السَّلاَÙ…ُ عَÙ„َÙŠْÙƒُÙ…ْ ÙˆَرَØ­ْÙ…َØ©ُ اللهِ ÙˆَبَرَÙƒَاتُÙ‡ُ ...... Selamat datang di BLOG RIO CRISTIANTO. Dukung Blog ini dengan like fanspage "Rio Cristianto". Thank you, Happy Learning... ^_^

Sunday 3 January 2016

Promosi Kesehatan pada Orang Dewasa dengan Metode Brainstorming

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep dewasa
2.1.1 Definisi Dewasa
Istilah dewasa mempunyai pengertian yang banyak. Menurut Knowles (1979), orang dewasa tidak hanya dilihat dari segi biologis semata, tetapi juga dari segi sosial, dan psikologis. Dari segi biologis, seseorang dikatakan telah dewasa apabila ia telah mampu melakukan reproduksi. Secara sosial seseorang disebut dewasa apabila ia mampu melakukan peran-peran sosial yang biasanya diperankan kepada orang dewasa. Secara psikologis, seseorang dikatakan dewasa apabila ia telah memiliki tanggung jawab terhadap kehidupan dan keputusan yang diambil. Dengan demikian orang dewasa diartikan orang yang telah memiliki kematangan fungsi-fungsi biologis, sosial, dan psikologis dalam segi-segi pertimbangan, tanggung jawab, dan peran dalam kehidupan (Sungkono, 2012).

Ditinjau dari segi umur, bahwa yang disebut dewasa itu dimulai sejak menginjak usia 21 tahun (meskipun belum menikah) atau sejak seseorang menikah (meskipun belum berusia 21 tahun). Lebih lanjut Havighust membagi masa dewasa menjadi tiga fase, yaitu masa dewasa awal 18 – 30 tahun, masa dewasa pertengahan 30 – 55 tahun, dan masa dewasa akhir 55 tahun lebih (Armin, 2002).
Proses belajar pada orang dewasa dikenal dengan istilah andragogi.  Andragogi berasal dari bahasa Yunani aner artinya orang dewasa, dan agogus artinya memimpin. Istilah lain yang kerap kali dipakai sebagai perbandingan adalah pedagogi yang ditarik dari kata paid artinya anak dan agogus artinya memimpin. Sementara itu, menurut Kartono, 1997 bahwa androgogi adalah ilmu membentuk manusia; yaitu membentuk kepribadian seutuhnya, agar ia mampu mandiri di tengah lingkungan sosialnya (Armin, 2002).

2.1.2 Batasan Dewasa
  1. Batasan Dewasa
Menurut Hurlock (1968) masa dewasa dibagi menjadi 3 periode, yaitu:
  1. Masa Dewasa Awal
Masa dewasa awal atau Early Adulthood adalah seseorang yang berusia antara 18 atau 20 tahun sampai 40 tahun.

Secara biologis merupakan masa puncak perumbuhan fisik yang prima dan usia tersehat dari populasi manusia secara keseluruhan (healthiest people in population) karena didukung oleh kebiasaan-kebiasaan positif (pola hidup sehat).

Secara psikologis, cukup banyak yang kurang mampu mencapai kematangan akibat banyaknya masalah dihadapi dan tidak mampu diatasi baik sebelum maupun setelah menikah, misalnya: mencari pekerjaan, jodoh, belum siap menikah, masalah anak, keharmonisan keluarga, dll.

Tugas-tugas perkembangan (development task) pada usia ini meliputi: pengamalan ajaran agama, memasuki dunia kerja, memilih pasangan hidup, memasuki pernikahan, belajar hidup berkeluarga, merawat dan mendidik anak, mengelola rumah tanggga, memperoleh karier yang baik, berperan dalam masyarakat, mencari kelompok sosial yang menyenangkan.

  1. Masa Dewasa Madya/Setengah Baya
Masa Dewasa Madya/Setengah Baya atau Midle Age adalah seseorang yang berusia antara 40 - 60 tahun. Aspek fisik sudah mulai agak melemah, termasuk fungsi-fungsi alat indra, dan mengalami sakit dengan penyakit tertentu yang belum pernah dialami (rematik, asam urat, dll).

Tugas-tugas perkembangan meliputi: memantapkan pengamalan ajaran agama, mencapai tanggung jawab sosial sebagai warga negara, membantu anak remaja belajar dewasa, menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan pada aspek fisik, mencapai dan mempertahankan prestasi karier, memantapkan peran-perannya sebagai orang dewasa.

  1. Masa Dewasa Lanjut/Masa Tua
Masa Dewasa Lanjut/Masa Tua atau Old Age adalah seseorang yang berusia 60 tahun hingga akhir kehidupannya atau sampai mati. Ditandai dengan semakin melemahnya kemampuan fisik dan psikis (pendengaran, penglihatan, daya ingat, cara berpikir dan interaksi sosial).

Tugas-tugas perkembangan meliputi : Lebih memantapkan diri dalam pengamalan ajaran-ajaran agama. Mampu menyesuaikan diri dengan: menurunnya kemampuan fisik dan kesehatan, masa pensiun, berkurangnya penghasilan dan kematian pasangan hidup. Membentuk hubungan dengan orang seusia dan memantapkan hubungan dengan anggota keluarga.

Faktor-faktor penyebab kegagalan melaksanakan tugas perkembangan, yaitu :
  1. Tidak adanya bimbingan untuk memahami dan menguasai tugas,
  2. Tidak ada motivasi menuju kedewasaan.
  3. Kesehatan yang buruk,
  4. Cacat tubuh,
  5. Tingkat kecerdasan rendah.
Perilaku menyimpang (maladjustment) akibat tidak mampu menyelesaikan tugas-tugas perkembangan (terutama aspek agama) adalah : berzina, konsumsi miras dan naza, menelantarkan keluarga, sering ke hiburan malam, biang keladi kerusuhan (preman / provokator), melecehkan norma dalam masyarakat.

Dari uraian diatas, salah satu tugas perkembangan masa dewasa adalah pemantapan kesadaran beragama. Terdapat asumsi bahwa semakin bertambah usia seseorang maka semakin mantap kesadaran beragamanya. Namun kenyataannya, tidak sedikit orang dewasa dengan perilaku yang bertentangan dengan nilai agama. Faktor-faktor yang mempengaruhi perjalanan kehidupan beragama seseorang adalah karena keragaman-keragaman :
  1. Pendidikan agama semasa kecil (menerima, tidak menerima),
  2. Pengalaman menerapkan nilai-nilai agama (intensif, jarang, tidak pernah)
  3. Corak pergaulan dengan teman kerja (taat beragama, melecehkan)
  4. Sikap terhadap permasalahan hidup yang dihadapi (sabar, frustasi, depresi)
  5. Orientasi hidup (materialistis-hedonis, moralis-agamis).

2. Perubahan  Fisik, mental, Psikososial dan kognitif pada Dewasa
  1. Perkembangan Dewasa Awal
Terdapat beberapa perkembangan dalam diri dewasa awal (young adulthood) yang perlu diperhatikan yaitu perkembangan fisik, kognitif dan psikososial (Papalia, Olds & Feldman, 2007).
  1. Perkembangan fisik
 Kebanyakan orang dewasa awal berada di puncak kesehatan, kekuatan, energi dan daya tahan, serta di puncak fungsi sensori dan motorik. Kesehatan pada sebagian orang dipengaruhi oleh faktor perilaku, namun dapat juga dipengaruhi oleh faktor gen. Kesehatan yang dipengaruhi oleh faktor periaku seperti aktifitas fisik, perilaku merokok, penggunaan alkohol dan obat obatan terlarang, diet atau mengontrol berat badan akan berpengaruh besar terhadap kesehatan sekarang dan masa yang akan datang. Kesehatan yang dipengaruhi oleh faktor gen seperti psoriarsis, diabetes, anemia sicklecell ( sel darah merah yang berbentuk bulan sabit), dll. Pada masa dewasa awal ini terdapat pula tiga masalah penting yang berkaitan dengan masalah reproduksi, seperti:
  1. Premenstrual syndrome
Gangguan yang menyebabkan ketidaknyamanan fisik dan ketegangan emosi selama 2 minggu sebelum menstruasi, seperti lelah, sakit kepala, keram, bertambahnya berat badan, cemas, dan lain lain.
  1. Sexually transmitted disease / penyakit menular sexual
Hal ini bisa disebabkan oleh seks bebas
  1. Infertilitas
Ketidakmampuan untuk menghasilkan anak setelah 12-18 bulan berusaha melakukan hubungan seksual secara rutin. Pada pria, umumya infertelitas disebabkan oleh produksi sperma pria yang terlalu sedikit. Sedangkan pada wanita disebabkan oleh kegagalan untuk menghasilkan sel telur atau sel telu yang normal, adanya lender di leher Rahim yang menghalangi sperma untuk penetrasi atau endometriosis (penyakit dalam kandungan yang menyebabkan terhalangnya implantasi telur).

Sedangkan menurut Santrock (dalam Lim, 2011) aspek-aspek perkembangan fisik meliputi beberapa hal yaitu:
  1. Kekuatan dan Energi
Selepas dari bangku pendidikan tinggi, seorang dewasa awal berusaha menyalurkan seluruh potensinya untuk mengembangkan diri melalui jalur karier. Kehidupan karier, seringkali menyita perhatian dan energi bagi seorang individu. Hal ini karena mereka sedang rnerintis dan membangun kehidupan ekonomi agar benar-benar mandiri dari orang tua. Selain itu, mereka yang menikah harus rnemikirkan kehidupan ekonomi keluarga.
  1. Ketekunan
Untuk dapat mencapai kemapanan ekonomi (economically es­tablished), seseorang harus memiliki kemauan kerja keras yang disertai ketekunan.
  1. Motivasi
Motivasi adalah dorongan yang berasal dari kesadaran diri sendiri untuk dapat meraih keberhasilan dalam suatu pekerjaan.
  1. Perkembangan Kognitif
Pada perkembangan kognitif, meskipun Piaget (dalam Papalia, Olds & Feldman, 2007) menyatakan bahwa dewasa muda berada pada tahap berpikir formal operational sebagai tahapan yang terakhir, namun beberapa ilmuwan menyatakan bahwa perkembangan kognitif terus berlanjut diluar tahapan tersebut. Beberapa teori yang menyempurnakan pandangan Piaget adalah:
  1. Reflective thinking
Merupakan jenis berfikir logis yang sering terjadi pada masa dewasa, dimana terjadi proses informasi dan keyakinan yang berkelanjutan, evaluasi aktif berdasarkan bukti dan implikasi. Hal ini pertama kali dikemukakan oleh John Dewey.
  1. Postformal thought
Merupakan tahap kognisi orang dewasa yang tertinggi, ditandai dengan kemampuan untuk menghadapi ketidakpastian, tidak konsistensi, kontradiksi, ketidaksempurnaan, dan kompromi. Beberapa kriteria postformal thought adalah :
  1. Shifting gears
Mampu mengalihkan antara penalaran abstrak dan praktis.
  1. Problem definition
Mampu mendefinisikan masalah.
  1. Process product shift
Mampu menyelesaikan masalah baik melalui proses umum lewat permaslahannya yang hamper sama maupun melalui solusi kongkrit.
  1. Pragmatism
Mampu memilih yang terbaik dari antar solusi logis.
  1. Multiple solutions
Kesadaran bahwa masalah memiliki lebih dari satu penyebab.
  1. Awareness of paradox
Mengenali bahwa masalah atau solusi merupakan konflik yang tidak tuntas.
  1. Self refrential thought
Kesadaran untuk melakukan penilaian terhadap solusi mana yang logis. Dapat dikatakan orang tersebut menggunakan postformal thought.

Pada dewasa awal, perkembangan kognitif juga dapat dilihat dari perkembangan emosi mereka. Peter Salovey & John Mayer (dalam Papalia, Olds & Feldman, 2007) menciptakan istilah emotional intelligence (EI), yaitu kemampuan untuk memahami dan mengatur emosi. Menurut Golemen (dalam Papalia, Olds & Feldman, 2007) terdapat kompetensi EI pada dewasa awal, yaitu:
  1. Self awereness
Emotional self awereness, penilaian diri yang akurat dan percaya diri.
  1. Self management
Kontrol diri, kepercayaan, kesungguhan, adaptasi, dorongan mencapai hasil, dan inisiatif.
  1. Social awereness
Empati, orientasi pelayanan, dan kesadaran organisasi
  1. Relationship management
Membangun orang lain, menggunakan pengaruh, komunikasi, manajemen konflik, kepemimpinan, menjadi katalisator perubahan, membangun ikatan dan kerja sama, serta kolaborasi.

Sedangkan menurut santrock (dalam Lim, 2011) dengan mempunyai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang matang yang didapat selama belajar di universitas, seorang dewasa awal akan mampu memecahkan masalah secara sistematis dan mampu mengembangkan daya inisiatif kreatimya sehingga ia akan memperoleh pengalaman-pengalaman baru dalam dunia pekerjaan yang akan mematangkan kualitas mentalnya.

  1. Teori Perkembangan Mental Menurut Turner dan Helms
Turner dan Helms (dalam Lim 2011) mengemukakan bahwa ada dua dimensi perkembangan mental, yaitu:
  1. Dimensi perkembangan mental kualitatif (quali­tative mental dimension)
Menurut Turner dan Helms (1995), dewasa muda bukan hanya mencapai taraf operasi formal, melainkan telah memasuki penalaran postformal (post-formal reasoning). Kemampuan ini ditandai dengan pemikiran yang bersifat dialektikal (dialectical thought), yaitu kemampuan untuk me­mahami, menganalisis dan mencari titik temu dari ide-ide, gagasan-gagasan, teori-teori, pendapat-pendapat dan pemikiran-pemikiran yang saling kontradiktif (bertentangan) sehingga individu mampu menyintesiskan dalam pemikiran yang baru dan kreatif. Senada dengan beliau, Gisela Labouvie-Vief (dalam Turner dan Helms, 1995) menyatakan operasi formal lebih tepat untuk remaja, sedangkan dewasa muda mampu memahami masalah-masalan secara logis dan mampu mencari inti sari dari hal-hal yang bersifat paradoksal sehingga diperoleh pemikiran baru.
  1. Dimensi perkembangan men­tal kuantitatif (quantitative mental dimensions)
Menurut Turner dan Helms (dalam Lim,2011) untuk mengetahui kemampuan mental secara kuantitatif diperlukan suatu pengukuran yang menggunakan skala angka secara eksak atau pasti. Dalam suatu penelitian longitudinal yang dilakukan sekitar tahun 1930 dan 1940, ditemukan bahwa taraf inteligensi cenderung menurun. Latar belakang proses penurunan ini dikarenakan perbedaan faktor pendidikan ataupun status sosial ekonomi (status of econo-sociafy. Individu yang memiliki latar belakang pendidikan ataupun status sosio-ekonomi rendah karena jarang memperoleh tantangan tugas yang mengasah kemampuan kecerdasan sehingga cenderung menurun ke­mampuan intelektualnya secara kuantitatif. Sebaliknya, individu yang memiliki taraf pendidikan ataupun status sosio-ekonomi yang mapan, berarti ketika bekerja banyak menuntut aspek pemikiran intelektual sehingga intelektualnya terasah. Dengan demikian, kemampuan kecerdasannya makin baik.Sementara itu, para ahli (seperti Baltes dan Baltes, Baltes dan Schaie, Willis dan Balte), menyimpulkan ada beberapa tipe intelektual, yaitu:
  1. Inteligensi kristal (cristalized intelligence)
Fungsi keterampilan mental yang dapat dipergunakan individu itu, dipengaruhi berbagai pengalaman yang diperoleh melalui proses belajar dalam dunia pendidikan.
  1. Fleksibilitas kognitif (cognitive flexibility]
Kemampuan individu me­masuki dan menyesuaikan diri dari pemikiran yang satu ke pemikiran yang lain.
  1. Fleksibilitas visuo-motor (visuomotor flex­ibility]
Kemampuan untuk menghadapi suatu masalah dari yang mudah ke hal yang lebih sulit, yang memerlukan aspek kemampuan visual/motorik (penglihatan,pengamatan, dan keterampilan tangan).
  1. Visualisasi (visualization)
Kemampuan individu untuk melakukan proses visual. Misalnya, bagaimana individu memahami gambar-gambar yang sederhana sampai yang lebih kompleks.

  1. Perkembangan Psikososial
Dibagi menjadi 4 pendekatan klasik :
  1. Normative – stage models
Menurut pendekatan ini, orang dewasa awal mengikuti dasar rangkaian yang sama dengan perubahan psikososial berdasarkan usia. Perubahan hal yang normative, yang umum terjadi pada semua orang. Menurut Erickson ( dalam Papalia, Olds & Feldman, 2007), dewasa awal masuk dalam tahap keenam perkembangan psikososial, yaitu intimacy vs isolation. Intimacy adalah kemampuan mengembangkan indetitas dirinya untuk siap memadukannya dengan identitas orang lain tanpa takut kehilangan identitas dirinya sendiri.

Jika orang dewasa awal tidak dapat membuat komitmen yang dalam dengan orang lain, maka ia terisolasi dan asyik dengan diri sendiri. resolusi dari tahap ini menghasilkan love, pada saat itu orang dewasa muda akan menjalin hubungan serius dengan pasangannya dan menikah, memiliki anak dan membantu anak anak mencapai perkembangan kesehatan mereka sendiri.

Levinson (dalam Papalia, Olds, & Feldman, 2007) melalui wawancara mendalam dan tes kepribadian terhadap pria berusia 35 sampai 45 tahun, membentuk teori perkembangan kepribdian yang berdasar pada life structure. Life structure adalah pola kehidupan seorang pada waktu tertentu, yang dibangun diatas aspek apapun dalam hidup yang dianggap paling penting, dimana masing masiing dibagi kedalam tahap masuk dan memuncak. Setiap fase memiliki tugasnya masing masing yang pencapaiannya akan menjadi dasar untuk life structure yang akan datang. Oleh karena itu tugas perkembangan yang harus dilewati oleh dewasa muda adalah tantangan yang perlu dicapai agar dapat beradaptasi pada setiap tahap kehidupan.

Pada studi longitudinal yang dilakukan oleh Levinson (dalam Papaplia, Olds, & Feldman, 2007), ditemukan bukti dari perubahan kepribadian normative pada dewasa awal. Satu perubahan tersebut di dewasa awal adalah meningkatnya dan kemudian penurunan sifat yang terkait dengan feminitas ( simpati dan kasih saying di kombinasikan dengan rasa kerentanan, kritik diri, dan kurang percaya diri serta inisiatif). Antara umur 27 dan 43 tahun, para wanita lebih mengembangkan disiplin diri dan komitmen, kemandirian, kepercayaan diri, dan keterampilan coping.
  1. Timing of events model
Menurut pendekatan ini,perkembangan tergantung peristiwa tertentu yang dialami seseorang. Orang biasanya sadar dengan waktunya masing masing dan social clock. Social clock adalah seperangkat norma budaya atau harapan terhadap peristiwa penting tertentu yang seharusnya terjadi, misalnya: menikah, bekerja, pension dan lain lain. Bila peristiwa kehidupan muncul tepat waktu maka perkembangannya berjalan lancer. Namun jika tidak, maka orang dewasa awal akan mengalami stress. Stress dapat muncul akibat peristiwa yang tidak diharapkan seperti : dipecat, menjadi janda pada usia dewasa awal,dll.
  1. Trait model
Trait models menekankan pada stabilitas atau perubahan pada trait kepriibadian. Costa dan McCrae (dalam Papalia, Olds & Feldman, 2007) mengembangkan five factor model dalam menjelaskan perubahan trait kepribadian yaitu :
  1. Neuroticism
Cemas, kasar, depresi, impulsive, keasadaran diri, mudah diserang
  1. Extraversion
Mencari kesenangan, asertif, aktif, hangat, emosi, positif, senang berkumpul.
  1. Agreeableness
Mementingkan orang lain, kerelaan, sabar, percaya, sederhana, berterus terang.
  1. Conscientiousness
Pencapaian prestasi, pertimabangan kompeten disiplin diri, perintah, memenuhi tugas
  1. Openness to Experience
Fantasi, estetika, perasaa, tindakan, ide, nilai.
  1. Typological models
Pendekatan ini melihat kepribadian sebagai suatu kesuluruhan fungsi. Block mengidentifikasikan tipe kepribadian dasar, yaitu:
  1. Ego resiliency
Mampu beradaptasi terhadap stress, dengan mengaturnya melalui: percaya diri, mandiri, mampu mengutarakan pikiran, penuh perhatian, penolong, bekerja sama, dan focus pada tugas.
  1. Ego control / kontrol diri
Kontrol diri dibedakan menjadi dua, yaitu overcontrolled dan undercontrolled. Overcontrolled merupakan orang dewasa muda yang merasa malu, kesepian, cemas, dan bisa dipercaya, sehingga mereka cenderung menjaga pikiran mereka sendiri dan menarik diri dari konflik, dan mereka merupakan subyek yang kebanyakan mengalami depresi. Sedangkan undercontrolled merupakan orang dewassa muda yang aktif, energik impulsive keras kepala dan mudah merasa bingung.

2.1.3 Masalah Kesehatan pada Dewasa
Masalah kesehatan yang muncul dan seringkali ditemui pada kelompuk usia ini meliputi kecelakaan, bunuh diri, penyalahgunaan zat, hipertensi, penyakit menular seksual (PMS), penganiayaan terhadap wanita dan keganasan tertentu.
  1. Kecelakaan
Cedera tak-disengaja (terutama tabrakan kendaraan bermotor) merupakan penyebab kematian utama pada kelompok usia 1-44 tahun. Oleh sebab itu pendidikan mengenai tindakan kewaspadaan keselamatan dan pencegahan kecelakaan merupakan peran utama perawat dalam meningkatkan kesehatan orang dewasa muda.
  1. Bunuh Diri
Bunuh diri merupakan penyebab kelima kematian pada individu dewasa muda di AS(Murray & Zentner, 2001 dalam Kozier dkk, 2011).

Secara umum, tindakan bunuh diri disebabkan oleh ketidakmampuan individu dewasa muda untuk menghadapi berbagai tekanan, tanggung jawab, dan tuntutan di masa dewasa.

Peran perawat dalam mencegah upaya bunuh diri meliputi mengidentifikasi perilaku yang mengindikasikan masalah potensial: depresi; berbagai keluhan fisik seperti penurunan berat badan, gangguan tidur, dan gangguan pencernaan; penurunan minat dalam peran sosial dan pekerjaan, serta seringnya individu mengurung diri; menyediakan informasi mengenai tanda awal bunuh diri dalam program pendidikan. Apabila terindentifikasi berisiko melkukan bunuh diri maka harus dirujuk ke profesional kesehatan jiwa atau pusat penenangan kritis.
  1. Hipertensi
Masalah ini dipengaruhi oleh faktor keturunan, merokok, obesitas, diet tinggi-natrium, dan tingkat stres yang tinggi.
  1. Penyalahgunaan Zat
Penyalahgunaan zat merupakan ancaman utama terhadap kesehatan individu dewasa muda. Alkohol, mariyuana, amfetamin, dan kokain misalnya, dapat menimbulkan perasaan bahagia pada individu yang memiliki masalah penyesuaian dan akan berakibat buruk pada masalah kesehatan di kemudian hari. Sebagai contoh, penyalahgunaan obat selama kehamilan dapat menyebabkan gangguan pada janin, penggunaan alkohol dalam waktu yang lama dapat menimbulkan penyakit berbahaya.

Strategi perawat berkaitan penyalahgunaan obat meliputi penyuluhan tentang komplikasi penggunaan obat itu, upaya pengubahan sikap individu terhadap penyalahgunaan obat, dan konseling tentang berbagai masalah yang menyebabkan penyalahgunaan obat.
  1. Penyakit Menular Seksual (PMS)
PMS, seperti AIDS, sifilis, gonore merupakan jenis infeksi yang umum terjadi pada individu dewasa muda. Fungsi perawat disini terutama sebagai pendidik.
  1. Kekerasan
Tindakan pembunuhan akibat kekerasan merupakan penyebab kedua kematian pada kaum muda yang berusia 15-24 tahun.
  1. Penganiayaan terhadap Wanita
Masalah ini terjadi pada keluarga di seluruh tingkat sosioekonomi. Kondisi stres yang memicu keluarga untuk melakukan penganiayaan meliputi masalah keuangan, perpisahan keluarga dan dukungan masyarakat, serta isolasi fisik dan sosial.

Perawat yang menangani wanita tersebut harus (a) memiliki komunikasi terbuka yang mendorong mereka mengemukakan masalahnya; (b) membantu mereka meningkatkna harga dirinya; (c) terus mendikung dan mendidik wanita agar memahamo sebab dan akibat perilaku kekerasann dan penganiayaan.
  1. Diabetes Mellitus
DM terdiagnosis dokter atau gejala sebesar 2,1 persen. Prevalensi diabetes yang terdiagnosis dokter tertinggi terdapat di DI Yogyakarta (2,6%), DKI Jakarta (2,5%), Sulawesi Utara (2,4%) dan Kalimantan Timur (2,3%). Prevalensi diabetes yang terdiagnosis dokter atau gejala, tertinggi terdapat di Sulawesi Tengah (3,7%), Sulawesi Utara (3,6%), Sulawesi Selatan (3,4%) dan Nusa Tenggara Timur 3,3 persen. Prevalensi hipertiroid tertinggi di DI Yogyakarta dan DKI Jakarta (masing-masing 0,7%), Jawa Timur (0,6%), dan Jawa Barat (0,5%).
  1. Keganasan
Masalah keganansan yang sering muncul pada pria usia 20-34 tahun adalah kanker testis. Pemeriksaan testis harus diadakan sebulan sekali sebagai identifikasi dini terjadinya kanker skrotum (Barkauskas dkk, 2002 dalam Kozier, 2011).

Sedangkan pada wanita adalah kanker payudara yang meningkat setelah usia 30 tahun. Kanker payudara merupakan penyebab kematian utama yang terjadi pada wanita.

2.1.4 Masalah Gizi pada Dewasa
Kementrian Kesehatan RI (2012) menyebutkan ada beberapa masalah gizi/nutrisi yang sering dialami oleh orang dewasa, antara lain adalah sebagai berikut:
  1. Kegemukan atau obesitas
Keadaan ini biasanya disebabkan oleh pola konsumsi yang berlebihan, banyak mengandung lemak dan jumlah kalori yang melebihi kebutuhan. Proses metabolisme yang menurun pada lanjut usia, bila tidak diimbangi dengan peningkatan aktifitas fisik atau penurunan jumlah makanan, sehingga jumlah kalori yang berlebih akan diubah menjadi lemak yang dapat mengakibatkan kegemukan. Pada kenyataannya, memiliki berat badan 10% di atas berat badan ideal dipertimbangkan sebagai faktor protektif bagi dewasa (Powers & Folk, 1992 dalam Kathleen L. et al., 2006).
  1. Kurang Energi Kronik (KEK)
Beberapa penyebab KEK pada dewasa, seperti yang dijelaskan di bawah ini:
  1. Nafsu makan tidak enak karena berkurangnya fungsi alat perasa dan penciuman
  2. Gigi-geligi yang tanggal, sehingga menggangu proses mengunyah makanan
  3. Faktor stress/depresi, kesepian, penyakit kronik, efek samping obat, merokok, dll.
  1. Kurang zat gizi mikro lain
Kondisi ini biasanya menyertai dewasa dengan KEK, namun kekurangan zat gizi mikro dapat juga terjadi pada dewasa dengan status gizi baik. Kurang zat besi, vitamin A, B, C, D, dan E, serta ion-ion seperti magnesium, kalsium, seng dan kurang serat sering terjadi pada dewasa.
  1. Penyakit kronik degeneratif yang berhubungan dengan status gizi:
  1. Penyakit jantung koroner (PJK)
Penyakit ini sering terjadi akibat konsumsi lemak jenuh dan kolesterol yang berlebihan sehingga lemak dan kolesterol akan tertimbun pada pembuluh darah jantung.
  1. Hipertensi
Berat badan yang berlebih akan meningkatkan beban jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Akibatnya tekanan darah cenderung menjadi lebih tinggi. Selain itu, pembuluh darah pada dewasa sering mengalami aterosklerosis (lebih tebal dan kaku akibat penumpukkan lemak dan kolesterol), sehingga tekanan darah akan meningkat.
  1. Diabetes Mellitus
Merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai oleh kadar glukosa darah yang melebihi nilai normal (gula darah puasa <126 gr/dl dan atau gula darah sewaktu diatas 200 gr/dl).

2.1 Konsep Brainstorming
Brainstorming atau Curah pendapat adalah praktek teknik konfrensi dimana sebuah kelompok berupaya mencari solusi atas masalah tertentu dengan menghimpun semua ide yang disumbangkan oleh para anggotanya secara spontan (Green, 2004). Brainstorming dikenal sebagai sebuah teknik untuk mendapatkan ide-ide kreatif sebanyak-benyaknya dalam kelompok guna mencari solusi dari sebuah permasalahan. Metode ini pertama kali dipopulerkan oleh Alex Faickney Osborn di tahun 1953 pada buku yang berjudul Applied Imagination.

Metode sumbang saran (brainstorming) adalah suatu bentuk diskusi dalam rangka menghimpun gagasan, pendapat,informasi, pengetahuan, pengalaman dari semua peserta. Berbeda dengan diskusi, dimana gagasan dari seseorang ditanggapi (didukung, dilengkapi, dikurangi, atau tidak disepakati) oleh peserta lain, pada penggunaan metode curah pendapat/brainstorming pendapat orang lain tidak untuk ditanggapi.

Menurut Morgan (Suprijanto, 2009) “Brainstorming adalah salah satu bentuk berpikir kreatif sehingga pertimbangan memberikan jalan untuk berinisiatif kreatif. Peserta didorong untuk mencurahkan semua ide yang timbul dari pikirannya dalam jangka waktu tertentu berkenaan dengan beberapa masalah, dan tidak diminta untuk menilainya selama curah pendapat berlangsung. Penilaian akan dilakukan pada periode berikutnya dimana semua ide dipilih, dievaluasi dan mungkin diterapkan”.

Kang dan Song (2009) “metode Brainstorming adalah teknik diskusi kelompok dimana anggotanya menyatakan sebanyak mungkin ide-idenya atas topik tertentu tanpa hambatan dan pertimbangan aplikasi praktisnya. Spontanitas dan kreativitas merupakan bagian penting dalam curah pendapat penilaian terhadap ide-ide dilakukan pada sesi berikutnya”.

Menurut Barbara Allman dan Sara Freeman (2010) “Brainstorming adalah suatu teknik yang digunakan untuk menghasilkan suatu daftar panjang yang berisi berbagai respon berbeda tanpa membuat penilaian terhadap ide-ide individu”. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode Brainstorming adalah suatu bentuk diskusi dimana peserta didorong untuk menyatakan gagasan, pendapat, informasi, pengetahuan, pengalaman serta ide-ide mengenai suatu masalah tanpa adanya penilaian dari peserta lain.

Osborn dalam Gie (1995) mensyaratkan 4 ketentuan dalam melaksanakan teknik brainstorming yaitu:
  1. Kritik tidak diperkenankan
  2. Pengaliran ide secara bebas dianjurkan
  3. Kualitas lebih diharapkan
  4. Penggabungan dan penyampuran dicari

  1. Tujuan dan manfaat
Tujuan dari Brainstrorming adalah untuk mendapatkan gagasan dan ide-ide baru dari anggota kelompok dalam waktu relatif singkat tanpa ada sifat kritis yang ketat dan juga bisa mengabungkan ide-ide dari anggota menjadi satu ide. Sedangkan manfaat metode brainstorming pada dewasa yaitu:
  1. Dapat dijadikan sebagai evaluasi tahap awal atau biasa disebut preevaluation  tentang kemampuan atau pengetahuan yang dimiliki dewasa
  2. Sebagai salah satu cara pengembangan ide-ide atau pendapat baru mengenai satu permasalahan
  3. Meningkatkan daya ingat agar terlatih berpikir tentang sesuatu yang bersifat kuantitas, di samping permasalahan sehari-hari dan hal ini lebih baik  dibandingkan kualitas
  4. Menindak lanjuti pemecahan masalah jika dengan cara yang
    konvensional tidak terpecahkan
  5. Mengembangkan berpikir kreatif
  6. Menumbuhkan rasa percaya diri pada dewasa untuk ikut
    terlibat menyampaikan pendapatnya.
  1. Syarat – syarat metode Brainstorming
  1. Pada permulaan pemimpin kelompok memancing dengan satu masalah dan kemudian tiap peserta memberikan jawaban atau tanggapan (curah pendapat).
  2. Tanggapan atau jawaban-jawaban tersebut ditampung dan ditulis dalam flipchart atau papan tulis.
  3. Sebelum semua peserta mencurahkan pendapatnya, tidak boleh dikomentari oleh siapa pun.
  4. Setelah semua anggota dikeluarkan pendapatnya, tiap anggota dapat mengomentari, dan akhirnya terjadi diskusi.
  1. Metode Brainstorming
    1. Putaran Bebas (Free Wheel)
Setiap anggota diskusi kelompok bebas mengutarakan pendapatnya tanpa menunggu giliran atau aturan tertentu. Semua ide dapat mengalir lancar tanpa ada pembatasan sehingga metode ini lebih mengedepankan kebebasan individu untuk berpendapat di muka umum. Meskipun metode ini cenderung bebas, namun ada aturan main yang harus dipatuhi oleh masing-masing peserta terutama dalam hal penyampaian pendapat. Bagi peserta yang ingin mengemukakan ide-ide kreatifnya harus mengacungkan tangannya terlebih dahulu. Ketika fasilitator diskusi memberinya kesempatan berbicara, barulah ia dapat mengemukakan pendapatnya di depan panel diskusi. Selain itu, agar tidak ada salah satu peserta yang mendominasi diskusi maka tiap peserta diberikan jatah waktu sama dalam setiap topik. Jikalau ada peserta yang belum sempat menyampaikan pendapatnya maka ia akan diberikan kesempatan lagi untuk berbicara.
  1. Putaran Teratur (Round Robin)
Setiap peserta mendapat giliran untuk mengemukakan pendapatnya sesuai urutan masing-masing. Jika tiba giliran orang berikutnya namun ia belum memiliki gagasan, maka orang tersebut dapat dilewati dan langsung menuju pada giliran selanjutnya. Dalam setiap putaran diskusi, peserta hanya diperkenankan untuk menyampaikan satu ide saja. Penyampaian pendapat dilakukan secara bergiliran menurut posisi lingkaran dan dilakukan dari kanan ke kiri. Selama tahap mengkoleksi gagasan, semua peserta dilarang untuk menyampaikan pendapatnya sebelum tiba giliran masing-masing. Dalam metode ini akan diterapkan beberapa kali putaran hingga semua ide dari peserta telah habis tergali.
  1. Teknik Brainstorming
Dalam sesi brainstorming terdapat banyak teknik yang bisa digunakan seperti teknik Freewriting, Listing/Bulleting, Cubing dan lain sebagainya. Pada bagian ini akan dijelaskan uraian singkat tentang teknik-teknik tersebut. Berikut beberapa teknik brainstorming yang layak Anda terapkan :
  1. Freewriting
Alirkan gagasan-gagasan original Anda melalui tulisan dalam selembar kertas atau mengetikkannya melalui komputer. Anda tidak perlu kuatir tentang ide baik atau buruk, masalah grammar, dan lain sebagainya. Tuliskan gagasan yang muncul dari kepala Anda secara spontan sesuai dengan waktu yang telah Anda tentukan.
  1. Listing / Bulleting
Pada teknik ini, Anda diminta untuk menuliskan daftar ide-ide yang muncul berdasarkan topik-topik tertentu. Hal ini dapat membantu Anda untuk memperluas prespektif mengenai masing-masing topik.
  1. Cubing
Teknik ini memungkinkan Anda untuk mengembangkan topik dari enam arah yaitu deskripsi masalah, perbandingan, penyesuaian, analisa masalah, penerapan, serta adanya pro dan kontra yang timbul terhadap problem solving yang akan digunakan.
  1. Dictionaries, thesauruses, encyclopedias
Teknik ini menjadi favorit banyak orang karena dengan bantuan kamus atau encyclopedia Anda dapat mengembangkan pemikiran berdasarkan ribuan kata yang terdapat dalam kamus tersebut. Istilah yang Anda gunakan untuk kata kunci pemecahan masalah akan didefinisikan oleh kamus disertai dengan alternatif kata-kata lain yang bisa Anda pergunakan.  
  1. Journalistic Questions
Teknik ini menggunakan daftar pertanyaan yang sering digunakan oleh para wartawan yaitu 5W dan IH meliputi  What, Who, When, Where, Why, dan How. Tuliskan masing-masing element tersebut dalam lembar yang berlainan. Lalu masukkan gagasan-gagasan baru untuk menjawab berbagai elemen pertanyaan tersebut.
  1. Kelebihan dan Kekurangan Metode Brainstorming
  1. Kelebihannya menurut (Arifin, 2008):
  1. Dapat memperoleh pendapat yang baru
  2. Dapat merangsang setiap anggota untuk berperan secara aktif
  3. Dapat menghasilkan reaksi berantai dalam pendapat.
  4. Tidak banyak menyita waktu
  5. Kegiatan dapat digunakan dalam kelompok besar maupun kelompok kecil.
  6. Tidak memerlukan seorang pimpinan yang terlalu formal
  7. Pandangan lebih obyektif
Acep Yonny dan Sri Rahayu Yunus (2011) menyatakan beberapa kelebihan dari penerapan metode Brainstorming sebagai berikut:
  1. Memberikan kesempatan  untuk berpendapat
  2. Melatih daya kritis dan analisis
  3. Mendorong agar dapat menghargai pendapat orang lain
  4. Menstimulasi agar dapat berpikir secara holistik.
  1. Kekurangannya:
  1. Sangat mudah terlepas dari control
  2. Harus dilanjutkan dengan evaluasi jika kegiatan ini diharapkan menjadi efektif.
  3. Kemungkinan menjadi sulit untuk membuat peserta mengetahui bahwa segala pendapat dapat diterima
  4.  Para peserta cenderung untuk mengadakan evaluasi segera setelah suatu pendapat diajukan.
  5. Sulit menyimpulkan
  6. Kurang memperoleh padangan pemikiran yang bulat
Menurut Suprijanto (2009:125) mengungkapkan ada beberapa kelemahan dari penggunaan metode Brainstorming:
  1. Proses ini memerlukan banyak waktu, khususnya apabila kurang dari 10% ide yang akhirnya digunakan
  2. Seperti kelompok diskusi yang lain, produktivitas sesi curah pendapat tergantung pada kemampuan dan kualitas orientasi peserta.
  3. Manfaat akhirnya mungkin lebih berupa apa yang dilakukan terhadap peserta daripada produktivitas apa yang segera diperoleh dalam sesi curah pendapat, dan sulit diukur dengan tingkat keakuratan apa pun.

  1. Langkah-Langkah
    1. Pemberian informasi dan motivasi
Fasilitator menjelasakan masalah yang dihadapi beserta latarbelakangnya dan mengajak peserta untuk menyumbangkan pemikirannya.
  1. Identifikasi
Peserta diundang untuk memberikan sumbang saran pemikiran sebanyak-banyaknya. Semua saran ditampung.
  1. Klasifikasi
Semua saran dan masukan peserta ditulis. Langkah selanjutnya mengklasifikasikan berdasarkan criteria yang dibuat dan disepakati oleh kelompok. Klasifikasi bias berdasarakan struktur / faktor-faktor lain.
  1. Verifikasi
Kelompok secara bersama melihat kembali sumbang saran yang telah diklasifikasikan.Setiap sumbang saran diuji relevansinya dengan permasalahan. Apabila terdapat sumbang saran yang sama diambil salah satunya dan sumbang saran yang tidak relevan bias dicoret. Kepada pemberi sumbang saran bias diminta argumentasinya.
  1. Konklusi (Penyepakatan)
Fasilitator / pimpinan kelompok beserta peserta lain mencoba menyimpulkan butir-butir alternative pemecahan masalah yang disetujui.   Setelah semua puas, maka diambil kesepakatan terakhir cara pemecahan masalah yang dianggap paling tepat (dharyanti et al, 2014)


                Lanjutkan Part 2 >>





0 comments:

Post a Comment

Mari kita budayakan berkomentar yang baik dan santun ya sobat.