya memberikan perbedaan dalam gaya, waktu, tempat dan tahapan belajar.
Dengan
adanya asumsi di atas, maka untuk menciptakan suasana pembelajaran
orang dewasa yang efektif dan efisien perlu memperhatikan beberapa
prinsip belajar bagi orang dewasa, yaitu :
- Partisipasi Aktif. Orang dewasa akan dapat belajar dengan baik apabila secara penuh mengambil bagian dalam aktivitas pembelajaran
- Materinya Menarik. Orang dewasa akan belajar dengan baik apabila materinya menarik bagi dia dan ada dalam kehidupan sehari-hari
- Bermanfaat. Orang dewasa akan belajar dengan sebaik mungkin apabila apa yang dipelajari bermanfaat dan dapat diterapkan
- Dorongan dan Pengulangan. Dorongan semangat dan pengulangan terus-menerus akan membantu orang dewasa untuk belajar lebih baik
- Kesempatan Mengembangkan. Orang dewasa akan belajar sebaik mungkin apabila dia mempunyai kesempatan yang memadai untuk mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilannya
- Pengaruh Pengalaman. Proses belajar orang dewasa dipengaruhi oleh pengalamanpengalamannya yang lalu dan daya pikirnya
- Saling Pengertian. Saling pengertian yang lebih baik akan membantu pencapaian tujuan pembelajaran
- Belajar Situasi Nyata. Orang dewasa akan lebih banyak belajar dari situasi kehidupan nyata
- Pemusatan Perhatian. Orang dewasa tidak dapat memusatkan perhatian untuk waktu yang lama kalau hanya mendengar saja
- Kombinasi Audio dan Visual. Orang dewasa mencapai retensi (penyimpanan) tertinggi melalui kombinasi kata-kata dan visual
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Proses Pembelajaran Orang Dewasa
Proses
dan perilaku belajar orang dewasa sangat dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Permasalahan-permasalahan yang terjadi ketika belajar,
seringkali perlu dipahami dengan mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi hal tersebut. Ada beberapa faktor fisik dan psikis yang
mempengaruhi proses belajar pada orang dewasa. Faktor-faktor tersebut
adalah :
- Faktor-faktor Fisik
- Faktor penglihatan dan pendengaran Seiring dengan bertambahnya usia, ketajaman penglihatan dan pendengaran mulai berkurang. Oleh karena itu sebaiknya peserta pembelajaran tidak terlalu banyak. Jumlah peserta diusahakan antara 15-25 orang, sehingga memungkinkan penataan kursi lebih dekat dengan sumber belajar. Media pembelajaran ditempatkan sedemikian rupa sehingga semua peserta dapat melihat dan mendengarnya dengan jelas.
- Faktor artikulasi Bertambahnya usia juga memungkinkan struktur alat ucap sudah mengalami perubahan, seperti gigi tanggal, perubahan organ pita suara, bibir menurun dan sebagainya yang mempengaruhi pelafalan seseorang. Pelafalan ini tentu saja mempengaruhi makna bahasa. Instruktur sebaiknya dapat memahami hal ini dan mengupayakan pelafalan dengan tepat.
- Faktor ketahanan tubuh dan penyakit Selain faktor-faktor fisik di atas, fungsi organ pun mulai berkurang, bahkan muncul beberapa penyakit. Hal ini tentu saja mengurangi ketahanan fisik maupun psikis. Dengan demikian, hal yang perlu dipertimbangkan adalah untuk tidak menjadwalkan proses belajar sampai larut malam, latihan fisik yang berlebihan dan pengaturan menu makan yang bergizi.
- Faktor-faktor Psikis
- Harapan masa depan Adanya harapan di masa depan dapat mempengaruhi semangat belajar. Semangat belajar akan muncul apabila materi yang dipelajari berkaitan dengan pengembangan karier di masa depan.
- Latar belakang sosial Lingkungan sosial peserta yang merupakan masyarakat belajar akan mempengaruhi belajar peserta. Kesempatan belajar akan dirasakan sebagai peluang berharga yang dapat meningkatkan kepercayaan diri serta statusnya di lingkungan sosialnya.
- Keluarga Latar belakang merupakan faktor yang dominan. Keluarga yang harmonis dan mendukung minat belajar akan memberikan dorongan besar untuk belajar. Keluarga dengan banyak anak dan dengan sedikit anak juga akan mempengaruhi sikap belajar.
- Daya ingat Daya ingat untuk orang yang sudah beranjak dewasa akan semakin berkurang. Orang dewasa lebih mudah memahami sesuatu tetapi mudah melupakan. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran resume dan pengulangan materi sangat membantu.
Pendekatan dan Strategi Belajar
Orang
dewasa yang melakukan proses belajar merupakan orang yang sudah
mengalami berbagai peristiwa dan pengalaman. Hal yang diperlukan dalam
belajar adalah hal-hal yang dapat menjawab berbagai permasalahan yang
dihadapi dalam kehidupannya selama ini. Oleh karena itu, Pannen dan
Malati (1994) memberikan saran untuk strategi pembelajaran orang dewasa,
yaitu :
- Memperbanyak diskusi
- Menyediakan acuan atau paling tidak memberikan informasi entang acuan yang digunakan dalam pembelajaran
- Meningkatkan partisipasi
- Menentukan rambu-rambu atau kriteria untuk mendampingi kebebasan yang diberikan pada peserta
- Menengahi perbedaan
- Mengkoordinasi dan menganalisis informasi
- Memberi ringkasan atau rangkuman
Adapun tindakan nyata bagi instruktur dalam pembelajaran orang dewasa adalah sebagai berikut :
- Mendengarkan pendapat peserta
- Turun bersama-sama peserta untuk mengetahui masalah yang dihadapi mereka
- Berdiskusi secara terbuka dengan peserta tentang masalah mereka dan bukan berbicara selaku orang yang lebih tahu terhadap orang yang tidak mengetahui atau lebih tinggi kedudukannya terhadap orang yang lebih rendah
- Menghormati peserta dengan meng”orang”kannya, yaitu dengan mengajukan pertanyaan, menaruh perhatian, membantu mereka menemukan jawaban atas pertanyaan mereka sendiri dan tidak memberikan jawaban pertanyaan secara langsung.
Menurut
Unesco tahun 1988 dalam (Kamil, tth), Sistem pembelajaran pada peserta
didik dewasa dapat diarahkan ke dalam berbagai bentuk kegiatan belajar
sesuai dengan kebutuhannya dan kebutuhan sumber serta bahan belajar,
seperti pada: kelompok diskusi, bermain peran, simulasi, pelatihan, (group discusion, team designing, role playing, simulations, skill practice sessions).
2.2.3 Epidemiologi
Undang-Undang
Nomor 57 Tahun 2009 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan
keluarga menyatakan bahwa pembangunan keluarga adalah upaya mewujudkan
keluarga berkualitas yang hidup dalam lingkungan yang sehat; dan
keluarga berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia
ideal melahirkan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai hak
reproduksi untuk mewujudkan keluarga berkualitas. Data SDKI 2012
menunjukkan tren prevalensi penggunaan kontrasepsi atau Contraception Prevalence Rate (CPR) di Indonesia sejak 1991-2012 cenderung meningkat, sementara tren angka fertilitas atau Total Fertility
rate (TFR) cenderung menurun. Tren ini menggambarkan bahwa meningkatnya
cakupan wanita usia 15-49 tahun yang melakukan KB sejalan menurunnya
angka fertilitas nasional. Bila dibandingkan dengan target RPJMN 2014,
CPR telah melampaui target (60,1 %) dengan capaian 61,9%, namun TFR
belum mencapai target (2,39) dengan angka tahun 2012 sebesar 2,6. Data
badan kependudukan dan keluarga berencana nasional (BKKBN) menunjukkan
bahwa pada tahun 2013 ada 8.500.247 PUS (pasangan usia subur) yang
merupakan peserta KB baru, dan hamper separuhnya (48,56%) menggunakan
metode kontrasepsi suntikan.
Indonesia
menghadapi berbagai persoalan kehidupan baik masalah geografis,
kependudukan, kesejahteraan, kesehatan reproduksi dan kultur masyarakat.
Kami akan mengidentifikasi masalah yang terjadi pada pasangan usia
subur. Masalah pada pasangan usia subur banyak berkaitan dengan masalah
kependudukan dan kesehatan reproduksi.
Pada
masalah kependudukan menurut Manuaba (2007) laju pertumbuhan penduduk
sekitar 1,7-1,9%, perkiraan persalinan 5.500.000/bulan, angka kematian
maternal 390/100.000 orang/tahun atau sekitar 195.000-200.000 persalinan
hidup. Pada masalah kesehatan reproduksi merupakan masalah yang
kompleks terutama terjadi pada perempuan. Kesehatan reproduksi dalam
bidang obstetri mencakup:
- Fertilitas yang tidak terkendali
- Jumlah anak lebih banyak
- Jarak hamil terlalu pendek
- Hamil pada umur terlalu tua
- Kehamilan pada remaja
- Pemeriksaan antenatal care yang kurang
- Komplikasi kehamilan, persalinan, post partum dan kala nifas serta laktasi yang memerlukan perhatian serius.
- Penyakit yang menyertai kehamilan
- Komplikasi saat persalinan
Selain
itu menurut Muniroh (2013) mengemukakan bahwa masalah kependudukan di
Indonesia yaitu meningkatnya laju pertumbuhan penduduk dikaitkan dengan
kualitas pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi. Metode
kontrasepsi merupakan pilihan yang dapat mensukseskan program KB. Metode
kontrasepsi mantap salah satunya MOW (Medis Operatif Wanita) masih
cenderung rendah dibandingkan dengan kontrasepsi lainnya. Di wilayah
Kabupaten Jember tahun 2012 ada peserta KB sebanyak 96.340 peserta dan
peserta MOW sebanyak 943 peserta.
Berdasarkan
data dari SDKI (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia) (2012) dalam
Pusat Data & Informasi (2013) menyatakan bahwa unmet need pada tahun 2012 masih tinggi yaitu 8,5%, hanya turun 0,6% dalam 5 tahun terakhir sedangkan target RPJMN 2014 sebesar 6,5%. Unmet Need
merupakan proporsi wanita subur yang menikah atau hidup bersama
(seksual aktif)yang tidak ingin punya anak lagi atau ingin menjarangkan
kehamilan, tetapi tidak menggunakan alat atau cara kontraasepsi.
2.2.4 Masalah Kesehatan pada Pasangan Usia Subur
Masalah
yang banyak terjadi pada pasangan usia subur. Pasangan usia subur
termasuk pada tahap perkembangan keluarga baru menikah hingga memiliki
anak terakhir. Pada tahap keluarga baru menikah memiliki tiga tugas
perkembangan keluarga yaitu membentuk pernikahan yang memuaskan bagi
satu sama lain, mampu berhubungan secara harmonis dengan sanak saudara
dan perencanaan keluarga (keputusan untuk menjadi orang tua).
Menurut
Goldenberg, 2000 & Heinrich, 1996 dalam Friedman (2003) menyatakan
bahwa banyak pasangan yang mengalami masalah dalam penyesuaian seksual.
Sering kali karena pengabaian dan kesalahan informasi yang menyebabkan
pengharapan tidak realistik dan kekecewaan. Selain itu, banyak pasangan
yang membawa kebutuhan dan hasrat mereka yang tidak terselesaikan ke
dalam hubungan, hal ini akan memberi pengaruh buruk dalam hubungan
seksual.
Pada
tugas perkembangan kedua, pasangan yang baru menikah akan menghadapi
tugas perpisahan diri mereka dari keluarga masing-masing, membentuk
keluarga yang baru dan menjalani hubungan yang berbeda dari orang tua
sebelumnya karena harus mampu beradaptasi dengan mertua dan saudara
baru.
Sedangkan
pada tugas perkembangan ketiga, pasangan yang baru menikah ingin
memiliki atau tidak memiliki anak dan menetapkan waktu kehamilan
merupakan keputusan yang penting.
Berdasarkan
ketiga tugas perkembangan pada keluarga baru menikah di atas, yang
menjadi perhatian pelayanan kesehatan adalah penyuluhan, konseling dan
komunikasi mengenai penyesuaian peran seksual dan pernikahan, keluarga
berencana serta kesiapan menjadi orang tua. Apabila kurang mendapat
informasi maka akan timbul berbagai masalah seksual, emosional, ketakutan, perasaan bersalah, kehamilan yang tidak direncanakan, dan penyakit kelamin.
Pada tahap keluarga kedua Childbearing
yaitu keluarga pada tahap melahirkan anak pertama hingga anak tertua
usia 30 bulan. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini yaitu:
- Membentuk keluarga muda sebagai unit yang stabil yaitu menggabungkan bayi baru lahir ke dalam keluarga
- Memperbaiki hubungan setelah terjadi konflik mengenai tugas perkembangan dan kebutuhan setiap anggota keluarga karena pada situasi ini suami, istri dan anak harus mempelajari peran barunya sementara unit keluarga inti mengalami pengembangan fungsi dan tanggung jawabnya.
- Mempertahankan hubungan pernikahan yang memuaskan
- Memperluas hubungan dengan keluarga besar menambah peran menjadi kakek dan nenek.
Pada
tahap ini pola komunikasi sangat penting karena banyak perubahan dan
proses adaptasi yang harus dilalui baik dari istri, suami, anak dan
anggota keluarga lain. Peran menjadi orang tua harus benar-benar
dipersiapkan.
Perhatian yang diberikan oleh pelayanan kesehatan terhadap keluarga dengan tahap perkembangan ini yaitu:
- Persiapan istri untuk pengalaman melahirkan
- Transisi menjadi orang tua
- Perawatan bayi
- Perawatan bayi yang sehat
- Mengenali secara dini dan menangani masalah-masalah kesehatan fisik anak secara tepat
- Kebutuhan imunisasi anak
- Pertumbuhan dan perkembangan yang normal
- Keluarga berencana agar tidak terjadi kehamilan jarak dekat dengan kehamilan sebelumnya
- Interaksi keluarga
- Praktik kesehatan yang baik misalnya pola tidur, pola nutrisi seimbang, dan olahraga
Tahap
keluarga ketiga yaitu keluarga dengan anak prasekolah dimulai usia anak
pertama 2,5 tahun sampai 5 tahun. Pada tahap ini jumlah anggota
keluarga bisa 3-5 orang karena sudah ada saudara baru. Kehidupan
keluarga pada tahap ini menjadi sangat sibuk. Pasangan usia subur harus
mampu mempertahankan pernikahan tetap hidup dengan baik. Pasangan usia
subur pada tahap ini akan sibuk dengan pekerjaan, sibuk dengan tahap dan
perkembangan anak. Berikut beberapa tugas perkembangan keluarga pada
tahap ketiga yaitu:
- Memenuhi kebutuhan anggota keluarga akan rumah, ruang, privasi, dan keamanan yang memadai
- Mensosialisasikan anak
- Mengintegrasikan anak kecil sebagai anggota keluarga baru, sementara tetap memenuhi kebutuhan anak lain
- Mempertahankan hubungan yang sehat di dalam keluarga termasuk hubungan pernikahan, hubungan orang tua dengan anak dan hubungan keluarga dengan keluarga besar serta komunitas
Perhatian pelayanan kesehatan terhadap perkembangan keluarga pada tahap ini yaitu:
- Akan banyak masalah penyakit menular pada anak, cedera akibat jatuh, luka bakar, keracunan dan cedera lain yang terjadi.
- Hubungan psikososial keluarga termasuk hubungan pernikahan
- Hubungan sibling
- Keluarga berencana
- Kebutuhan dalam pertumbuhan dan perkembangan
- Isu-isu tentang hal menjadi orang tua
- Informasi terkait penganiayaan dan pengabaian anak
2.2.5 Peran Perawat Komunitas dalam Promosi Kesehatan
Perawat
mempunyai dua peran dalam kesehatan komunitas, yaitu sebagai pendidik
dan penyuluh kesehatan serta sebagai pelaksana keperawatan kepada
individu, keluarga, kelompok, dan masyarat yang merupakan bagian dari
promosi kesehatan. Diharapkan dengan peran perawat tersebut, visi
promosi kesehatan dapat tercapai.
Peran perawat sebagai pendidik atau penyuluh kesehatan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
- Mengkaji kebutuhan klien untuk menentukan kegiatan yang akan dilakukan dalam penyuluhan katau pendidikan kesehatan. Dari hasil pengkajian diharapkan dapat diketahui tingkat pengetahuan klien, informasi apa yang diperlukan klien, dan apa yang ingin diketahui dari klien.
- Meningkatkan dan memelihara kesehatan klien melalui penyuluhan atau pendidikan kesehatan.
- Melaksanakan penyuluhan atau pendidikan kesehatan untuk pemulihan kesehatan antara lain tentang pengobatan, higiene, perawatan, serta gejala dan tanda-tanda bahaya.
- Menyusun program penyuluhan atau pendidikan kesehatan baik untuk topik sehat ataupun sakit seperti nutrisi, latian, penyakit, dan pengelola penyakit.
- Mengajarkan kepada klien informasi tentang tahap perkembangan.
- Membantu klien untuk memilih sumber informasi kesehatan dari buku-buku, koran, TV, teman, dan lainnya.
Peran perawat sebagai pelaksana konseling keperawatan antara lain:
- Memberikan informasi, mendengarkan secara objektif, memberikan dukungan, memberikan asuhan, dan menjaga kepercayaan yang diberikan klien
- Membantu klien untuk mengidentifikasi masalah serta faktor-faktor yang memengaruhi.
- Memberikan petunjuk kepada klien untuk mencari pendekatan pemecahan masalah dan memilih cara pemecahan masalah yang tepat.
- Membantu klien menentukan pemecahan masalah yang dapat dilakukan
Lampiran 2
Satuan Acara Penyuluhan
Sasaran :Kelompok Pasangan Usia Subur di Puskesmas X
Hari/Tanggal : Kamis/10 Desember 2015
Tempat : Puskesmas X
Pelaksana : Mahasiswa Keperawatan
Waktu : Pukul 08.00 – 10.00 WIB
- Tujuan Instruksional Umum
Setelah
mendapat promosi kesehatan selama 45 menit, Kelompok Pasangan Usia
Subur di Puskesmas X dapat menambah pengetahuan tentang
keluarga berencana (KB).
- Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mendapat promosi kesehatan,Kelompok Pasangan Usia Subur dapat :
- Mengetahui definisi keluarga berencana(KB)
- Mengetahui jenis-jeniskeluarga berencana(KB)
- Mengetahui cara kerjadan efektifitas dari jenis keluarga berencana(KB)
- Materi
- Konsep pemahaman keluarga berencana (KB)
- Konsep pilihan jenis alat kontrasepsi
- Konsep cara kerja dan efektifitas dari jenis alat kontrasepsi
- Metode
- Buzz Group
- Media
- LCD
- Microfon
- Leaflet
- Kertas
- Bolpoin
- Setting Tempat
- Pelaksanaan
No
|
Waktu
|
Kegiatan Promosi Kesehatan
|
Kegiatan Peserta
|
1
| 15 Menit | Pembukaan: (Fasilitator)
|
|
2
| 20 Menit | Pelaksanaan : (Fasilitator) Mengkaji pengetahuan kelompok pasangan subur dan membuka persepsi kelompok mengenai pentingnya kontrasepsi. |
|
3
| 30 menit | Diskusi:
: jenis-jenis kontrasepsi alami, cara penggunaan, dan kelebihan&kekurangan Kelompok 2 : jenis-jenis kontrasepsi tidak permanen, cara penggunaan, dan kelebihan&kekurangan
|
|
4
| 15 Menit | Evaluasi :
|
|
5
| 10 Menit | Terminasi :(Fasilitator dibantu moderator)
|
|
- Evaluasi
- Kriteria struktur
- Kontrak waktu dan tempat diberikan pada hari sebelum acara dilakukan
- Pembuatan SAP, leaflet, dilakukan maksimal 1 hari sebelumnya
- Peserta di tempat yang telah ditentukan
- Pengorganisasian penyelenggaraan promosi kesehatan dilakukan sebelum dan saat promosi kesehatan dilaksanakan.
- Kriteria proses
- Peserta antusias dan aktif dalam berdiskusi
- Pelaksanaan kegiatan sesuai SAP
- Pengorganisasian berjalan sesuai dengan job description
- Kriteria hasil
- Peserta dapat mengikuti acara dari awal sampai selesai
- Acara dimulai tepat waktu
- Peserta mengikuti kegiatan sesuai dengan aturan yang telah dijelaskan
MATERI PENYULUHAN
Macam-macam Metoda Kontrasepsi
- Kontrasepsi Sederhana
- Kondom
Kondom
merupakan selubung/sarung karet tipis yang dipasang pada penis sebagai
tempat penampungan sperma yang dikeluarkan pria pada saat senggama
sehingga tidak tercurah pada vagina. Kelebihan dari kondom ini adalah
mudah untuk digunakan. Sedang kekurangannya ia mempunyai efektifitas
rendah (3-21 kehamilan per 100 perempuan).
- Coitus Interuptus
Coitus
interuptus (senggama terputus) adalah menghentikan senggama dengan
mencabut penis dari vagina pada saat suami menjelang ejakulasi.
Kelebihan dari cara ini adalah tidak memerlukan alat/obat sehingga
relatif sehat untuk digunakan wanita dibandingkan dengan metode
kontrasepsi lain, sedang kekurangannya adalah risiko kegagalan dari
metode ini cukup tinggi.
- KB Alami
KB
alami berdasarkan pada siklus masa subur dan tidak masa subur, dasar
utamanya yaitu saat terjadinya ovulasi. Untuk menentukan saat ovulasi
ada 3 cara, yaitu : metode kalender, suhu basal, dan metode lendir
serviks. Pada metode KB alami ini kelebihannya adalah tidak memerlukan
alat. Sedang kekurangannya adalah cara ini sukar dilaksanakan dan
membutuhkan waktu lama untuk ‘puasa’ serta isteri harus terampil dalam
menghitung siklus haidnya setiap bulan.
- Diafragma
Diafragma
merupakan suatu alat yang berfungsi untuk mencegah sperma mencapai
serviks sehingga sperma tidak memperoleh akses ke saluran alat
reproduksi bagian atas (uterus dan tuba fallopi). Kekurangan dari metode
ini adalah biasanya terdapat keluhan rasa panas pada vagina dan terlalu
banyak cairan.
- Spermicida
Spermicida
adalah suatu zat atau bahan kimia yang dapat mematikan dan menghentikan
gerak atau melumpuhkan spermatozoa di dalam vagina, sehingga tidak
dapat membuahi sel telur. Spermicida dapat berbentuk tablet vagina, krim
dan jelly, aerosol (busa/foam), atau tisu KB. Cukup efektif apabila
dipakai dengan kontrasepsi lain seperti kondom dan diafragma.
Kekurangannya sama seperti diafragma yakni biasanya terdapat keluhan
rasa panas pada vagina dan terlalu banyak cairan.
- Kontrasepsi Hormonal
- Pil KB
Suatu
cara kontrasepsi untuk wanita yang berbentuk pil atau tablet yang
berisi gabungan hormon estrogen dan progesteron (Pil Kombinasi) atau
hanya terdiri dari hormon progesteron saja (Mini Pil). Kelebihan dari
penggunaan pil ini adalah ia mempunyai efektifitas yang cukup tinggi
apabila digunakan secara teratur setiap hari. Sedang kekurangannya ia
mempunyai beberapa efek samping diantaranya mual, perdarahan bercak,
menekan produksi ASI hingga meningkatkan tekanan darah.
- Suntik KB
Suntik
KB ada dua jenis yaitu, suntik KB 1 bulan (cyclofem) dan suntik KB 3
bulan (DMPA). Cara kerjanya sama dengan pil KB. Efek sampingnya dapat
terjadi gangguan haid, depresi, keputihan, jerawat, perubahan berat
badan, pemakaian jangka panjang bisa terjadi penurunan libido, dan
densitas tulang. Sedang kelebihannya, metode ini mempunyai efektifitas
tinggi dan hanya diberikan sekali dalam sebulan ataupun tiga bulan
sekali.
- Implant
Implant
adalah alat kontrasepsi yang disusupkan dibawah kulit, biasanya
dilengan atas. Keuntungan dari metode implant ini antara lain tahan
sampai 5 tahun, kesuburan akan kembali segera setelah pengangkatan,
efektifitasnya sangat tinggi, tidak terpengaruh faktor lupa dan tidak
mengganggu ASI. Sedang kelemahannya, ia mempunyai efek samping berupa
spotting (menstruasi tidak teratur) atau berat badan bertambah.
- Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) / IUD
AKDR
adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan kedalam rahim yang bentuknya
bermacam-macam, terdiri dari plastik (polyethyline), ada yang dililit
tembaga (Cu), dililit tembaga bercampur perak (Ag) dan ada pula yang
batangnya hanya berisi hormon progesteron. Keuntungan dari IUD ini
antara lain: efektifitasnya tinggi, dapat efektif segera setelah
pemasangan, metode jangka panjang (bertahan lama) dan tidak ada
interaksi dengan obat- obatan. Sedang kelemahannya diantaranya: setelah
pemasangan dapat terjadi kram dalam beberapa hari, terjadi perubahan
siklus dan lama serta volume darah haid serta akan timbul nyeri saat
haid.
- Metoda Kontrasepsi Mantap (Kontap)
- Tubektomi
Suatu
kontrasepsi permanen untuk mencegah keluarnya ovum dengan cara mengikat
atau memotong pada kedua saluran tuba fallopi (pembawa sel telur ke
rahim). Kelebihannya efektifitasnya mencapai 99%, akan tetapi
kerugiannya klien akan tidak dapat hamil selamanya.
- Vasektomi
Vasektomi
merupakan operasi kecil yang dilakukan untuk menghalangi keluarnya
sperma dengan cara mengikat dan memotong saluran mani (vas defferent)
sehingga sel sperma tidak keluar pada saat senggama, efektifitasnya 99%.
Sedang kelemahannya, sterilisasinya tidak bersifat segera karena
pengeluaran sperma secara total membutuhkan waktu 3 bulan atau 20 kali
ejakulasi sehingga selama masa ini perlu digunakan metode kontrasepsi
lain (Suratun, 2008)
DAFTAR PUSTAKA
www.BKKBN.go.id., diakses pada tanggal 30 November 2015
Effendy, Ferry dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Efendi, Ferry & Makhfudli. 2013. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Friedman, M. M. (2003). Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori, & Praktik, Ed.5. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Kamil, M. (tth). Andragogi. Direktori File UPI
Kementerian Kesehatan RI Pusat Data dan Informasi. 2014. Situasi dan Analisis Keluarga Berencanaa. Jakarta Selatan
Manuaba, I. B. (2007). Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Muniroh, I. D. (2013). Dukungan Sosial Suami terhadap Istri untuk Menggunakan Alat Kontrasaepsi Medis Opereatif Wanita (MOW). Jember: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember.
Najamuddin. (tth). Konsep Pembelajaran Orang Dewasa. Sumatera Utara: Kementerian Agama.
Pusat Data & Informasi, K. K. (2013). Buletin: Jendela Informasi Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Rosita. 2011. Pemahaman Perilaku Dan Strategi Pembelajaran Bagi Orang Dewasa. Yogyakarta: UNY
Sastra, Senjakala. 2011. Diskusi Kelompok Kecil (Buzz Group). Malang. Diakses melalui http://ningilun.blogspot.in/2011/03/diskusi-kelompok-kecil-buzz-group.html?m=1 pada 08 Desember 2015
www.bps.go.id, diakses pada tanggal 2 Desember 2015.
0 comments:
Post a Comment
Mari kita budayakan berkomentar yang baik dan santun ya sobat.